Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memaafkan Tanpa Melupakan: Seni Melepaskan dan Belajar dari Masa Lalu

10 Agustus 2024   17:46 Diperbarui: 11 Agustus 2024   15:12 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang saling memaafkan. Foto: pexels.cim/Ketut Subiyanto: 

Memaafkan mungkin lebih mudah untuk diucapkan daripada melakukannya. Kita mungkin telah memaafkan beberapa orang di masa lalu, tetapi sering kali masih merasa tidak nyaman dan kesal saat berurusan kembali dengan mereka bahkan ingin menghindari bila bertemu. 

Forgive but Not Forget atau memaafkan tapi tidak melupakan. Kutipan nasihat bijak ini mungkin terdengar kontradiktif, namun sebenarnya mengandung prinsip dan nilai-nilai kebijaksanaan mendalam yang dapat membantu kita menjalani kehidupan dengan hati lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih.

Lebih Sulit Mana Melupakan atau Memaafkan?

Bagi sebagian orang merasa bahwa memaafkan jauh lebih sulit dibandingkan melupakan. Ini tergantung pada bagaimana peristiwa tersebut menimpa seseorang dan caranya untuk memproses emosi, trauma, dan pengalaman pribadi.

Untuk memaafkan sering kali melibatkan proses emosional yang mendalam untuk melepaskan energi negatif seperti marah, sakit hati, dan dendam yang sering kali terasa sulit, terutama jika luka yang ditimbulkan sangat dalam. Butuh komitmen dan upaya untuk benar-benar membebaskan diri dari rasa sakit.

Apalagi jika kaitannya dengan ego dan perasaan bahwa seseorang harus mendapatkan keadilan. Banyak orang merasa bahwa dengan memaafkan, mereka seolah-olah membiarkan pelaku lepas begitu saja tanpa harus menanggung konsekuensi atas perbuatannya.

Memaafkan bisa dianggap sebagai tanda kelemahan, sehingga membuat lebih sulit untuk dilakukan. Ada tekanan sosial atau internal agar "tetap kuat dan berjuang" atau "jangan membiarkan orang lain menang," yang bisa membuat seseorang lebih sulit untuk memaafkan.

Melupakan meskipun sulit, mungkin terjadi secara alami karena ingatan yang memudar seiring berjalannya waktu. Atau karena seseorang memilih untuk tidak lagi fokus pada peristiwa tersebut. Namun lebih memilih untuk fokus akan masa depan dan tidak hidup di masa lalu.

Memaafkan bisa lebih sulit jika seseorang menjadi khawatir bahwa dengan memaafkan, mereka seakan-akan membuka diri untuk disakiti lagi. Ini terutama berlaku dalam sebuah hubungan di mana ada pola perilaku yang menyakitkan berulang yang melibatkan banyak perasaan yang saling bertentangan seperti cinta, kebencian, rasa sakit, dan harapan. Mengelola semua perasaan tersebut dan menemukan jalan untuk memaafkan bisa menjadi proses yang panjang dan sulit.

Dalam kasus dengan pola berulang memaafkan membutuhkan keberanian dan kepercayaan bahwa situasi tersebut tidak akan terulang. Contohnya pernah diselingkuhi, putus hubungan secara sepihak, dan di ghosting atau ditinggal begitu saja.

Sementara itu, melupakan sering kali sebagai mekanisme perlindungan diri, di mana seseorang mungkin mencoba untuk menekan ingatan dan rasa sakit agar tidak terus-menerus merasa tersakiti.

Memaafkan juga berarti berdamai dengan diri sendiri pada rasa bersalah, penyesalan, dendam atau perasaan bahwa kita telah membiarkan diri kita disakiti. Ini bisa menjadi bagian yang paling sulit dalam proses memaafkan. Sebaliknya melupakan, lebih sebagai cara untuk melanjutkan hidup tanpa harus berdamai dengan emosi atau pengalaman tersebut.

Mengapa Harus Memaafkan tapi Jangan Melupakan

Memaafkan tetapi tidak melupakan adalah prinsip yang sering dianjurkan karena membawa keseimbangan antara kedamaian batin dan prinsip hidup. Memaafkan adalah cara untuk melepaskan diri dari beban emosi negatif seperti dendam, marah, dan sakit hati untuk dapat melanjutkan hidup dengan hati yang lebih damai. 

Bila kita terus memendam perasaan ini, menyimpan dendam dan amarah terhadap diri sendiri atau orang lain maka dendam itu akan membebani kita seperti rantai yang menggantung di bahu. Hal tersebut menguras energi, meningkatkan stres dan bisa merusak kesejahteraan mental. 

Ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri atau orang lain secara ikhlas hingga memendam dendam dan kebencian memaksa kita untuk terus hidup terpaku pada masa lalu. Sama seperti penyesalan yang menyebabkan kita terjebak pada saat kejadian buruk itu terjadi. Kita tidak pernah berevolusi menjadi orang yang baru.

Tidak melupakan adalah bentuk perlindungan diri dan membantu kita untuk tetap waspada dan belajar dari pengalaman masa lalu. Dengan mengingat kesalahan atau ketidakadilan yang pernah terjadi, kita dapat menghindari terulangnya situasi yang sama di masa depan.

Dalam banyak kasus, memaafkan adalah cara untuk memperbaiki hubungan yang lebih sehat. Dengan memaafkan, kita memberi kesempatan kedua pada hubungan tersebut untuk tumbuh dan berkembang. 

Namun, tidak melupakan hal buruk di masa lalu akan memastikan bahwa kita akan tahu dan tidak mengabaikan tanda-tanda peringatan atau perilaku negatif yang mungkin muncul kembali.

Setiap pengalaman, terutama yang negatif, akan membawa pelajaran berharga. Dengan tidak melupakannya, kita mengakui dan menghargai pelajaran tersebut. Membuat lebih bijaksana dan lebih tangguh di masa depan, serta dapat membuat keputusan yang lebih baik.

Ingatan tentang tantangan atau kesulitan di masa lalu juga akan mengingatkan bahwa kita telah melewati masa sulit dan dapat menghadapinya lagi jika peristiwa buruk terjadi kembali. Sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam menghadapi masa depan.

*****

Memaafkan membantu melepaskan beban emosional, menyembuhkan luka batin dan melanjutkan hidup dengan damai. Sementara tidak melupakan menjaga diri dari mengulangi kesalahan yang sama. 

Mengingat masa lalu bukan berarti terus-menerus hidup di dalamnya, tetapi mengambil pelajaran berharga yang bisa kita gunakan untuk masa depan. 

Forgive but Not Forget keduanya bisa menjadi kombinasi yang kuat untuk kita terus bertumbuh, melindungi diri dan menjalani hidup dengan lebih bijaksana dan penuh kesadaran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun