Saat kita bekerja pernahkah terpikirkan untuk resign dari kantor atau mungkin ada yang sudah pernah berkali-kali resign di beberapa perusahaan. Banyak sekali alasan-alasan mengapa akhirnya kita memutuskan untuk resign.
Rekan dan lingkungan kerja yang sudah tidak nyaman lagi. Merasa tidak bisa berkembang kariernya atau gajinya tidak dibayar sesuai dengan apa yang telah kita berikan kepada perusahaan.Â
Bukan hanya karena masalah-masalah tersebut saja yang membuat karyawan resign. Kadang permasalahannya adalah karena memiliki bos yang toxic sehingga membuat karyawan tidak betah.
Tipe Uncaring Boss atau atasan yang tidak peduli dan cenderung masa bodoh dengan kondisi karyawannya. Tugas-tugas kita semua yang mengerjakan sampai lembur, tapi atasan yang mengambil hasilnya dan mengaku-ngaku itu adalah hasil kerja kerasnya. Jadi nama dan prestasi kita tidak terdengar sama sekali oleh top level manajemen.
Ada juga bos yang selalu menyuruh lembur tapi tidak pernah memberi uang lembur dengan alasan harus memenuhi target pekerjaan yang telah ditentukan.
Padahal bisa dikatakan karyawan adalah aset bagi perusahaan. Tapi bukannya dihargai malah sering ditekan seperti "Cari kerja sekarang susah pengangguran banyak, banyak yang mau mengisi posisimu kalau kamu keluar atau saya pecat." Jadinya kaya di doktrin dengan ketakutan.
Satu lagi gaya kepemimpinan bos yang toxic yaitu atasan yang selalu ingin mengontrol performa bawahannya dengan cara yang ekstrem atau berlebih-lebihan. Misalnya mendadak memberikan pekerjaan tambahan yang banyak banget dengan deadline pengerjaan yang mepet. Mengharuskan menyelesaikan banyak tugas sehingga harus lembur dan masuk kerja di hari libur.
Tidak berhenti sampai di situ, baru sebentar melakukan tugas-tugas yang diperintahkan sudah di intervensi. Kerja sedikit sudah disalahin, dikritik habis-habisan dan selalu di cari-cari kesalahannya. Padahal banyak tugas lain yang masih menumpuk belum selesai dikerjakan semua.
Cara Menghadapi Boss yang Toxic
Bagaimana menghadapi tipe bos yang toxic seperti ini? Perlu nggak sih resign cari pekerjaan baru? Simak beberapa tips berikut ini sebelum memutuskan untuk resign.
1. Bicarakan Langsung dengan Bos.
Coba ajak bos bicara empat mata. Sampaikan apa yang dirasa tidak nyaman dan pastikan tidak mengajak atasan berbicara di depan umum. Sampaikan pada bos bahwa kita memiliki visi yang sama yaitu ingin memajukan perusahaan.
Jangan berbicara dengan nada tinggi. Tetap tenang jangan merespons secara emosional saat bos bertindak tidak profesional. Bicaralah dengan nada yang meyakinkan minta untuk diberi kebebasan agar fokus melakukan tugas agar sesuai dengan deadline yang diharapkan.
2. Tetapkan Batasan Kerja yang Jelas
Buatlah batasan yang sehat pada pekerjaan dan waktu pribadi. Belajar mengatakan "Tidak" dan tegas jika beban kerja mulai tidak masuk akal dan tidak bisa melakukan hal lain diluar deskripsi dari pekerjaan yang sudah ditentukan perusahaan.
Pelajari cara menolak permintaan tambahan dengan sopan tapi tegas. Sampaikan pula kondisi kesehatan fisik dan mental yang saat ini dihadapi. Jadi atasan kita akan mendelegasikan tugas sesuai dengan kondisi kita.
3. Cari Dukungan
Cari dukungan dari rekan kerja yang dapat dipercaya. Mereka mungkin memiliki pengalaman yang sama dan bisa memberikan saran atau dukungan emosional. Jika situasinya sudah tidak dapat ditoleransi, pertimbangkan untuk berbicara dengan departemen HRD atau manajemen atas tentang perilaku bos kita.
4. Ngobrol Santai di Luar Jam Kantor
Di waktu senggang atau setelah jam pulang kantor ajak bos untuk ngobrol dan diskusi santai. Tidak hanya membahas pekerjaan tapi juga bisa membahas hal-hal lain di luar pekerjaan. Dengan diskusi santai setelah jam kerja kantor membuat suasana tidak kaku dan tidak canggung.
Pada akhirnya kita dapat dengan terbuka mengutarakan keluhan-keluhan dan unek-unek yang selama ini mengganjal di pikiran. Sampaikan pula ide-ide, kritik maupun saran dalam rangka meningkatkan kinerja kita di perusahaan.
***
Menghadapi bos yang toxic memerlukan strategi yang baik dan pendekatan yang bijaksana. Tetap profesional, tetapkan batasan, hindari drama, cari dukungan, dan fokus pada kesehatan mental dan fisik kita.
Jika semua upaya maksimal dan pendekatan gagal membuat situasi membaik. Jangan ragu untuk mempertimbangkan opsi karier lain yang lebih positif dan mendukung. Pilihlah tempat kerja yang lebih menghargai usaha, skil dan kerja keras kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H