" ayah makan nya yang banyak biar cepat sembuh", pinta Hendra. Ibu dan ayah tatapan mereka bingung sedangkan ayah sedang tidak sakit". Ayah menjawab, iya nak, kalian bagaimana kabar nya baik-baik saja kan?". " Alhamdulillah yah, kami baik-baik saja pinta Adelia". Makan malam pun selesai, ibu dan ayah sudah masuk kamar. Tinggal mereka bertiga yang ada di ruang makan. Sal, bentar lagi wisudakan ikut kerja sama kakak yuk ke kota". " iya sal, kan lumayan gaji nya gede juga, sambung Hendra". Salma diam tidak menjawab pertanyaan mereka berdua, " sal, dengar tidak kami sedang berbicara dengan mu tapi kenapa tidak ada respon dari mu, seperti tidak di hargai, pinta Adelia". " oh, iya apa enggak ingin punya gaji sendiri, apa terus mau di manjakan terus sampai tua, tanya Hendra". " entah lah adik mu itu payah kalau di ajak bicara, begini buat malas jadinya". " Uda besar kalau bisa itu mandiri jangan bergantung dengan orang tua terus menerus kita kan enggak tau mereka bisa hidup lama lagi apa tidak", pinta Hendra".
  "Lagian dek kalau tidak dari sekarang belajar hidup mandiri kapan lagi mau di coba, kejar yang mau di kejar di raih". Jangan diam seperti orang yang tidak berguna, masih muda banyak relasi dek, masalah ibu dan ayah kan mereka bisa pakai ART yang membantu urusan rumah. Kita ini perempuan harus bisa mandiri jangan bergantung dengan orang tua terus menerus dek, enggak ingin apa punya uang hasil keringat sendiri. Mereka berdua menasehati Salma tapi bagi Salma ini bukan nasehat melainkan ocehan yang mereka sendiri enggak tau seberapa besar usaha aku, dan seberapa besar aku ikhlas meninggal impian yang telah ku susun.
   Uda, uda belum kalian berbicara, Uda puas belum? Bentak Salma. Kalian itu enggak pernah tau hidup jadi anak bungsu itu seperti apa, mau kita apa tapi keinginan orang tua begini mau nya. Kalian itu enak bisa mendapatkan segalanya yang apa kalian mau, sedangkan aku? Aku apa aku harus berusaha sendiri di kaki ku sendiri dengan segala harapan yang tertumpah pada aku. Aku juga ingin kerja di luar kota seperti kalian tapi apa, ayah selalu bilang jangan pergi. Kalau kamu pergi siapa yang menjaga ayah dan ibu sedangkan kakak dan Abangmu saja jarang pulang nak. " kalian pernah berpikir tidak waktu di perantauan siapa yang mengurus ibu dan ayah sedangkan mereka tidak muda lagi, ayah yang sering kambuh penyakitnya. Kalian pernah berpikir ke situ enggak.
  Kalian itu tau aku yang Cuma manja nya saja tapi kalian enggak pernah tau apa yang aku alami selama kalian sudah merantau. Keluh kesah ayah ibu yang setiap hari aku terima, belum lagi masalah yang enggak di sangka datang. Kerinduan mereka pada kalian, kalian tau enggak? Tanya Salma. Enggak kan, kalian enggak bakalan ngerasain jadi anak bungsu yang hidup serba salah penuh dengan ketakutan, kegagalan yang selalu dan menghampiri kehidupan nya.
    Tapi aku enggak mau cerita sama kalian, kenapa? . Aku takut mengganggu pekerjaan kalian, jadi beban pikiran kalian. Memang kalian ada peduli ? Kalau tidak di telepon ibu jarang mau telepon, orang tua itu juga pengen di perhatikan, di sayang sama anak nya di usia yang sekarang ini. Tapi apa? Apa kalian mengerti enggak kan. Kalian itu tau nya aku manja, aku enggak bisa mandiri. Tapi nyata aku hidup disisa umur orang tua yang semakin menua sedangkan aku belum bisa membahagiakan mereka.
    Bang, Abang selalu bilang kan jangan lupa pikirkan diri sendiri dek. Kalau aku mikirin diriku sendiri bang enggak mungkin aku sekarang disini temani masa tua ibu dan ayah. Uda dikampus impian ku bang, tapi apa aku rela enggak jadi kuliah di luar kota karena permintaan ayah. Kata ayah kalau kamu pergi siapa lagi anak kami, sedangkan kakak dan Abangmu jarang pulang. Kamu tau kakak di saat dirimu berhasil menggapai semua impian dan cita-cita mu dengan kebebasan lain dengan aku yang banyak tuntutan ini itu, pinta Adelia dengan air mata yang jatuh membasahi kedua pipinya.
   "Iya, salah sendiri kenapa kamu enggak pernah cerita sama kami berdua, kenapa dipendam?. Iya kami enggak tau lah apa yang kamu rasakan sedangkan kami sibuk dengan dunia kami sendiri, pindah Adelia". Itu lah kak, nampak egois nya bukan aku yang egois kalau aku egois aku sudah memilih kampus impian aku, hidup dengan bebas tanpa harus menjaga mereka di usia mereka yang tidak muda lagi". " iya kamu enggak bisa begitu ngomong nya Adel, kita juga salah tanpa memikirkan nasib Salma bagaimana, disaat kita jauh dari orang tua dia lah yang menjaganya, di saat kita hidup dengan kekayaan mereka, dia hanya hidup dengan sisa umur mereka, pindah Hendra". Hendra berjalan menghampiri Salma yang sedang menangis.
   Tiba-tiba ibu dan ayah keluar kamar dan menghampiri mereka bertiga, sudah-sudah uda malam apa yang diributkan enggak enak di dengar tetangga. Kita jarang kumpul begini sekali kumpul masa ribut, pinta ibu. Kalian tidak bisa menghakimi adik kalian sendiri, kalian tidak tau apa yang dirasakan disaat kalian jauh dari kami. Jadi apa yang mau kalian ributkan, bukan belajar dari adik kalian.
   Dia yang mengurus kami tempat kami bercerita semua keluh kesah yang ada, sambung ayah. Adel berjalan menuju Hendra dan Salma, dik kami minta maaf ya. Maafkan kami yang tidak ikut membantu mengurus ibu dan ayah, semoga kehidupan mu lebih baik dari kami. Kami mohon izin untuk pulang besok karena tidak bisa cuti lama-lama dek. " sudah tidak apa-apa, aku sudah memaafkan kalian, aku harap setiap saat ingatlah kedua orang tua. Akhirnya mereka berpelukan dengan hangat, lalu ayah berkata jangan ribut-lagi ya kami sedih kalau kalian ribut.
    Setahun setengah sudah berlalu dari cekcok tersebut, salma kini sudah tamat kuliah dan Alhamdulillah dia lulus PNS. Itu lah harapan yang di nanti kedua orang tua nya. dan dia juga penempatan masih di provinsi tempat tinggal dia, jadi tetap bisa jumpa orang tua nya meski beda kota. Kata selamat datang dari kakak dan Abang nya. Kini sudah terwujud harapan ku bisa membahagiakan kedua orang tua ku di sisa umur mereka yang semakin menua, beban yang ku bawa kini sedikit berkurang, ketakutan yang ada juga berkurang. Kini ku selalu bersyukur kepada mu. Walaupun aku hidup di penghujung Harapan mereka tapi aku selalu berusaha membahagiakan mereka. " Tidak ada kegagalan, disaat kita mau berusaha dan mencobanya".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI