Mohon tunggu...
Rani Aulia
Rani Aulia Mohon Tunggu... Jurnalis - @ranii_nhy

Belajar menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Hijrahku

2 Oktober 2019   09:30 Diperbarui: 2 Oktober 2019   09:31 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Namaku Rani Aulia, seorang gadis yang bisa dibilang tidak terlalu dekat dengan tuhannya. Yang bahagia tanpa melibatkan tuhan di dalamnya. Yang selalu kesal ketika di nasihati oleh temannya.  Ya, aku memang keras kepala yang tidak ingin diatur oleh siapapun. Entah karena setan yang mengganggu ku atau mungkin karena hatiku yang sudah tertutup oleh kebahagiaan duniawi.

     Hingga suatu hari aku masih ingat betul pada saat itu aku baru saja memasuki jenjang SMA tingkat satu di salah satu sekolah menengah atas di kota Bandung Barat. Aku mendapatkan banyak teman disana, yang mengajak ku dalam kebaikan. Awalnya aku merasa risih terhadap mereka yang menurut ku so alim. Tapi lama kelamaan aku pun nyaman dengan mereka.


     Matahari berseri dari timur dengan memantulkan cahaya nya yang langsung tembus ke dalam jendela kamar ku,menandakan hari sudah pagi. Hari itu hari minggu, kebiasaanku adalah menatap layar handphone kemudian membuka konten di youtube. Hingga muncul sebuah video yang entah kenapa membuat ku tertarik untuk melihatnya. 

Dan ya, video itu berhasil membuat lidahku kelu,tubuhku diam, layaknya seperti patung. video itu berhasil membuatku tersentak, tubuhku bergetar, jantungku tak karuan, dan berhasil membuat butir butir kristal yang aku miliki berjatuhan. 

Sangking hebatnya video itu telah membuatku tertampar keras, mengingat segala ucapan yang aku lontarkan benar benar telah sombong kepada tuhanku apalagi perbuatanku selama ini yang memang sudah jauh darinya. Isak tangis tak henti hentinya,semakin aku mengingatnya semakin keras isak tangisan ku ini. 

Aku bertanya kepada tuhan apa yang harus aku lakukan? Dan ya, akhirnya aku memutuskan untuk berhijrah. Aku ingin lebih dekat dengan tuhanku, dan memohon ampun atas semua yang aku lakukan selama ini. 

     Aku ingin berterimakasih kepada orang yang telah membuat video itu.  Video yang mampu menjadi perantara untuk hidayah ku.  Ya,  Video tersebut  memgenai kajian yang di sampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat tentang "Ciri ciri Orang Orang yang Sombong terhadap Allah". Dalam video itu, Kata kata  yang di ucapkan oleh ustadz Adi mampu menusukku dan menyadarkan ku untuk kembali kepada tuhanku.

     Aku ingin bertemu dengan beliau, seorang ulama yang sangat di cintai oleh umat. Ulama yang cerdas dalam berdakwah,dan ulama yang begitu bijak dalam berbicara. Aku hanya ingin  sekedar mengucapkan rasa terimakasihku karena berkat dakwah nya aku dapat bertemu dengan hidayah ku.


     Suara ayam berkokok telah berhasil membangunkanku dari alam bawah sadarku. Segera aku bersiap siap untuk pergi ke sekolah. Hari itu aku menggunakan kerudung lebar beserta handshok.
"Jelek, ngapain pakai yang kayak gituan si? "Ucap ibuku tiba tiba.
"Jangan gitu dong bu, ini bagus kok" Kataku sambil tersenyum.
"Kamu ngaca deh liat udah kaya ibu ibu gitu, cepet ganti nanti ada yang menertawakan kamu di jalan lagi" Ucapnya.
"Ngga mau bu, menurut ini cocok kok bu" Kataku.
"Kamu tuh ya kalau di kasih tau membantah terus " Ucapnya lagi.
"Tapi bu..." Ucap ku terpotong
"Kalau kata ibu ganti, ya ganti. Ngapain juga pakai kerudung lebar gitu, anak anak yang lain juga biasa " Katanya
"Ibu.. " Nada ku memohon
"Rani dengerin ibu kalau kata ibu ganti ya ganti" Bentaknya.
"Maaf bu ..." Tolak ku
"Kamu itu masih kecil gak cocok pake yang kayak gitu, nanti di sangkanya ibu ibu" Ucap ibuku.
"Aku rasa tidak kok bu, ini malah bagus " Ucapku lagi.
"Kamu tuh ya ngeyel jadi orang " ucapnya.
"Maaf bu, kalau misalkan ibu takut aku di tertawakan aku tidak apa apa kok bu karena aku ngga lihat penilaian manusia. Terserah mereka mau menilai ku seperti apa, itu hak mereka. Aku tidak takut, karena aku punya Allah yang maha tahu atas niat ku ini" ucapku.
"Kau tuh ya baru saja mau berubah sudah berani ceramahin ibu,apalagi nanti bisa bisa kamu tidak menghormati ibu lagi "Nada ibu mengejek.
"Maaf bu, jika ibu tersinggung. Bukan begitu maksud ku, aku hanya ingin agar ibu tidak khawatir " Ucapku.
"Kalau kamu tidak ingin ibu khawatir ya sudah ganti sana!" Katanya
"Tapi maaf bu, aku rasa tidak bisa. Ini sudah menjadi keputusan ku aku harap ibu mengerti." Pintaku
"Ya sudah kalau gitu, terserah kamu! " Katanya
"Tolong bu,aku rasa  keputusan ku ini sudah tepat ,tolong izinkan aku"Ucapku.
"Silahkan saja, kalau kamu berpenampilan seperti itu, kalau ada yang menertawakan kamu jangan ngadu. Itu salah kamu sendiri " Ucapnya.


     Sesampai di sekolah, kata kata itu tak bisa lepas dari isi kepala ku, kata kata itu telah berhasil membuat semangat ku jatuh. Membuatku tidak percaya diri, dan yang pasti membuatku sedih.Kata kata yang tidak ingin aku dengar,apalagi itu keluar dari mulut ibuku sendiri. Aku sendiri bingung kenapa ibu tidak mau mengizinkan ku, padahal menurut ku ini sudah tepat.


     Matahari sudah tenggelam, sekarang pukul 18:30 aku baru saja sampai rumah karena harus mengikuti ekstrakurikuler terlebih dahulu. Tanpa sadar aku melamun karena memikirkan ucapan yang di sampaikan oleh Ustadz Huda mengenai cobaan hijrah. Yang kebetulan dia mengisi acara untuk menjadi penceramah di ekstrakurikuler ku tadi.
Lumunan ku buyar ketika aku mendengar suara ibu yang tiba tiba.
"Besok, penampilannya gak usah gitu lagi, emang gak gerah gitu? ibu yang lihatnya juga panas" Ucap ibuku ketus.
"Ngga kok bu, ngga gerah malah nyaman banget" Jawabku sambil tersenyum.
"Terserah" Ucap ibuku.
 " Ehh, ngapain si penampilannya gitu,ngga banget deh! " Ucap adikku tiba tiba.
"Jangan gitu dong de, kata kata mu itu malah membuat semangat ku jatuh "Kataku.
"Lagian udah kayak ibu ibu aja haha" Ucapnya sambil tertawa.
Aku terdiam, mendengar suara tawa itu seakan mampu membuat tubuhku kelu, diam layaknya patung. Terlalu menyakitkan untuk di dengar.
"Kenapa kamu diam?  Katanya ngga akan mendengar apa kata orang lain,baru saja di tertawakan oleh adik mu seperti itu reaksi mu. Apalagi kalau orang lain yang menertawakan kamu. " Kata ibuku
"Mah tolong.. " Ucapku lirih
"Lagian apa yang adikmu bilang itu memang benar, sudahlah besok gak usah gitu lagi . Dikasih tahu susah banget sih" ucap ibuku.
"Lagian sikap belum benar aja , udah pake gituan " Sambung adikku lagi.
"Emang harus nunggu benar dulu ya?" Tanyaku.
"Kamu tuh ya kalau di bilangin! " Nada ucapan ibu semakin tinggi.
"Maaf bu" ucapku.
"Minta maaf aja deh terus, nanti juga di ulangi lagi " Jawab ibuku
"Bu, kenapa ibu dan adik tidak mengerti? Aku melakukan ini untuk ayah dan adik, agar kalian terhindar dari siksa api neraka,memangnya ibu melihat ayah dan adik masuk neraka karena ulah ku? " Tanyaku.
Mereka terdiam mendengar pertanyaan ku. Sebenarnya aku tidak ingin berdebat dengan mereka, apalagi dengan ibuku. Rasanya seperti aku yang tak tau balas budi.
"Bu, aku mohon tolong mengertilah atas keputusanku. Tolong dukung aku,tolong berikan restu mu atas apa yang aku lakukan ini. Aku mohon, bu" suara ku lirih menahan tangis.
"Kamu tuh ya ngga ngerti banget jadi orang, ibu larang kamu tuh karena ibu sayang sama kamu. Ibu takut pendapat orang lain sama kamu" Ucap adikku.
"Sudahlah de, biarkan saja apa yang dia mau. Kita oihat saja sampai mana dia bisa bertahan" Ucap ibuku.
"Ibu jangan begitu, tolong bu kasih tahu aku, apakah aku salah ingin menjadi lebih baik?" Tanyaku.
 ibu ku terdiam tidak menjawab pertanyaanku sama sekali. Aku sedih karena tidak ada yang mau mengerti atas perubahan ku ini. Tapi aku tak pernah berhenti semangat untuk terus istiqomah atas keputusanku.Hari demi hari aku lewati tetap saja ibu ku tidak menyukai penampilan ku ini. Aku selalu di bandingkan dengan anak anak lain yang tampil dengan gaya modis mereka. Aku hanya terdiam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun