saya menunggu,
ketika kata menjadi lara lalu pemaafan
kemudian akan hilang atau tetap menjadi sandaran
sepertinya hanya akan berputar begitu untuk saat ini,
dan nanti jikalau seperti biasanya
aku kan meneguk air kepergian yang rasanya sepat
ku menunggu dikau wajah yang yang menyiratkan pengampunanMu,
dari ramai yang membuat rungsing, hadirnya menarikku dalam damai
semoga tak terlambat untuk kita bertemu
semoga tak salah seperti rizki yang tuhan beri pada tiap makhlukNya
dan bersamamu
adalah yang ku jalani dengan semua perbaikan
atas semua kesalahan yang pernah kulakukan diwaktu lalu
terima kasih kau yang mau lebih memilih melihatku kini dan masa depanku,
bukan masa laluku..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H