" Hidup di penghujung Harapan"
    Salma adalah anak dengan seribu ketakutan, mengapa tidak? Salma harus bersaing dengan umur kedua orang tua ku yang tidak muda lagi. Setiap hari pikiran Salma selalu di hantui dengan rasa ketakutan yang mendalam, riuh nya isi kepala membuat ku tidak bisa tidur. Itu hal yang setiap hari aku rasakan. Terkadang harus banyak memahami sudut pandang tentang terhadap kehidupan ini. Tidak hanya itu, setiap masalah yang datang di kehidupan ku kerap kali ku pendam, ku tanggung sendiri tanpa harus bercerita kepada orang tua. Karena aku tidak mau membuat mereka kepikiran walaupun terkadang ada rasa lelah menyimpan semua nya sendirian.
    Seperti biasanya, Salma menjalani kehidupan sehari-hari dengan kuliah di salah satu universitas yang ada di kota tempat tinggal nya. Salma tinggal bersama ke dua orang tua nya, Kakak dan abang Salma bekerja di salah satu perusahaan swasta yang di luar kota. Tak jarang membuat mereka hanya berjumpa ketika hari lebaran tiba, karena kesibukan masing-masing dari mereka. Tak heran salma tempat berkeluh-kesah kedua orang tuanya ketika Abang dan kakaknya tidak ada
Tak heran salma terkadang mengeluh ke diri sendiri , Habis mau mengeluh kemana sedangkan kedua orang tua nya mengeluh dengan nya. Tapi hal itu tidak masalah buat nya, walaupun terkadang rasa ingin juga mengeluh atas apa yang di alami nya namun apalah daya anak kecil tak punya ruang untuk meluapkan semua nya. Karena dia tau pasti hanya sekadar di dengar namun tak ada ruang penyelesaian, iya lebih baik aku pendam saja pintanya selalu begitu.
    Malam hari tiba, sehabis makan malam biasanya ayah langsung ke kamar namun berbeda dengan hari ini dia menemaniku cuci piring hingga selesai. Aku bertanya kepada ayah " tumben ayah belum masuk kamar, ada apa yah". " tidak apa-apa, ayah ingin mengobrol dengan mu nak, selesaikan saja dulu cucian piring nya". Salma langsung berpikir tumben ayah tidak biasa begini biasa langsung saja berbicara, tapi iya sudah lah.
    Ayah, teriak Salma memanggil ayah yang sedang menonton televisi. "Iya nak, apakah sudah selesai ? " . "Sudah, yah. "Begini nak sebentar lagi kamu kan tamat kuliah kalau bisa cari kerjanya disini saja yah". "Mengapa begitu yah, aku ingin sekali bekerja diluar kota sama seperti kakak dan Abang". " Kalau kamu juga kerja di luar kota terus siapa yang menemani ibu dan ayah, sementara ayah dan ibu susah tua nak. Rasa pasti begitu sepi, lihat kakak dan Abangmu tidak ada waktu pulang kan kecuali cuti lebaran itu juga belum tentu. Sama seperti saat ini kami rindu dengan mereka tapi apa mereka juga belum bisa pulang nak".
" Tapi yah, aku juga uda banyak mengalah. Di saat aku ingin kuliah di luar kota tapi ayah tidak mengizinkan, aku sudah ikhlas. Tapi terlepas itu apakah aku tidak bisa menentukan jalan hidup ku? ". " ayah terdiam sejenak, tapi nak". Salma pergi meninggalkan ayah tanpa sepatah kata pun dan langsung menuju kamar tidurnya sambil menahan air mata nya. Tiba-tiba ibu datang menghampiri ayah, sudah lah ini bukan waktu yang tepat untuk memaksa anak nya yah.
    Dalam kamar Salma menangis sambil memeluk boneka kesayangan nya, ternyata jadi anak terakhir dengan seribu harapan dan ketakutan ini lah yang aku alami saat ini. Aku juga ingin bebas tapi beban harapan di pundak aku banyak sekali, bagaimana bisa anak kecil ini menggapai semua nya sedangkan dia juga ingin di dengar pinta nya. Terdiam sejenak, seketika terlintas dibentaknya ingin membohongi kakak dan abangnya agar bisa pulang. Karena sudah dua tahun lebih mereka tidak pulang, itu sebabnya ayah selalu mengeluh rindu dengan mereka.
   " dering, bunyi dari telepon Abang dan kakaknya salam yaitu Adelia dan Hendra. " ada apa Salma pinta Hendra". " bang, bisa pulang sekarang enggak, ayah sedang sakit dari tadi memanggil nama kalian bang, kakak". "Penyakit ayah kambuh lagi dek ?", pinta Adelia. " iya kak segar lah pulang kalian ibu dan ayah selalu menunggu kehadiran kalian. Mendengar kabar itu mereka segar memesan tiket pesawat untuk pulang besok paginya .
  Sampai lah mereka berdua di bandar tempat kota kelahiran mereka, dan bergegas menuju rumah mereka dengan mengendarai mobil travel. Sesampai dirumah mereka melihat ibu sedang menyiram tanaman dan bunga yang ada di halaman. " Ibu, teriak Adelia dan Hendra". Mereka berdua langsung memeluk ibu, tak sadar air mata pun jatuh membasahi pipi ibu. "Alhamdulillah syukurlah kalian pulang ibu dan ayah sangat rindu dengan kalian nak."
    Malam pun tiba mereka makan malam bersama di ruang makan, biasa hanya ada salam dan kedua orang tuanya namun kini kembali ramai karena adanya kakak dan Abang nya Salma.