Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jangan Takut dengan Omongan dan Opini Orang Lain

29 April 2024   19:52 Diperbarui: 5 Mei 2024   00:01 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan dengarkan omongan julid orang lain. Foto: pexels.com/Yan Krukau

"Sudah lulus kok masih belum kerja?"

"Kapan beli rumah kok ngontrak melulu"

"Buruan nikah nggak baik lho kalau lama-lama nanti jadi tambah susah dapat jodohnya."

"Udah lama nikah kapan punya anak?"

"Si Aji baru setahun kerja udah bisa beli mobil lho, kamu kapan?"

Beberapa diantara kita mungkin pernah mendapat pertanyaan-pertanyaan nyebelin semacam itu yang sebenarnya di baliknya adalah mindset yang mungkin bisa dibilang tidak semuanya bisa sependapat atau sepemikiran.

Akibatnya kita tidak bisa berhenti memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita dan merasa cemas takut di hakimi orang lain. Kita jadi kepikiran terus hari ini, besok, lusa dan hari-hari seterusnya. 

Takut dengan Pendapat Orang Lain -  Fear of People’s Opinion (FOPO)

Hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, memiliki hasrat untuk bersosialisasi dan diterima masyarakat. Karena bagaimanapun manusia membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup. Jadi mempertimbangkan pandangan dari orang lain itu normal dan wajar. Bahkan kadang kita butuh feedback dari orang lain buat berkembang.

Akhirnya kita mungkin akan cenderung jadi mengikuti apa pendapat dan omongan orang lain. Akan tetapi berusaha mempedulikan perkataan orang lain terlalu berlebihan juga tidak baik terutama bagi kesehatan mental.

Bisa jadi karena kita mengalami kondisi yang namanya FOPO atau Fear of People’s Opinions alias takut dengan omongan orang, jadinya kita harus mengikuti setiap opini orang lain padahal sebenarnya kita tidak mau hidup seperti itu.

Ketakutan kita atas omongan dan opini orang lain lama-lama menjadi hal yang tidak rasional dan dapat menghambat kinerja dan potensi yang kita miliki.

Kita akan menghabiskan energi untuk menebak dan memikirkan apa yang nanti orang lain akan katakan tentang diri kita sehingga mengabaikan diri sendiri entah itu potensi, bakat, keyakinan dan nilai-nilai yang diyakini.

Kita juga akan bermain aman karena takut dengan kritikan, takut dijadikan bahan tertawaan, takut ditolak dan tidak berani mendebat sesuai sudut pandang kita.

Tips untuk Mengatasi

Sebenarnya memikirkan opini atau kritik yang dilontarkan oleh orang lain itu adalah hal yang wajar terutama jika memiliki dampak positif dan sifatnya kritik membangun agar kita menjadi lebih baik. Tapi kalau omongan nyiyir dan julid terus menerus sebaiknya tidak usah kita dengarkan.

Jika opini orang lain sudah mulai membuat kita cemas dan menggoyahkan pendirian dan keinginan kita yang sebenarnya, membuat kehilangan jati diri kita, jadi labil dan tidak jujur pada diri sendiri. Maka sudah saatnya untuk berkata pada diri kita sendiri "Ini adalah hidupku bukan hidup orang lain". Kita hidup bukan atas pendapat dan keinginan orang lain. 

Kita berhak untuk melakukan hal-hal yang kita sukai selama tidak merugikan orang lain. Belajar bagaimana caranya untuk mengontrol pikiran dan alam bawah sadar kita untuk bersikap bodo amat terhadap komentar dan pendapat julid orang lain. 

Kenali diri kita lebih dalam sebenarnya apa cita-cita kita, apa yang ingin dicapai, apa kegiatan yang paling kita sukai dan yang diinginkan. Dan yang paling penting harus sadar, apakah keputusan-keputusan yang kita buat selama ini bertujuan untuk membuat orang lain terkesan atau memang karena murni keinginan kita sendiri.

****

Meskipun kita harus menjadi otentik dan mengikuti kata hati, kita tetap tidak boleh egois dan apatis. Kita harus tetap menghargai opini orang lain yang berbeda dan harus menanamkan nilai toleransi, mendengarkan pendapat positif dan negatif yang orang lain berikan buat kita. Namun bila pendapat itu lama-lama mengganggu pikiran, kita harus bijak dalam menyikapinya.

Lakukan yang terbaik dengan berusaha menampilkan versi terbaik dari diri kita bukan terbaik atas dasar keinginan dan pendapat orang lain. Sehingga tidak akan ada penyesalan bila kita sudah mencoba semampu kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun