“Apa yang lo katakan tentang mimpi gue yang dulu itu bener Lul. Laki gue, si Rambo itu ternyata hidung belang. Gue udah cerai ame dia. Gua gak tahan diselingkuhin mulu ame dia. Gak ada tobat-tobatnya dia ntu.”, si Jujur curhat kepada si Bahlul.
“Nah, apa gue kata. Bener ‘kan!? Makanya percaya ame gue. Gue itu bisa nafsirin mimpi, Jur.”, jawab si Bahlul tegas penuh percaya diri.
Apakah benar si Bahlul itu ahli tafsir mimpi? Apakah benar mimpi si Jujur itu merupakan sebuah pertanda atau firasat?
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits, “Jika masa semakin dekat, maka mimpi seorang mukmin nyaris tidak pernah dusta.Mukmin yang paling benar mimpinya adalah yang paling jujur perkataannya. Mimpi seorang mukmin merupakan satu bagian dari 46 bagian kenabian. Mimpi ada tiga macam: mimpi yang baik sebagai berita gembira dari Allah SWT, mimpi seorang mukmin yang dialami oleh dirinya sendiri, dan mimpi sedih yang berasal dari setan. Jika salah seorang diantara kamu mengalami mimpi yang tidak disukai, janganlah menceritakannya kepada orang lain, bangunlah, kemudian sholatlah.” (Abu Ali Hamid bin Muhammad bin Abdullah ar-Rafa’, dari Muhammad ibnul-Mughirah, dari Makki bin Ibrahim, dari Hisyam bin Hasan, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah ra. dalam hadits Mutaffaq ‘alaih)
Dalam hadits lainnya Rasulullah SAW bersabda, “Ar-ru’ya (mimpi kebaikan) berasal dari Allah SWT, sedangkan al-hulmu (mimpi yang buruk) berasal dari setan.” (HR. Muslim)
Dalam kitab Tafsir Mimpi Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah (hlm. 1), Ibnu Sirin menjelaskan bahwa mimpi yang baik itu berasal dari Allah SWT. Mimpi yang baik adalah mimpi yang benar, yang membawa kabar gembira dan peringatan. Mimpi inilah yang dinilai oleh Rasulullah SAW sebagai salah satu bagian dari 46 bagian kenabian. Berdasarkan hadits Rasulullah SAW, hanya orang yang paling jujur sajalah yang paling benar mimpinya.
“Orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur ucapannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Kemudian mimpi yang dialami oleh dirinya sendiri. Artinya, mimpi yang dilihat seseorang dalam tidurnya itu merupakan gambaran dari keinginan si pemimpi. Atau bisa juga keadaan yang dialami oleh si pemimpi dalam kehidupan nyatanya, yang mengganggu pikirannya sehingga terbawa sampai ke alam mimpi. Mimpi seperti ini tidak bermakna sehingga tidak perlu ditafsirkan.
Sedangkan mimpi yang tidak disukai itu adalah mimpi yang menimbulkan ketakutan, kesedihan, kebatilan, fitnah, tipu daya, dan kecemburuan. Mimpi ini berasal dari setan karena hanya setanlah yang menyuruh manusia kepada aneka keburukan, kekejian, dan kebatilan. Setan senang sekali mengganggu manusia untuk menciptakan ketakutan-ketakutan di hati manusia, sehingga hati menjadi cemas, gelisah, tidak tenang, sedih, khawatir, dsb. Semua ulah setan itu adalah untuk mengganggu keimanan manusia. Salah satu caranya kemudian adalah dengan menciptakan gambaran perkara-perkara yang menakutkan mengenai dirinya, hartanya, keluarganya, dan dunianya dalam mimpi seseorang.
Sehingga adab (etika) dalam memperlakukan mimpi yang tidak disukai (mimpi buruk) dalam Islam adalah dengan meludah ke arah kiri sebanyak tiga kali, membaca kalimat ta’awudz (perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan) sebanyak tiga kali, memohon perlindungan kepada Allah SWT dari kejelekan apa dilihatnya dalam mimpi, mengganti posisi tidur, tidak boleh menceritakan mimpinya kepada siapapun, tidak boleh pula menafsirkannya sendiri, kemudian bangun dari tidurnya untuk berwudhu dan mengerjakan sholat.
Adapun doa perlindungan dari mimpi yang buruk sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah sebagai berikut.