Orang yang mendapatkan mimpi buruk hendaknya meludah ke kiri tiga kali dan membaca doa:
أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّ الشَّيطَانِ وَمِنْ شَرِّ مَا رَأَيْتُ
“Aku berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan setan dan dampak buruk mimpi yang aku alami.“
“Bila seseorang dari kalian melihat perkara yang dibencinya dalam mimpinya maka hendaklah ia bangkit dari tempat tidurnya (untuk berwudhu) lalu mengerjakan shalat dan jangan ia ceritakan mimpinya itu kepada manusia.” (HR Muslim)
“Aku pernah bermimpi buruk hingga mimpi itu membuatku sakit/lemah. Sampai akhirnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa mimpi yang bagus itu dari Allah SWT, maka bila salah seorang dari kalian bermimpi melihat perkara yang disukainya (dalam mimpi), maka jangan ia ceritakan mimpi tersebut kecuali kepada orang yang dicintainya. Bila yang diimpikan itu perkara yang tidak disukai (mimpi buruk), hendaklah ia meludah sedikit ke kiri tiga kali, berlindung kepada Allah dari kejelekan setan dan dari kejelekan mimpi tersebut, dan jangan ia ceritakan mimpi itu kepada seorang pun. Bila demikian yang dilakukannya niscaya mimpi itu tidak akan memudaratkannya.” (HR Muslim dari Abu Qatadah)
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, dengan tujuan agar orang-orang beriman itu bersedih hati, padahal pembicaraan itu tidaklah memberi mudarat sedikitpun kepada mereka kecuali dengan izin Allah dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal.” (Q.S. Al-Mujaadilah: 10)
Berdasarkan hadits-hadits di atas, kita hanya boleh menceritakan mimpi yang baik (disukai) kepada orang-orang yang kita cintai (percaya) saja, dan kita dilarang menceritakan mimpi yang buruk (tidak disukai) kepada siapapun manusia. Mengapa demikian?
Perhatikan hadits Rasulullah SAW dalam al-Silsilah ash-Shahihah berikut ini:
“Mimpi itu bagaikan kaki yang menggantung selama belum diungkapkan. Jika telah diungkapkan maka terjadilah.”
“Mimpi itu akan terjadi sebagaimana ia ditakwilkan (ditafsirkan).”
Perhatikan pula firman Allah SWT berikut ini: