Pernahkah kamu merasa tidak cukup baik dan tidak nyaman dengan diri sendiri? Selalu ada yang kurang, meskipun semua di luar kelihatan baik-baik saja. Atau sering berpikir kalau orang lain selalu lebih keren daripada kamu? Kalau iya, mungkin kamu sedang dilanda perasaan insecure.Â
Di zaman sekarang di mana segala sesuatu terlihat begitu sempurna di media sosial, perasaan insecure bisa muncul kapan saja. Perasaan ini bukan cuma sekadar membuatmu merasa rendah diri dan tidak pede, tapi juga berpengaruh ke berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari hubungan dengan orang lain sampai rasa damai di hati.Â
Tapi tenang, kamu nggak sendirian. Banyak orang yang merasakan hal yang sama. Kabar baiknya, insecure bukanlah sesuatu yang tidak bisa diatasi. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang apa itu insecure, kenapa bisa muncul, dan pastinya gimana cara menghadapinya.
Apa Itu Insecure, Mengapa Membuat Hidup Jadi Tidak Nyaman?
Insecure adalah perasaan tidak aman atau kurangnya rasa percaya diri. Misalnya, kamu merasa tidak cukup pintar, tidak cantik atau ganteng, atau merasa orang lain selalu lebih baik dari kamu. Kadang, insecure ini muncul dalam situasi tertentu, seperti saat lagi bicara di depan umum, atau bisa juga jadi perasaan yang selalu ada dalam hidup sehari-hari.
Insecure ibarat bayangan gelap yang terus mengikuti. Perasaan tidak cukup baik atau takut tidak diterima membuat sulit untuk menikmati momen-momen kecil dalam hidup. Alih-alih bersyukur atas apa yang telah dimiliki, kamu malah fokus pada apa yang kamu anggap kurang.
Kamu menjadi sering overthinking, khawatir apa yang orang lain pikirkan tentang diri mu dan jadi menahan diri untuk mencoba hal-hal baru. Padahal, hidup ini bukan untuk menjadi sempurna, tapi tentang menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri dan menikmati setiap prosesnya
Faktor Penyebab dan Mengatasi Perasaan Insecure
1. Perbandingan dengan Orang Lain
Kamu terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Media sosial sering kali memperkuat hal ini, karena orang cenderung hanya menampilkan sisi terbaik dari kehidupan mereka di platform tersebut.
Perjalanan hidup dan takdir setiap orang berbeda-beda. Saatnya fokus pada diri sendiri untuk menjalani jalan hidupmu sendiri, bukan bagaimana kamu membandingkannya dengan jalan hidup orang lain. Mulailah bersyukur atas hal-hal yang telah kamu miliki dan capai.
2. Pengalaman Buruk Masa Lalu
Pengalaman masa lalu, seperti penolakan, kegagalan, perundungan atau trauma, dapat meninggalkan luka emosional yang memicu perasaan insecure. Kamu mungkin masih terjebak dalam ingatan akan kegagalan atau kesalahan yang pernah kamu buat dan hal ini membuatmu ragu akan kemampuan diri sendiri.
Cobalah untuk memaafkan diri sendiri dan orang lain yang terlibat dalam pengalaman tersebut. Jika sulit konsultasikan dengan ahlinya agar dapat membantu penyembuhan dan melepaskan pengalaman buruk masa lalu.
3. Keraguan dalam Diri Sendiri
Dunia yang dinamis selalu penuh dengan tuntutan dan ekspektasi. Terlalu sering mengukur dirimu berdasarkan standar duniawi, seperti seberapa sukses dirimu di mata orang lain, seberapa banyak memiliki atau seberapa sempurna penampilanmu sehingga lupa akan nilai dirimu yang sesungguhnya. Kurangnya kepercayaan diri dan keraguan terhadap kemampuan diri sering kali menyebabkan perasaan insecure.
Bangun kepercayaan diri dengan menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan kecil dalam hidup. Terus belajar dan kembangkan keterampilan yang dapat meningkatkan potensi dan kepercayaan diri.
4. Kritik dari Orang Lain
Kritik dari orang lain sering kali menjadi pemicu rasa insecure. Kata-kata tajam, komentar negatif, atau penilaian yang tidak adil bisa membuat kamu meragukan diri sendiri dan merasa tidak cukup layak.
Terimalah kritik sebagai umpan balik yang membangun, bukan sebagai serangan pribadi. Lebih baik mengambil hikmah dan pelajaran dari kritik tersebut dan ingat bahwa tidak semua kritik adalah refleksi dari nilai dirimu.
5. Perfeksionisme
Perfeksionisme adalah dorongan untuk selalu sempurna dalam segala hal, tanpa toleransi sedikitpun terhadap kesalahan atau kekurangan. Meskipun tampaknya positif, perfeksionisme sering kali menjadi sumber besar dari rasa insecure ketika tidak bisa mencapainya. Ketika kamu menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk diri sendiri, kamu akan mudah merasa gagal dan tidak cukup baik bahkan ketika sudah berusaha keras.
Alih-alih berfokus pada kesempurnaan, fokuslah pada proses dan pencapaian yang telah kamu raih. Kamu harus melepaskan tuntutan yang tidak realistis dan menerima kesalahan sebagai bagian dari proses belajar dan berkembang.Â
Tekanan sosial adalah realitas yang dihadapi setiap hari. Harapan untuk selalu tampil sempurna, sukses, dan diterima oleh lingkungan sering kali menjadi sumber dari rasa insecure terutama jika merasa tidak bisa memenuhi harapan tersebut. Kamu dituntut memenuhi standar tertentu agar dianggap berharga, dan ini bisa menguras energi serta merusak kedamaian batin.
Tentukan nilai dan standar dirimu sendiri, jangan selalu mengikuti standart kolektif masyarakat yang bertentangan dengan hati nuranimu. Kebahagiaan sejati bukan berasal dari pengakuan atau pujian orang lain namun dengan melakukan hal-hal yang kamu sukai.
7. Ketakutan akan Penolakan dan Kegagalan
Di dunia yang penuh dengan persaingan, kamu mungkin merasa bahwa kegagalan adalah akhir segalanya, dan penolakan adalah cermin dari ketidaklayakan. Ketakutan bahwa orang lain akan menolak atau mengabaikan sering kali menjadi merasa insecure.
Setiap kegagalan adalah pelajaran berharga, yakinlah bahwa setiap penolakan adalah perlindungan dari hal-hal yang bukan untukmu. Penolakan dan kegagalan bukanlah tanda bahwa kamu tidak cukup baik, tetapi tanda bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih baik untuk kita.
8. Stigma Sosial atau Diskriminasi
Stigma sosial adalah label atau cap negatif yang diberikan oleh masyarakat kepada individu atau kelompok tertentu. Stigma ini bisa berasal dari berbagai hal, seperti kondisi fisik, latar belakang etnis, orientasi seksual, atau status sosial. Ketika kamu menjadi korban stigma buruk, rasa insecure bisa muncul karena merasa dihakimi, ditolak, atau dipandang rendah oleh orang lain.
Terimalah diri sendiri apa adanya. Sadarilah bahwa identitas diri adalah bagian dari keunikan yang berharga. Jangan biarkan stigma atau diskriminasi mendefinisikan siapa dirimu. Bangun kepercayaan diri dengan mengenali kekuatan dan potensi yang kamu miliki. Fokuslah pada pencapaian dan hal-hal positif yang sudah kamu lakukan dalam hidup.Â
****
Insecure adalah perasaan yang wajar, tapi bukan berarti kamu harus terjebak di dalamnya. Dengan mengenali penyebabnya dan berusaha untuk mengatasinya, kamu bisa lebih percaya diri dan nyaman dengan diri sendiri. Jadi, mulai sekarang lebih sayangi diri sendiri dan fokus pada hal-hal positif dalam hidupmu. Kamu lebih berharga dari yang kamu kira.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H