Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa Sosial Media untuk Dopamine Detox

30 Maret 2024   23:57 Diperbarui: 8 April 2024   02:41 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua sudah pasti sepakat dan paham bagaimana sosial media sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Selain sebagai sarana untuk berkomunikasi, berbagi informasi dan bersosialisasi tanpa batasan ruang dan waktu.

Saat ini sosial media telah berfungsi juga menjadi sarana edukasi untuk membagikan ilmu. Kita yang tadinya tidak paham ilmu ekonomi, hukum, parenting, psikologi, pengelolaan keuangan dan lain-lain, kini dapat mengakses berbagai informasi tentang keilmuan tersebut yang di bagikan secara bebas melalui sosial media.

Mulai dari institusi, organisasi, pesohor dan tokoh publik, hampir semuanya menggunakan sosial media sebagai alat untuk personal branding, penggalangan massa, promosi dan membentuk opini publik. 

Sekarang siapa saja bisa jadi populer dan memiliki penggemar atau jumlah followers yang banyak. Semakin populer dan jumlah pengikutnya banyak semakin terbuka lebar kesempatan untuk meraup pundi-pundi dari sosial media.

Selain itu sosial media menjadi ruang berkarya bagi siapa saja yang ingin membagikan skill atau keahlian di bidang tertentu dan berbagai kemampuan kreatif lainnya yang dapat menghasilkan uang yang lumayan yang kadang melebihi gaji pekerja kantoran. Banyak content creator bermunculan dan meraih kesuksesan menjadi orang kaya baru.

Ini menunjukkan bahwa sosial media membuka banyak peluang kerja dan dapat menambah penghasilan bagi pelaku industri kreatif yang membawa banyak pengaruh positif bagi perekonomian dan mengurangi angka pengangguran.

Namun bagaikan pedang bermata dua, segala manfaat dan kemudahan sosial media juga membawa dampak buruk bagi masyarakat. Mengapa demikian, dan bagaimana cara mengatasinya?

Pengaruh Buruk Sosial Media

Sebagaimana yang telah kita ketahui sosial media dapat menjadi media sarana penyebaran berita hoax yang menimbulkan keresahan, kebencian sampai amarah netizen. Kalau kita tidak mencari tahu kebenaran suatu berita akan dapat memicu konflik. 

Namun hal lain yang lebih buruk adalah dapat menimbulkan kecemasan, stress yang mempengaruhi kesehatan mental dan hal yang tidak pernah di sadari adalah kecanduan sosial media.

Apakah kita pernah menghitung berapa lama waktu yang telah dihabiskan untuk memantau sosial media? Sosial media membuat kita dapat melihat kehidupan siapa saja. Tidak sadar kita akan membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain, dan lupa pada kehidupan kita sendiri. Padahal bisa jadi kehidupan di sosial media tidak benar-benar nyata dan seindah yang terlihat.

Beberapa dari kita bahkan mungkin kita sendiri pernah mengalami kecemasan ketika postingan atau foto yang telah dibagikan tidak banyak yang melihat, tidak ada yang memberi like dan komen yang tidak sesuai harapan. Akhirnya berbagai kekhawatiran dan pertanyaan muncul. 

Apakah teman-teman atau orang-orang sudah tidak menyukai kita, apa kita sudah tidak menarik, apakah ada yang salah dengan postingan ini semuanya berputar-putar dan berkutat di dalam kepala. Kita menjadi cemas, stress, depresi dan kesehatan mental menjadi terganggu.

Puasa Sosial Media Untuk Dopamine Detox

Dopamine adalah hormon kebahagiaan, yang berperan besar dalam mempengaruhi emosi dan rasa senang yang dapat dirasakan oleh seseorang. Sosial media merupakan salah satu yang dapat memberi efek dopamine pada tubuh. 

Cara kerja hormon dopamine adalah dengan memberi sinyal kebahagiaan atau neuron transmitter ketika seseorang mendapatkan suatu reward. Itulah kenapa dopamine sering disebut sebagai hormon kebahagiaan karena dialah yang juga berperan mempengaruhi suasana hati. 

Terdapat rasa senang dan puas ketika kita terus melihat konten video TikTok, melihat foto-foto di Instagram. Seperti ada yang kurang, perasaan cemas dan penasaran ketika kita tidak membuka aplikasi sosial media. Sehingga selalu muncul keinginan untuk terus-menerus membuka aplikasi sosial media. Tanpa kita sadari kita telah kecanduan sosial media.

Agar dapat menghilangkan kecanduan sosial media kita perlu menjalani puasa sosial media sekaligus untuk dopamine Detox. Puasa sosial media merupakan sebuah cara detoksifikasi yang untuk membersihkan diri dari kelebihan Dopamine yang menyebabkan kecanduan.

Tujuan lain dari puasa sosial media adalah untuk mereset kehidupan kita dan mengurangi ketergantungan kita dengan sosial media dan segala dampaknya seperti cemas, stress atau depresi karena cyber bullying. 

Kita bisa memulai dengan meng-uninstall aplikasi sosial media untuk beberapa saat. Lalu selama puasa media sosial mulailah kegiatan baru misalnya mengerjakan hobi yang lama tidak pernah dilakukan, bersih-bersih rumah, memilih barang-barang dan pakaian lama yang sudah tidak dipakai untuk disumbangkan, dan kegiatan bermanfaat lainnya.

Tujuannya adalah mengalihkan keinginan kita yang setiap saat ingin membuka handphone. Banyak orang yang kemudian hidupnya mulai sedikit berubah, dan jauh lebih sehat, bahagia dengan memulai kebiasaan kebiasaan baru tersebut.

****

Sosial media bisa memberi kemudahan namun sekaligus menjadi sesuatu yang negatif. Perlunya kita bijak dan penuh kesadaran dalam bersosial media agar terhindar dari kecanduan yang sulit dilepaskan.

Kadang kita berpikir bahwa dengan semakin banyak sosial media yang kita ikuti membuat kita selalu terhubung, namun sebenarnya kita terputus satu dengan yang lain. Orang-orang yang hanya hadir secara virtual seolah-olah dekat dan selalu kita beri perhatian. Namun kita mengabaikan orang-orang yang benar-benar hadir nyata di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun