Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seperti Langit dan Romansa di Bawahnya

29 Agustus 2023   08:26 Diperbarui: 29 Agustus 2023   08:30 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kenapa, Pak?" tanya Nunah memastikan jika Bapak ingin berkata sesuatu.

Bapak hanya tersenyum. Itu yang Nunah tahu. Ia hanya melihat sudut bibir Bapak yang melengkung. Nunah kembali tersenyum, hatinya menghangat. Begitupun aku. Melihatnya seperti itu, menghangatkanku juga. Matahari bahkan sempat iri, bukan dia yang membuat Nunah sebahagia itu. Padahal ia sudah berusaha menyibak awan supaya dingin pun berlalu, berganti dengan kehangatan sinarnya. Namun ternyata, Bapak bisa melengkapi kehangatan yang dibutuhkan Nunah, melebihi kehangatan dari matahari.

            Siang yang terik telah bergulir. Senja yang hangat mengantarkan Bapak untuk menjemput Nunah pulang sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler yang padat mengakibatkan Nunah pulang sesore itu. Bapak dengan hati lapangnya hanya bisa memaklumi. Justru Bapak terlihat gusar melihat raut muka dan bahasa tubuh Nunah yang kelelahan. Sepertinya Bapak sedang memutar otak untuk menaikkan mood anaknya lagi.

            Nunah tersenyum sambil menaiki motor Bapak. Helm sudah terpasang di kepalanya, dipasangkan Bapak tentunya. Buku-buku di tangan kiri dan kotak bekal makan siang di tangan kanan membuat Nunah tak bisa mengenakan helmnya sendiri.

            "Ayo beli es krim." ajak Bapak setibanya mereka di parkiran minimarket.

            Mata Nunah langsung berbinar. Indahnya mengalahkan jingga senja. Sinarnya mampu mengaburkan semburat awan kelabu yang menggelantung di ufuk barat. Beberapa menit kemudian, mereka keluar dari pintu minimarket. Kini tangan Bapak yang penuh oleh barang-barang Nunah. Sedangkan Nunah memegang es krim cone kesukaannya di tangan kanan. Tangan kirinya menggandeng lengan Bapak dengan erat, seperti akan ada yang merebut Bapak darinya. Ah, mungkin dia sedang mencurigaiku. Takut aku akan menculik Bapak.

            Senja berakhir. Aku berubah lagi dari semu oranye kemerahan menjadi gelap memikat malam. Kali ini bukan bulan dan bintang yang menemaniku, sayang sekali. Tetapi, aku tidak terlalu bersedih karena melihat Nunah dan Bapak yang tetap melengkungkan senyum mereka. Hujan turun, menemaniku menggantikan bulan dan bintang yang absen malam ini. Nunah dan Bapak menyukai hujan. Bapak jelas menyukainya karena saat hujanlah waktu terkabulnya do'a. Sedangkan Nunah, mungkin ia menyukai hujan karena saat itulah ia bisa menikmati mie instan kuah yang pedas buatan Bapak. Lengkap dengan telur dan sayuran tentunya.

            "Nunah ada tugas matematika, Pak." ujarnya saat melihat Bapak merebus air untuk memasak mie instan.

            "Iya, dikerjakan. Setelah itu, kita makan."

            "Yeay!" Nunah kegirangan. Bersemangat segera menyelesaikan lima soal mengenai trigonometri dalam waktu beberapa menit. Ia menutup buku tepat ketika aroma khas mie kuah buatan Bapak menyeruak ke hidung. Saking lezatnya, aroma itu sampai bisa kucium juga.

            Makan malam berakhir. Waktu terus merayap mengiringi bunga tidur Nunah sampai ia terbangun di jam tiga pagi. Semburat cahaya lampu ruang tengah memasuki ventilasi kamarnya. Ia langsung tahu bahwa Bapak sudah bangun juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun