Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tanda-Tanda Masih Ada Trauma dalam Dirimu dan Cara Mengatasinya

23 November 2024   17:45 Diperbarui: 24 November 2024   13:06 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi trauma masa lalu yang masih terus menghantui. Foto: pexelw.com/RDNE Stock project 

Pernahkah kamu merasa kalau hidupmu dikendalikan oleh trauma masa lalu yang kadangkala juga diikuti rasa takut. Merasa takut untuk mengambil resiko, takut untuk mencoba sesuatu yang baru, takut membuka diri dengan orang lain atau bahkan takut untuk merasa bahagia.

Selalu berpikir bahwa kamu tidak memiliki kelebihan, selalu gagal, setiap orang akan menolakmu atau meremehkanmu. Bukan saja terjebak pada masa lalu, tapi kamu juga takut akan masa depan. 

Pola pikir ini dapat membuat hidupmu tidak tenang dan tidak bisa hidup seutuhnya. Tanpa disadari perilaku dan emosimu juga bisa terpengaruh oleh trauma yang belum terselesaikan. 

Jadi, bagaimana mengenali tanda-tanda masih ada trauma dalam dirimu dan bagaimana langkah awal untuk mengatasinya?

Tanda-tanda Trauma yang Belum Terselesaikan

Trauma adalah respons emosional terhadap pengalaman masa lalu yang menakutkan atau menyakitkan. Dimana pada saat kejadian tersebut terjadi kamu belum bisa mengatasinya sampai sekarang sehingga pengaruhnya terus membayangi dalam berbagai bentuk pola yang tidak sehat. 

Penyebab munculnya trauma bisa terjadi karena beberapa peristiwa, misalnya kecelakaan, kekerasan verbal, mengalami perundungan, kematian orang yang dicintai atau berakhirnya hubungan percintaan dan masih banyak lagi.

Meskipun waktu dapat menyembuhkan luka, trauma yang tidak diatasi sering kali meninggalkan bekas dalam bentuk luka emosional yang memengaruhi kehidupan. Oleh karena itu penting untuk mengenali tanda-tanda kalau kamu masih memiliki trauma yang belum terselesaikan seperti berikut ini.

1. Reaksi Emosional yang Berlebihan

Trauma yang belum terselesaikan sering memunculkan ledakan emosi seperti kemarahan atau kesedihan yang mendalam bila muncul trigger yang mengingatkan pada kejadian yang menyebabkan trauma. Reaksinya bisa dengan emosi yang meledak-ledak tidak terkendali, berteriak, mudah tersinggung, sulit konsentrasi, gelisah,merasa sedih dan mati rasa.

2. Menolak Perubahan Positif

Trauma dapat membuatmu merasa tidak pantas mendapatkan cinta, perhatian, atau keberhasilan. Kamu merasa tidak berharga dan tidak layak. Ketika hal baik terjadi padamu, reaksi pertamamu curiga bahkan beranggapan kalau nantinya kamu bakal ditolak, diabaikan atau disakiti setelah mengalami perubahan positif.

3. Takut Menghadapi Kegagalan 

Kamu takut dengan kegagalan sehingga cenderung tidak mau mengambil resiko dan lebih memilih untuk menetap di zona nyaman. Akhirnya sering melewatkan kesempatan-kesempatan yang baik dalam hidupmu.

Kamu lebih fokus pada kekurangan dan kurang perhatian pada kelebihan dan potensi yang mungkin kamu miliki. Intinya pikiranmu selalu negatif thinking. Padahal takut gagal dalam beberapa situasi adalah hal yang wajar. Setiap orang pernah mengalaminya. Tapi jika kamu masih dibayangi trauma masa lalu biasanya ketakutan akan kegagalan itu lebih besar daripada motivasimu untuk berhasil.
 
4. Sulit Terbuka dengan Orang Lain

Hal ini biasanya terjadi jika trauma yang dulu dialami adalah perlakuan buruk dari orang-orang di sekitarmu dan ini membuatmu takut untuk membuka diri kepada orang lain. Kamu takut untuk bercerita tentang masalah-masalahmu, karena di dalam hatimu takut ditolak atau malah dihakimi. 

5. Merasa Terisolasi dan Sulit Membangun Hubungan

Orang yang mengalami trauma sering kali merasa bahwa tidak ada yang memahami perasaan mereka, sehingga mereka menarik diri dari dunia luar. Kalau sedang menghadapi suatu masalah cenderung menghindar dari orang lain dan mengisolasi diri. Rasa takut akan kepercayaan yang disalahgunakan atau rasa tidak aman dapat membuatmu menarik diri dari hubungan sosial atau emosional dan lebih memilih menyendiri.

6. Kesehatan Fisik dan Mental Terganggu

Sering mengalami gejala fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan insomnia. Kadang timbul juga gejala-gejala psikologis tertentu tanpa tahu penyebabnya. Seperti sering cemas yang berlebihan, suka gugup, panik dan overthinking. 

Bagaimana untuk Memulai Mengatasi Trauma

1. Jangan Mengisolasi Diri

Setelah mengalami trauma, kamu mungkin ingin menjauh dari orang lain. Tetapi mengisolasi diri justru akan memperburuk keadaan. Bertemu langsung dengan orang lain akan membantumu pulih, jadi berusahalah untuk menjaga hubungan dan hindari menghabiskan terlalu banyak waktu sendirian.

Jalin hubungan kembali dengan teman-teman lama. Kamu tidak perlu membicarakan traumamu. Menjalin relasi dengan orang lain tidak harus melibatkan pembicaraan tentang trauma tersebut. Bahkan, bagi sebagian orang, hal itu justru dapat memperburuk keadaan. Kenyamanan datang dari perasaan terlibat dan diterima oleh orang lain.

2. Dukungan dan Support System

Kamu bisa bergabung dengan komunitas penyintas trauma. Berhubungan dengan orang-orang yang menghadapi masalah yang sama dapat membantu mengurangi rasa terisolasimu. Mendengarkan bagaimana cara mengatasi trauma dari orang lain dapat menginspirasi dan membantumu untuk pemulihan diri.

Atau bisa berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan menjadi relawan. Selain membantu orang lain, menjadi relawan dapat menjadi cara untuk melawan rasa tidak berdaya yang sering menyertai trauma. Ingatkan dirimu tentang potensi dan kemampuanmu dan dapatkan kembali kekuatanmu dengan membantu orang lain.

Jika kamu tinggal sendiri atau jauh dari keluarga dan teman, jalinlah pertemanan baru. Kamu bisa mengikuti kelas atau bergabunglah dengan komunitas untuk bertemu orang-orang dengan minat dan hobby yang sama.

3. Olahraga dan Menjaga Kesehatan 

Memiliki tubuh yang sehat dapat meningkatkan imun untuk mengatasi stres dan trauma. Cobalah berolahraga selama 30 menit atau lebih setiap hari. Misalnya berjalan kaki 10000 langkah sehari, jogging, senam, berenang atau menari. 

Olahraga dan menari dapat melepaskan hormon endorfin yang dapat membantu mengatasi stres dan cemas. Imbangi pula dengan pola hidup sehat. Tidur yang cukup dan makanan sehat dengan gizi dan nutrisi seimbang.

4. Mencari Bantuan Profesional

Menyembuhkan trauma bukan hal yang mudah untuk dijalani dan diselesaikan sendiri. Oleh karenanya penting memiliki seseorang untuk berbagi perasaan, seseorang yang dipercaya mau mendengarkan keluhan tanpa menghakimi. 

Jika dalam jangka waktu lama dan gejalanya tidak kunjung membaik, kamu mungkin memerlukan bantuan profesional dari psikolog atau psikiater. Pilih spesialis trauma yang membuatmu merasa nyaman karena kamu harus membangun kualitas hubungan yang baik dengan terapismu.

*****

Pemulihan trauma memerlukan waktu bukan suatu perjalanan yang instan. Apalagi respons dan proses pemulihan trauma pada setiap orang berbeda-beda. Butuh kesabaran dan keberanian serta dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat untuk menghadapinya.

Sadari bahwa kamu memiliki kekuatan, pilihan hidup dan kehendak bebas untuk menjalani kehidupan. Jadikan trauma sebagai pembelajaran untuk membuat dirimu menjadi lebih bijak, fokus dengan masa depan dan tidak terpaku pada masa lalu.

Referensi: 

Herman, Judith L. 1997. Trauma and Recovery: The Aftermath of Violence—from Domestic Abuse to Political Terror. New York. Basic Books.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun