Mohon tunggu...
Mirna Aulia
Mirna Aulia Mohon Tunggu... profesional -

Hanya seorang musafir. Generasi anak SD era 80-an. BUKAN pengguna Facebook. BUKAN pengguna Twitter. BUKAN pengguna Linkedin. BUKAN pengguna Path. BUKAN pengguna Instagram. Hanya memiliki empat akun Sosmed: kompasiana.com/raniazahra, mirnaaulia.com, Indonesiana (Mirna Aulia), dan CNN iReport (Mirna Aulia) . Banyak orang memiliki nama yang sama dengan nama musafir (baik di media-media sosial maupun di search engine). Sehingga, selain keempat akun di atas, kalau pembaca menjumpai nama-nama yang sama, itu BUKAN AKUN musafir. Untuk hasil pencarian melalui search engine: musafir BUKAN berlatar belakang dan TIDAK berkecimpung di bidang Kedokteran Gigi, Farmasi, Psikologi, Biologi, MIPA, Kepartaian, Kehutanan, Lembaga-lembaga Kehutanan, maupun Pertanian. Selamat membaca dan semoga artikel yang musafir tulis dapat bermanfaat bagi para pembaca semua. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berhati-hatilah dalam Memperlakukan Mimpi

9 November 2015   02:36 Diperbarui: 10 November 2015   01:13 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="www.dreamsight.me"][/caption]

Mimpi bagi sebagian orang hanyalah bunga tidur semata yang akan hilang lenyap tanpa bekas ketika seseorang itu bangun. Ada orang yang tidak mampu mengingat sama sekali mimpi yang dialaminya ketika tidur. Namun, ada juga orang yang mampu mengingat dengan baik mimpi-mimpi yang dialaminya ketika tidur, sehingga ia pun kemudian menceritakan mimpi-mimpinya tersebut kepada orang lain. Contohnya adalah kisah tafsir mimpi ala dua orang sahabat, si Jujur dan si Bahlul, berikut ini.

[caption caption="www.dreamsight.me"][/caption]

“Eh, semalem gue mimpi digigit ular belang, kayak ada buriknya gitu. Apaan ya artinya?”, tanya si Jujur pada sobatnya pada suatu hari.

“Wah, lu bakal nikah ame orang hidung belang noh.”, jawab Bahlul, si sobat dengan asal-asalan.

“Widih, yang bener lu, Lul. Masak gitu sih!?", tanya si Jujur dengan mimik mengkeret ketakutan.

Sambil menyeruput kopi tubruknya, si Bahlul menjawab lagi. “Iya. Emang gitu tau artinya. Kalau laki yang nikah ame lo nanti bukan hidung belang, pasti di mimpi elo kemarin ularnya gak ada belang buriknya. Nah, pan elo cerita kalo di mimpi elo ntu ularnya belang, pake ada buriknya. Ya artinya jodoh elo ntar hidung belang. Pagimane sih lo, Jur. Masak gak bisa ngartiin mimpi lo sendiri.”

Si Jujur pun makin mengkeret ketakutan mendengarkan tafsiran mimpi ala si Bahlul.

Duapuluh tahun kemudian, si Bahlul yang usianya kala itu sudah menginjak hampir setengah abad pulang kampung setelah sekian lama merantau di negeri orang. Ia bertemu dengan sahabat lamanya, Jujur yang saat itu habis mengantar anak lelakinya yang telah beranjak remaja ke sekolah.

“Jur.. Jujur!”, teriak si Bahlul dari kejauhan.

“Aihhh, ini beneran elo Bahlul!? Aduh kemane aje lo Lul!?”, si Jujur girang sekali bertemu dengan sahabat lamanya. Singkat kata, keduanya pun berbincang-bincang lama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun