Dari data yang diperoleh Agus Sartono yang merupakan Deputi Menteri Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK, bahwa hanya 1,8 juta pelajar dari 3,7 juta  lulusan SMA/SMK/MA yang bisa melanjutkan ke PTN/PTS. Hal ini semikin menunjukkan bahwa masa depan generasi muda kian terancam selama diatur oleh sistem kapitalisme.
Islam Mencetak Generasi Berkualitas
Negara dalam Islam berkomitmen untuk mencetak pemuda menjadi generasi yang berkualitas. Negara dapat melaksanakan berbagai tindakan.
Pertama, Departemen Pendidikan mengadakan pendidikan yang dirancang mampu melahirkan teknorat dan ilmuwan yang memiliki karakter Islami serta mampu mengelola sumber daya alam untuk menciptakan teknologi canggih. Negara akan menanggung seluruh biaya pendidikan kepada rakyat secara merata sehingga dapat dinikmati secara gratis.
Kedua, mengembangkan berbagai industri yang berkaitan dengan kekayaan milik umum. Banyak dari masyarakat, termasuk para pemuda, akan diberdayakan untuk bekerja di industri-industri tersebut. Kekayaan milik umum akan dikelola oleh sumber daya yang berkualitas berdasarkan prinsip Islam, kemudian hasilnya akan digunakan untuk kemashlahatan umum.
Ketiga, Depertemen Pendidikan akan mengadakan perguruan tinggi yang mampu melahirkan ulama, mujtahid, fukaha, pemimpin, pakar, pemikir, dan kadi (hakim)
Khatimah
Peran dan posisi pemuda dalam Islam sangatlah istimewa. Pemuda adalah pilar utama yang membangun komponen pergerakan. Mereka memiliki potensi yang produktif dan kontribusi tanpa batas. Selama ada pemuda dengan kepedulian dan semangat yang membara, suatu umat tidak akan runtuh. Sayangnya, kini peran ini malah sering ditenggelamkan oleh sistem kapitalisme.
Pada dasarnya, pemuda Islam harus siap tampil di mana saja ketika tenaga dan kekuatannya dibutuhkan untuk berkorban demi Rabb-nya. Suatu peradaban akan mati tanpa adanya pemuda. Peradaban akan baik jika pemudanya memiliki integritas.
Umat memerlukan sistem Islam diterapkan oleh negara agar generasi bisa terselamatkan dari kerusakan dan ketidakaberdayaan (menganggur) yang diakibatkkan oleh penerapan sistem sekuler kapitalisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H