Mohon tunggu...
RANI APRILLIA
RANI APRILLIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa aktif yang memiliki ketertarikan pada dunia jurnalis, Saya ingin mengembangkan pengetahuan dan rasa keinginan tahuan Saya melalui dunia jurnalis. Saya tertarik pada banyak topik seperti politik, beauty, dan sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korea Selatan dalam Krisis: Di Balik Pemakzulan Presiden Yoon!

15 Desember 2024   16:10 Diperbarui: 15 Desember 2024   16:05 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski militer telah mengumumkan pembatasan terhadap aktivitas politik dan media, perlawanan dari masyarakat sipil dan politisi terus berlangsung. Demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai kota di Korea Selatan, dengan ribuan orang turun ke jalan untuk menuntut pencabutan darurat militer dan pengembalian pemerintahan kepada otoritas sipil. Media nasional seperti Yonhap masih terus memberitakan situasi terkini, meskipun ada kekhawatiran bahwa pemerintah akan berusaha mengambil alih kendali media dalam waktu dekat.

Keputusan darurat militer Yoon juga memicu reaksi keras dari komunitas internasional. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Jepang, menyatakan keprihatinan mendalam atas perkembangan politik di Korea Selatan. Mereka menekankan pentingnya menjaga prinsip demokrasi dan hak asasi manusia di negara tersebut. Sementara itu, organisasi internasional seperti PBB dan Amnesty International mendesak pemerintah Korea Selatan untuk mencabut darurat militer dan menghormati hak-hak dasar warganya.

Masa depan politik Yoon Suk Yeol kini berada dalam ketidakpastian. Dengan proses pemakzulan yang sedang berlangsung, keputusan Mahkamah Konstitusi akan menjadi penentu apakah ia akan tetap memegang jabatan presiden atau harus lengser. Situasi ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif dalam sistem demokrasi. Selain itu, kasus ini juga menyoroti perlunya transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan, terutama ketika menghadapi tuduhan skandal atau penyalahgunaan wewenang.

Jika Mahkamah Konstitusi akhirnya memutuskan untuk memberhentikan Yoon dari jabatannya, maka Korea Selatan harus bersiap menggelar pemilu presiden dalam waktu dekat. Pemilu ini akan menjadi momen penting bagi negara tersebut untuk memilih pemimpin baru yang mampu membawa stabilitas dan kepercayaan kembali kepada rakyat. Di sisi lain, jika Mahkamah Konstitusi memutuskan untuk memulihkan kekuasaan Yoon, tantangan besar menanti, terutama dalam membangun kembali kepercayaan publik yang telah terkikis selama masa pemerintahannya.

Dengan semua dinamika yang terjadi, situasi politik di Korea Selatan saat ini menjadi salah satu yang paling kompleks dalam sejarah modern negara tersebut. Deklarasi darurat militer, skandal korupsi, dan konflik antara eksekutif dan legislatif menjadi gambaran jelas bagaimana sebuah negara demokrasi dapat menghadapi tantangan besar ketika prinsip-prinsip dasar pemerintahan mulai terganggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun