Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hati-hati Oversharing Kehidupan Pribadi di Media Sosial

20 Juni 2024   09:23 Diperbarui: 21 Juni 2024   00:30 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI oversharing kehidupan pribadi di media sosial | by Freepik

Mengupload foto dan video di media sosial sudah menjadi hal yang biasa dan wajar di zaman sekarang. Hampir setiap hari rasanya kita disuguhi dengan banyak konten tentang kehidupan orang lain. Tidak sedikit orang yang menjadikan media sosial sebagai diary kehidupan dan menganggap itu adalah hal yang wajar.

Habis wisuda, liburan, ulangtahun langsung posting. Updated status setelah makan bareng, arisan atau sedang perjalanan ke suatu tempat. Lagi ada masalah di kantor, nge-tweet, ada masalah rumah tangga cerita panjang lebar di Facebook dan masih banyak lagi. Bahkan sisi kehidupan yang dianggap privasi seringkali di bagikan di media sosial.

Media sosial sekarang membuat batasan privasi seseorang menjadi semakin buram. Bahkan saking asyiknya bermedia sosial lalu menjadi oversharing dan secara sadar maupun tidak sadar telah membagikan informasi-informasi pribadinya. Padahal ada risiko signifikan jika terlalu oversharing informasi pribadi.

Penyebab Perilaku Oversharing di Media Sosial

Oversharing merupakan suatu perilaku seseorang yang membagikan informasi detail tentang kehidupan pribadi secara berlebihan di media sosial. Baik itu informasi berupa foto, video atau konten yang berkaitan dengan informasi pribadi tentang aktivitas sehari-hari seseorang.


Beberapa faktor yang membuat seseorang oversharing antara lain karena kecanduan media sosial. Berbagi di media sosial dapat memicu respon kimia di otak yang mirip dengan efek zat adiktif. 

Setiap kali kita mendapatkan like, komentar positif dan pembagian ulang, otak akan melepaskan hormon dopamin yang membuat kita merasa senang. Hal tersebut akan menciptakan lingkaran umpan balik yang mendorong untuk terus berbagi lebih banyak konten yang terkadang tanpa menyadari batasan privasi.

Faktor yang kedua adalah kebutuhan untuk diperhatikan dan penerimaan sosial. Media sosial menyediakan platform yang memungkinkan untuk mendapatkan pengakuan atau validasi dari teman, keluarga dan bahkan orang asing.

Keinginan untuk selalu diperhatikan, dicintai, diterima dan dipuji sering kali mendorong seseorang untuk sharing lebih banyak tentang diri mereka sendiri, bahkan hal-hal yang seharusnya tetap pribadi.

Faktor berikutnya yaitu keinginan untuk mengekspresikan identitas diri. Banyak orang merasa perlu untuk membagikan pemikiran, perasaan, dan pengalaman mereka untuk menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Keinginan untuk dikenal dan dipahami ini sering kali menyebabkan orang membagikan lebih banyak informasi pribadi daripada yang seharusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun