Waktu terus bergulir, sang mentari nampak begitu cerah. Menerangi bumi dengan gagahnya. Elok, jingga, nan bersahaja.
***
Menjelang siang. Seperti biasa, aku menjalani hari dengan tenang di tengah terik yang membara. Yah, karena aku mendapat kelas siang semester ini. Owh iyah, sebelumnya kita kenalan dulu ya. Namaku Bila, aku sedang menjalani study di IAIN Metro Lampung. Aku adalah seorang mahasiswi Pendidikan Agama Islam. Aku terkenal pendiam dan sulit berbaur, sehingga aku 'tak memiliki banyak teman. Sejak SD hingga sekarang, hanya beberapa saja yang mau berteman denganku, itu saja  yang memahami dan benar-benar mengenal karakterku. Tapi, percayalah aku orangnya asyik kok kalau sudah akrab. Aku mampu mendengar segala keluh kesah bahkan, terkadang banyak yang meminta solusi untuk menyelesaikan permasalahan. Hehe.. sangking seringnya jadi pendengar, sampai-sampai hanya kepada Tuhan suaraku terdengar. Sangking seringnya mencari solusi untuk orang lain, masalahku sendiri tak mampu kuselesaikan, nyampe pusing kadang. Wkwk..
Lanjut ya..
Kala itu aku bergegas menuju kampus, menyusuri jalan, kurang lebih selama 45 menit. Kebayang ga sih, dzuhur waktunya enak-enak tidur malah bergegas. Hehe.. ya mau gimana lagi, namanya juga berjuang.
Sesampainya di sana, aku memasuki kelas, teman-temanku tak banyak yang hadir, katanya dosennya terlambat hadir. Itulah perjuangan, udah bergegas, buru-buru nyampe kek pembalap Rosi di jalan, eh taunya dosennya terlambat hadir. Sekalinya masuk hanya sebentar.
Entah mengapa, aku orangnya gampang ngantuk. Paling ga bisa dengerin orang ngobrol atau ceramah.
"Tadi itu tugasnya suruh ngapa sih?" tanya salah satu teman.
"Ga tau, aku lo ngantuk banget," jawabku. Haha.. jangan ditiru ya, kadang bukannya aku ga urus, tapi ya gimana namanya juga ngantuk.
"Males lo aku tuh sebenernya  kalau online-online, buat jurnal segala, mending bikin makalah, presentasi kaya biasanya."
"Tapi, enak gini sih, jadi kita sedikit melek akan teknologi. Walau awalnya ga bisa tapi kan diajarin."
"Yaudah terus ini mau ke mana?"
"Di sini aja dulu mah, aku lo baru nyampe, panas banget lagi, di sini kipasnya mati." (Mah, panggilanku kepada temanku yang bernama Asma)
"Yaudah."
Aku melanjutkan tidurku di sebuah bangku. Haha.. keterlaluan ya.. Â sementara yang lain asyik bermain ponsel sendiri-sendiri.
***
Beberapa menit berlalu, di kelas hanya tersisa 3 manusia termasuk aku, yaiyalah termasuk aku, aku juga kan manusia. Hihi..
Hanya ada Asma dan Misdalifah, eh namanya mirip kek mantan istrinya Nazar ya. Awalnya aku tidak terlalu akrab dengan Misdalifah, walau kami satu kelas. Karena begitu ngantuknya diri ini, dan kebetulan tadi sewaktu hendak berangkat, aku diberi permen oleh ibuku. Haha... kek anak kecil ya di beri permen. Pas 3 bungkus, kubagi 3, Aku, Asma, dan Ifah. Nampaknya si Ifah seneng banget kuberi permen, sampe-sampe dibuat status WA sama dia. Sejak itu kami berteman, dan dikala Asma sibuk dengan pacarnya, Ifah yang selalu menemaniku.
***
Beberapa semester berlalu, kini aku menginjak semester 7. Musimnya pembukaan pendaftaran judul skripsi. Sungguh, benar-benar butuh perjuangan. Beberapa kali aku ke ruangan dosen Pembimbingku tapi, tiada kubertemu. Akhirnya, aku menemani Ifah untuk menunggu dosen Pembimbingnya. Sungguh, malangnya dia, berminggu-minggu menunggu tapi, tak kunjung temu, dichatnya tidak dibuka. Sekali dibuka, katanya bilang "Sabar, Bapak masih di bank." Karena disuruh sabar, alhasil Dia menunggunya hingga larut tapi, tiada pun nampak jejak-hejaknya. Hingga, pulanglah Dia sembari meneteskan air mata. Hingga mlm pun  tak kunjung reda, sampai ketika pagi, netranya nampak seperti bola pingpong.
"Mba"
"Gimana mba, udah ketemu sama Pak ***"
"Mboh lah, Bapak.e ki ditunggoni malah ra mangkat-mangkat, tak bela-belani mangkat isuk nganti sedino ra mangan, Â malah gur di php.in doang."
"Sabar ya mba, tiada perjuangan yang sia-sia, segala akan indah pada waktunya. Semangat."
***
Pada hari berikutnya kami menunggu, dan Alhamdulillah nya PA ku dapat dihubungi, dan berkata, "Lewat Wa saja."
"Baik, Bu," balasku.
Berkali-kali aku harus revisi tapi, kujalani dengan sepenuh hati.
" Jikalau seperti ini bagaimana bu, apakah sudah sesuai, atau masih ada yang harus saya rwvisi kembali?"
Alhamdulillah, setelah maghrib beliau berkata, " Ibu rasa cukup, tidak perlu ada yang direvisi kembali."
Aku sangat bersyukur sekali. Kala itu aku masih di kampus hingga malam menjelang, niatnya ingin meminta tandatangan kajur. Eh, ternhata sia-sia, kajur enggan tuk menandatangani. Sebab, PA belum bertandatangan.
***
Hari terkahir/deadline pendaftaran, aku belum juga mendapat tandatangan Kajur, kutunggui hingga ashar menjelang, bersyukurlah ada Ifah yang menemani dan membantuku mengurus berkas-berkas, dan Alhamdulillah persyaratannya sudah selesai, yang harusnya dia pulang, istirahat, ini malah menunggu dan membantuku hingga aku selesai. Bersyukurlah aku memiliki teman seperti dia. Teman yang bermulai dari sebungkus permen.
Perjuangan kami telah selesai, kini hanya tinggal menunggu hasil. Kebanyang ga sih, dari menunggu berhari-hari, perut tak sempat terisi, pulang larut, sampe-sampe Om tukang fotokopi pulang larut juga, padahal ada janji untuk pergi. Maafkan aku Om.
Perjuangan ini takkan kulupa, jua takkan kulupakan mereka yang telah menolongku, semoga Tuhan memberkati selalu..
Percayalah, tiada perjuangan yang sia-sia. Janji Tuhan itu pasti, jika tak tertepati, Tuhan kan mengganti dengan yang lebih baik lagi..
Buat kalian yang sedang berjuang, baik kuliah ataupun bekerja kalian hebat, jangan patah semangat. Sebab, ada orangtua yang harus dibanggakan, atau ada istri dan anak yang menjadi tanggungan.
Semangat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI