MAKANAN KHAS RIAU GULAI IKAN PATIN
RANIA INSYARA
Mahasiswa Program studi Administrasi Bisnis, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
Universitas islam Riau
Jl.kaharudin Nasution No.113 perhentian marpoyan Pekanbaru, Riau,indonesia
90221
Email:raniainsyara@student.uir.ac.id
Abstrak. Ikan patin ini merupakan ikan yang sedang dibudidayakan di Pokdakan Kelurahan Rumbai Bukit Kecamatatan Rumbai Kota Pekanbaru, dengan jumlah produksi 3-6 ton setiap panen. Untuk mengatasi kelimpahan produksi dan memperpanjang masa simpan maka dilakukan usaha diversifikasi olahan hasil perikanan dalam pembuatan snack. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan kemampuan dan keterampilan praktis kepada masyarakat kelurahan Rumbai Bukit Pekanbaru dalam pembuatan snack ikan patin aneka flavour yang bernilai gizi tinggi sehingga dapat meningkatkan konsumsi
protein ikan bagi anggota keluarga dan diharapkan dapat mengembangkannya dalam
bentuk industri skala rumah tangga atau kelompok industri kecil di daerah ini sehingga dapat membantu perekonomian keluarga. Metode yang digunakan berupa metode survey, wawancara, observasi, ceramah, diskusi dan pelatihan pengolahan snack ikan. Hasil yang didapat bahwa masyarakat Kelurahan Rumbai Bukit sangat antusias mengikuti kegiatan pelatihan ini. Berdasarkan post test yang diberikan 95% masyarakat telah dapat membuat produk olahan ikan berupa snack ikan baik secara perorangan maupun kelompok, mengetahui teknik pengemasan dan pelabelan produk.
Kata kunci: cemilan sehat; ikan patin; rumbai bukit; snack ikan
Abstract. This catfish is a fish that is being cultivated in Pokdakan, Rumbai Bukit
village, Rumbai DIstrict, Pekanbaru City, with production of 3-6 tons per harvest. To overcome the abundance of production and extend the shelf life, adiversified processing of fishery products is carried out in making snacks. The purpose of this community service is to provide the ability and practical skills to the community of Rumbai Bukit Village Pekanbaru in making snacks of various flavors of catfish with high nutritional value so that they can increase fish protein consumption for family members and are expected to develop it in the form of a household industry or small
industry groups in this area so that it can help the family economy. The method used is a method of survey, interview, observation, lecture, discussion and training on processing fish snacks. The results obtained were that the community of Rumbai Bukit Village was very enthusiastic in participating in this training activity. Based on the post test, 95% of the community has been able to make processed fish products in the form of fish snacks both individually and in groups, knowing the
product packaging and labeling techniques.
Keywords: catfish; healthy snack
rumbai bukit village; snack
1. PENDAHULUAN
Ikan Patin ternyata tidak hanya bisa diolah menjadi sajian sedap seperti digoreng atau masakan berkuah dengan bumbu pedas. Jika diolah dengan kreatif dan baik Ikan Patin bisa
disulap menjadi abon Ikan Patin dengan nilai ekonomi yang sangat menggiurkan (Masrifah &Karyono,2022).
Bahkan, saat ini abon Ikan Patin hasil buatannya telah mampu menembus pasar sampai di luar Jawa bukan hanya konsumsi lokal. Peluang bisnis abon Ikan Patin ini
sangat besar, karena harganya yang lebih murah dan ekonomis, serta bahan baku yang gampang di dapatkan. Dibandingankan dengan abon daging yang lebih mahal, sementara abon Ikan Patin lebih terjangkau buat kalangan masyarakat menengah bawah. Tapi siapa sangka bila ternyata citarasa
abon Ikan Patin tidak kalah enak dengan abon sapi. Banyak orang yang menyukai produk abon Ikan Patin ini, inovasi dengan memakai
bahan dasar Ikan Patin sebagai raw material buat abon Ikan Patin, yang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Budidaya Ikan
Ikan Patin yang melimpah sangat mendukung pengembangan usaha kecil terutama buat Ibu Rumah Tangga untuk meningkatkan
pendapatan dalam membantu ekonomi keluarga. Namun melimpahnya hasil budidaya ikan Ikan Patin kerap tidak ditunjang
dengan pemasaran serta kestabilan harga, sehingga banyak peternak Ikan Patin yang jatuh bangkrut (Sundari et al., 2017).
Kondisi seperti itulah yang menjadi sebuah
keprihatinan tersendiri bagi kami sebagai tim pengabdian masyarakat, sehingga tim terpikir
sebuah ide bisnis untuk membuat olahan ikan Ikan Patin yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan bisa dijual secara kemasan. Akhirnya tim memutuskan memberikan pelatihan kepada Ibu ibu PKK, didaerah Sukolilo untuk mengolaikan Ikan Patin menjadi abon Ikan Patin Pada pelatihan pertama akan diberikan keterampilan untuk
mengurangi kandungan minyak pada abon Ikan Patin yang begitu tinggi. Kandungan minyak pada Ikan Patin membuat abon pun akan cepat basi dan berbau tidak enak. Untuk mengurangi minyak ikan Ikan Patin dipergunakan mesin prestangan atau spinner yang bisa mengurangi kandungan minyak
dalam abon Ikan Patin. Respon pasar untuk abon Ikan Patin ini sangat positif dan lumayan bagus. Permintaan pasar pun juga terus mengalir. Abon Ikan Patin di pasaran dijual dengan harga Rp 30.000 setiap kemasan plastiknya seberat 100 gram, ini menjadi peluang bagi masyarakat yang ingin mendapatkan tambahan pendapatan terutama buat ibu Rumah Tangga agar bisa membantu ekonomi keluarga (Riani, 2023) .
Melihat hasil yang memuaskan,selain peluang pasar yang terbuka lebar, bisnis sampingan
membuat abon Ikan Patin juga tidak membutuhkan modal yang besar pada tahapan awalnya. Hal ini didukung oleh harga ikan Ikan Patin di Surabaya yang relatif murah yaitu hanya Rp 30 rb perkilogramnya. Setiap satu kilogram ikan Ikan Patin dapat menghasil 3 ons abon atau 3 kemasan. Setiap 1 kemasan
dijual Rp 20.000 sehingga keuntungan kotor yang didapat tiga kali lipat. Keuntungan
tersebut dikurangi biaya untuk pembelian minyak goreng dan juga plastik untuk kemasan. Selain daging ikan Ikan Patin
yang diolah menjadi abon, kulit Ikan Patin juga bisa dimanfaatkan menjadi keripik.
Namun, jumlahnya masih sangat terbatas karena dari 10 kg ikan Patin hanya bisa
menghasilkan keripik kulit sekitar 15 bungkus dengan berat 100 gram. Namun, seiring dengan permintaan dari konsumen yang terus
meningkat dan pemasaran yang semakin meluas ke kota-kota besar seperti pemasaran di Kalimantan, Gresik, Jember, Sidoarjo, malang dan Surabaya kebutuhan akan bahan baku ikan Ikan Patin pun semakin
bertambah. Setiap harinya rata-rata
dari penjualan abon ikan patin Ikan
Patin bisa menghasilkan penjualan
kotor sebesar Rp 500.000 hingga Rp
700.000, dengan omzet 3- 5 jt per
minggu. Abon Ikan Patin yang terlihat
masih sangat sederhana ternyata sudah
mampu bersaing dengan Abon Daging
Sapi dan bisa dipasarkan di beberapa
Kota di Jawa dan Luar Jawa. Walaupun jumlahnya masih belumbegitu banyak (Trimurti et al., 2023).
Dengan bekal keterampilan yang baik, diharapkan masyarakat akan mampu memecahkan proble kehidupan yang
dihadapi, termasuk mencari atau
menciptakan pekerjaan bagi mereka.
Untuk mewujudkan hal ini, perlu diterapkan prinsip pendidikan berbasis luas yang memberikan bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn untuk memecahkan problema kehidupan sehari-hari (Cahyani & Setyawati, 2017).
Berbicara tentang ikan Ikan Patin tentu yang terbayang adalah menu masakan yang olahannya biasa digoreng atau dibakar. Jika melihat dari persepsi itu kemudian dibandingkan dengan hasil produksi
ikan Patin tentu akan banyak kerugian
yang diderita oleh para pengusaha ikan
Patin. Sebab konsumsi ikan Patin tentu
jauh lebih sedikit dari pada menu masakan yang lainnya. Oleh sebab itu muncullah inovasi baru terkait dengan pengolahan ikan Patin yaitu Abon Ikan Patin. Banyak orang yang
belum tahu tentang abon Ikan Patin, hal ini karena dalam frame yang terbentuk di masyarakat abon itu adalah dari daging sapi. Abon Ikan Patin secara rasa tentu tidak kalah dari abon daging sapi dan realita yang
berkembang bahwa abon Ikan Patin
justru lebih disukai karena mengandung banyak protein dan rendah lemak (Ir
Rabiatul Adawyah, 2023).
Ikan patin seperti ikan pada umumnya, merupakan sumber zat gizi yang baik
untuk masyarakat. Hasil analisis proksimat, dalam daging ikan patin terdapat kadar air 75,75-79,42 persen,kadar protein 12,94-7,59
persen, kadar lemak 1,81-6,57 persen,
dan kadar abu 0,16-0,23 persen. Nutrisi daging ikan patin yang cukup tinggi adalah protein dan asam amino esensial. Daging ikan patin juga mengandung lisin dan arginine yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan protein susu dan daging. Susunan kimiawi daging ikan patin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, seperti jenis ikan, pakan, umur, musim, serta lokasi budidaya. Daging ikan patin mengandung lisin dalam jumlah banyak. Lisin merupakan asam amino esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai bahan dasar antibodi, memperlancar sistem sirkulasi, dan mempertahankan pertumbuhan sel-sel normal (Fitriyani et al., 2020).
Bersama polin dan vitamin C, lisin akan membentuk jaringan kolagen serta mampu menurunkan kadar trigliserida darah yang berlebih. Oleh karena itu, lisin sangat dibutuhkan tubuh untuk menjaga daya tahan.
Tubuh yang kekurangan lisin bisa menyebabkan mudah lelah, sulit
berkonsentrasi, rambut rontok, anemia, pertumbuhan terhambat, dan gangguan reproduksi (Lubis & Syaputra, 2020).
Adapun arginine yang terkandung dalam daging ikan patin merupakan asam amino nonesensial, tetapi dibutuhkan tubuh dan disintesis dalam jumlah terbatas sehingga kadang dibutuhkan dari sumber makanan.
Peranan arginine sangat penting untuk
meningkatkatkan imunitas,mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan kemampuan untuk melawan kanker, dan menghambat pertumbuhan tumor. Nutrisi lainnya yang terdapat di dalam daging ikan
patin adalah mineral sodium yang cukup tinggi, sekitar 222-594 mg/100 gram, kalium 330-340 mg/100 gram,magnesium 11,9-12,3 mg/100 gram, dan kalsium 5,50-10,10 mg/100 gram. Kandungan lemak dalam daging ikan
patin juga tergolong rendah, bahkan lebih rendah dibanding daging ayam dan sapi. Ikan patin juga mengandung omega-3 meskipun lebih rendah daripada ikan laut. Omega-3 yang
terkandung lebih didominasi oleh DHA, sedangkan kandungan EPA-nya cukup kecil, yakni kurang dari 1 persen.
B. PEMBAHASAN
Produk olahan ikan patin yang terdiri dari fillet ikan patin, kepala ikan patin, tulang ikan patin, hingga kulit ikan patin yang berkualitas tinggi telah tersedia untuk Anda. Ikan patin
merupakan sumber protein yang baik. Rasanya yang gurih dan lembut membuat banyak orang yang menggemarinya. Hampir seluruh bagian ikan patin dapat dikonsumsi. Daging dan kepala ikan patin dapat diolah menjadi masakan yang lezat, sedangkan bagian tulangnya dapat menjadi kaldu ikan yang juga sama lezatnya. Ikan patin sudah menjadi
bahan dasar favorit untuk jenis makanan yang ada di Indonesia dan terbukti disukai oleh kalangan masyarakat. Produk dalam istilah
pemasaran (marketing) adalah bentuk fisik barang yaang ditawarkan dengan seperangkat citra (image) dan jasa (service) yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan.Produk dibeli oleh konsumen karena dapat memenuhi kebutuhan tertentu atau memberi mamfaat tertentu. Kharateristik produk tidak hanya meliputi aspek fisik produk tetapi juga aspek nonfisik seperti citra dan jasa yangtidak dapat dilihat, Menurut Juran (2010) mengatakan kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.Kualitas produk (produk quality) adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi daya,tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan
operasi, dan perbaikan, serta atribut
bernilai lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti sendiri tahun 2020 dengan judul Strategi Pengembangan Kuliner Lokal Olahan Ikan Patin sebagai daya tarik wisata di Desa Wisata Kampung Patin Desa Koto Masjid Kabupaten Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar Provinsi Riau. Diketahui bahwasanya terdapat peningkatan kunjungan wisatan local maupun nasional Dan dapat meningkatkan nilai jual ikan patin dan pemanfaatan hasil panen
ikan patin dengan memvariasikan produk olahan ikan patin. Hal ini dipengaruhi oleh adanya antusias masyarakat tentang pelatihan
memvariasaikan produk olahan ikan patin, masyarakat bersemangat untuk mempraktekannnya, dan hasilnya dapat dijual ditempat objek-objek wisata yang ada di kampung patin Desa Koto Mesjid Kecamatan
Xiii Koto Kampar.
Ikan patin merupakan salah satu spesies ikan budidaya air tawar yang saat ini menjadi primadona komoditas ekspor. Perkembangan budidaya ikan patin di Indonesia semakin pesat, terutama di daerah Jawa Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Riau,Squalen Vol. 3 No. 1, Juni 2008Bengkulu, Lampung, dan Kalimantan.Perkembangan budidaya yang cukup pesat tersebut terutama dipicu oleh
peluang pasar yang masih terbuka terutama untuk ekspor. Permintaan daging ikan patin yang berwarna putih sangat besar dan terus meningkat. Salah satu jenis spesies ikan patin asli Indonesia yang telah berhasil dibudidayakan dan berdaging putih adalah patin jambal (Pangasius djambal Bleeker). Namun karena fekunditas dan daya tetas telurnya rendah, maka produksi massal benih
ikan patin jambal ini sulit dilakukan. Oleh karena itu, Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi telah membuat hibrid ikan patin jenis Pasopati. Ikan patin ini merupakan hasil silangan antara ikan patin siam (Pangasius hypothalamus) yang
mempunyai daging berwarna kekuning-kuningan, diintroduksi dari Thailand dan telah berkembang di Indonesia, dengan ikan patin jambal yang mempunyai daging yang berwarna putih. Ikan patin pasopati
mempunyai keragaan yang baik dengan daging berwarna putih,pertumbuhan yang cepat, daya toleransi kualitas air yang baik,
resistensi patologis, serta memungkinkan untuk diproduksi secara besar-besaran sehingga potensial sebagai komoditas andalan
baru perikanan budidaya (Tahapari et al.,2007).
Menurut data statistik perikanan budidaya tahun2001, produksi ikan patin (dari budidaya kolam,keramba dan jaring apung, serta sawah) adalah sebesar 11.118 tonn. Produksi ikan
patin naik menjadi 32.375 ton pada tahun 2005, tetapi pada tahun 2006 turun menjadi 31.490 ton (Anon., 2007c). Pada tahun 2007 diharapkan produksi dapat meningkat dengan
mulai digalakkannya produksi budidaya ikan patin di beberapa daerah. Pasar ikan patin sangat menjanjikan. Vietnam yang merupakan negara penghasil ikan patin terbesar telah mengekspor fillet ikan patin ke-65 negara tujuan. Pada tahun 2006 volume ekspor ikan patin naik dua kali lipat bila dibandingkan
dengan tahun 2005. Data ekspor ikan
patin Vietnam pada tahun 2005–2006 dapat dilihat pada Gambar 1. Uni Eropa merupakan pasar utama untuk ekspor ikan patin dengan volume sebesar 11.118 ton. Produksi ikan patin
naik menjadi 32.375 ton pada tahun
2005, tetapi pada tahun 2006 turun
menjadi 31.490 ton (Anon., 2007c).
Pada tahun 2007 diharapkan produksi
dapat meningkat dengan mulai digalakkannya produksi budidaya ikan patin di beberapa daerah. Pasar ikan patin sangat menjanjikan.
Vietnam yang merupakan negara penghasil ikan patin terbesar telah mengekspor fillet ikan patin ke-65 negara tujuan. Pada tahun 2006 volume ekspor ikan patin naik dua kali
lipat bila dibandingkan dengan tahun 2005. Data ekspor ikan patin Vietnam pada tahun 2005–2006 dapat dilihat pada Gambar
1. Uni Eropa merupakan pasar utama untuk ekspor ikan patin dengan volume ekspor mencapai 46,9%. Spanyol, Belanda, dan
Polandia merupakan negara pengimpor fillet ikan patin dengan volume yang cukup besar. Rusia jugamerupakan pasar yang sangat
prospektif bagi ikan patin Vietnam. Impor ikan patin meningkat secara berarti pada tahun 2006. Amerika Serikat dan Cina masing-masing mengimpor 11% dan 9 % dari total
ekspor ikan patin Vietnam. Peningkatan yang cukup signifikan juga terjadi pada pasar India dan Timur Tengah. Di Singapura, Malaysia, dan Thailand fillet ikan patin kini diolah
lebih lanjut menjadi makanan siap olah
dan diekspor ke berbagai negara. Sedangkan di Inggris, fillet ikan patin diolah menjadi makanan siap saji dan dipasarkan di jaringan retail Anon., 2007a).
A) Pembekuan ikan patin
Dalam perdagangan terdapat bermacam macam produk ikan patin beku, yaitu ikan patin tanpa kepala dan ekor (head and tail less ), fillet yang belum dikuliti (skin on), fillet yang sudah dikuliti (skin less), dan breaded fillet ikan patin. Pembekuan adalah proses pendinginan pada suhu yang sangat dingin hingga hampir semua air yang ada dalam fillet ikan patin membeku. Umumnya pembekuan
dilakukan pada suhu –18oC atau lebih rendah sehingga dapat membunuh 10– 95% total mikroba (Haryadi, 2007).
Produk ikan patin beku dapat disimpan cukup lama, yaitu berbulan-bulan bahkan bisa lebih dari 1 tahun. Selama pembekuan, pertumbuhan mikroorganisme dalam fillet ikan patin akan terhambat. Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi mutu produk
akhir fillet beku adalah mutu bahan baku, penanganan sebelum pembekuan, metode dan kecepatan pembekuan, suhu penyimpanan dan
fluktuasi suhu, waktu penyimpanan, kelembaban lingkungan penyimpanan, serta sifat bahan kemasan yang digunakan. Pembekuan dapat dilakukan dengan cara memaparkan produk dengan udara dingin (air blast freezing), meletakkan ikan pada pelat
beku (contact plate freezer) dengan
cara mencelupkan produk atau menyemprotkan cairan refrigeran CO2
dan nitrogen cair dingin ke produk (cryogenic freezing), atau dengan cara membekukan produk dengan larutan garam yang didinginkan (Brine immersion)(Fawzya et al., 2007).
Proses pembekuan harus dilakukan dengan cepat, yaitu penurunan suhu dari 0oC menjadi –5oC dalam waktu tidak lebih dari 2 jam, kemudian diteruskan dengan pembekuan dalam cold storage sehingga suhumencapai –
30oC pada akhir pembekuan. Ikan patin biasanya diolah dari ikan yang masih hidup, sehingga kesegaran dan mutu hasil olahan sangat baik apabila proses pembekuannya dilakukan secara cepat. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam industri pengolahan ikan patin untuk tujuan ekspor, terutama ekspor ke Uni Eropa, penerapan GMP, SSOP, serta HACCP harus dilakukan
untuk memberikan jaminan mutu dan
keamanan pangan.
B) Pengolahan Ikan Patin menjadi
Produk Siap Saji
Meningkatnya jumlah wanita pekerja dalam era globalisasi ini menjadikan produk siap saji menjadi pilihan konsumen untuk santapan keluarga. Menurut data pasar ikan internasional, ikan yang diolah dalam bentuk siap saji seperti breaded, bakso, nugget
mempunyai nilai tambah yang cukup tinggi dibandingkan ikan dalam bentuk mentah. Sementara permintaan produk siap saji meningkat 22% selama 3 tahun terakhir, demikian juga nilai tambah yang diperoleh. Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang sangat cocok untuk diolah menjadi
surimi. Dagingnya 20 yang tebal dan berwarna putih, serta dimungkinkan diolah dari bahan baku ikan yang masih hidup, akan menghasilkan surimi yang bermutu tinggi Uji folding test (uji daya lipat) surimi yang diolah dari daging ikan patin menghasilkan grade AA dengan kekuatan gel dapat mencapai lebih dari
1000 g/cm2 meskipun daging surimi sudah disimpan selama 2 bulan dalam cold storage (Suryaningrum et al., 2007).
Proses pengolahan surimi dari daging ikan patin memerlukan air yang banyak karena kandungan lemak ikan patin cukup tinggi. Surimi ikan patin sebaiknya diolah dari ikan patin yang sudah di-fillet dan dihilangkan
kulitnya (skin less). Surimi yang diolah dari ikan patin yang masih ada kulitnya (skin on) dapat menyebabkan daging lumat ikan patin mengandung serpihan-serpihan kulit yang terikut ketika proses pelumatan daging
dengan menggunakan mesin meat bone separator. Adanya serpihan kulit ikan patin yang berwarna hitam pada surimi merupakan benda asing yang tidak dikehendaki dalam perdagangan. Untuk membantu mengeluarkan lemak dari daging ikan patin maka selama pencucian ditambahkan natrium.
C.KESIMPULAN
Tersedianya lahan produktif untuk pengembangan budidaya ikan patin di beberapa daerah, semestinya mendorong Indonesia untuk mampu tampil sebagai produsen ikan patin seperti halnya Vietnam. Oleh karena itu, peran strategis pemerintah (pusat maupun daerah), lembaga riset, swasta, serta perbankan diharapkan dapat meningkatkan tumbuhnya industri budidaya ikan patin yang selama ini belum dioptimalkan. Selain itu pengembangan budidaya ikan patin dengan sistem sentra yang merupakan pusat kegiatan budidaya di satu
kawasan/lokasi tertentu yang menggunakan bibit, teknologi, sarana yang sama, serta menghasilkan produk yang sejenis perlu digalakkan. Dengan sistem sentra ini, maka usaha budidaya akan menjadi lebih efisien dan dapat mencapai skala ekonomis untuk berdirinya industri pengolahan ikan patin, penanganan limbah dapat terkendali, dan mudah untuk melakukan pembinaan atau inovasi. Tumbuhnya sentra budidaya ikan patin ini akan meningkatkan perekonomian
nasional melalui penerimaan devisa dan membuka lapangan kerja baik disektor budidaya (hatchery dan pembesaran), pengolahan dan pemasaran sebagai sumber pendapatan bagi ribuan nelayan serta pembudidaya ikan. Pengembangan budidaya ikan patin dan inovasi produk olahan ikan
patin diharapkan mampu mengisi kebutuhan pasar di Uni Eropa, Rusia, Timur Tengah, Australia, dan Amerika yang saat ini didominasi oleh ikan patin “basa” dari Vietnam.
DAFTAR PUSTAKA
(Sari et al. 2019)Masyarakat
Pemberdayaan, Melalui Program, Pelatihan Pembuatan, Abon Ikan, Patin Di, Kelurahan
Semolowaru, Kecamatan Sukolilo, et al. 2024.
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui (Sri Umiyat, Dkk.) | 51 Nanggroe.” Nanggroe : Jurnal Pengabdian Cendikia 3(3): 51–
60.https://doi.org/10.5281/zeno
do.12105652.
Sari, N Ira, Dian Iriani, Bustari Hasan, and Tjipto Leksono. 2019. “Pengolahan Snack Ikan
Patin Sebagai Cemilan Sehat Di Kelurahan Rumbai Bukit Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.” Unri Conference Series: Community Engagement 1: 663–69.
doi:10.31258/unricsce.1.663-
669.
Suryaningrum, Theresia Dwi. 2008. “Ikan Patin: Peluang Ekspor, Penanganan
Pascapanen, Dan Diversifikasi Produk Olahan.” Squalen Bulletin of Marine and
Fisheries Postharvest and Biotechnology 3(1): 16. doi:10.15578/squalen.v3i1.166.
Suryaningrum, Theresia Dwi, Suryanti Suryanti, Rodiah Nurbaya Sari, Ema Hastarini,
and Diah Lestari Ayudiarti. 2022. “Pengaruh Perendaman Dengan Asam Cuka Dan
Sodium Bikarbonat, Serta Perlakuan Blansing Terhadap Karakteristik Keripik Kulit
Ikan Patin (Pangasius Hypophthalmus).” Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan 17(1):
63. doi:10.15578/jpbkp.v17i1.799.
Yanti, Delfi, and Maryantina Maryantina. 2021. “Strategi Pengembangan Kuliner Lokal
Untuk Meningkatkan Kualitas Produk Olahan Ikan Patin Di Kampung Patin Desa Koto
Masjid Kabupaten Kampar Kecamatan Xiii Koto Kampar Provinsi Riau.” Jurnal Daya
Saing 7(2): 174–84. doi:10.35446/dayasaing.v7i2.6 75.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H