Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mindful Eating ala Orang Jepang, Kunci Hidup Sehat dan Umur Panjang

7 Februari 2024   09:22 Diperbarui: 10 Februari 2024   03:00 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu penerapan Shokoiku dalam mindful eating ala orang Jepang. Foto: DokPri

Jepang tercatat sebagai negara yang memiliki tingkat obesitas jauh lebih rendah dan usia yang lebih panjang hingga mencapai 100 tahun bahkan lebih dibandingkan negara lain di dunia. Meskipun telah berusia lanjut mereka masih tetap dalam kondisi sehat dan prima. 

Masyarakat Jepang sejak usia dini telah diajarkan untuk menganut pola hidup sehat dan gaya hidup aktif bergerak. Jika bertemu dengan orang Jepang atau saat  berkunjung ke Jepang, jarang ditemui orang yang berbadan gemuk, rata-rata tubuhnya kurus dan langsing.

Namun orang-orang di Jepang bukanlah orang yang istimewa, mereka tidak jauh berbeda satu dengan yang lain. Perbedaannya terletak pada pemahaman tentang cara hidup sehat dan nilai-nilai seputar kesehatan. 

Salah satu faktor yang berkontribusi pada umur panjang adalah pola makan yang sehat dan prinsip mindful eating yang telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari.

Apakah yang disebut Mindful Eating?

Definisi mindful eating menurut Joseph B Nelson, seorang psikolog kesehatan, adalah sebuah pendekatan yang berfokus pada kesadaran indera dan pengalaman seseorang terhadap makanan.

Tujuan dari menerapkan mindful eating adalah agar kita lebih menghargai setiap proses dalam mengonsumsi makanan. Termasuk memberikan perhatian penuh ketika makanan dan minuman yang dikonsumsi masuk ke dalam tubuh dengan melibatkan perasaan, sensasi, dan pikiran. 

Mindful eating telah berkembang di Jepang sejak berabad-abad yang lalu melalui ajaran Buddha Zen yang diambil dari praktik mindfulness, yaitu meditasi untuk melatih fokus dan kesadaran. Dalam mindful eating akan diajarkan tentang cara makan yang benar dan bagaimana kita bisa hadir seutuhnya saat makan. 

Mindful Eating Dalam Tradisi Budaya Makan Jepang

Rahasia hidup sehat orang Jepang adalah mengkonsumsi makanan yang tepat dan juga di dukung oleh mindful eating. Bagaimana mindful eating tercermin dalam budaya makan Jepang, mari kita simak bersama.

1. Itadakimasu

Sebelum mulai makan, orang Jepang memiliki kebiasaan melipat tangan di depan sambil mengucapkan itadakimasu sebagai bentuk penghormatan terhadap makanan. 

Banyak orang yang mengartikan Itadakimasu sebagai selamat makan, padahal sebenarnya mempunyai makna yang lebih dalam. 

Berasal dari kata Itadaku yang artinya menerima, Itadakimasu berarti saya menerimanya dengan rendah hati. Itadakimasu mengadopsi prinsip ajaran Buddha untuk menghormati semua makhluk hidup yang artinya kita berterima kasih kepada hewan dan tumbuhan yang menyerahkan hidup mereka untuk dimakan oleh manusia.

Dengan begitu kita akan memiliki rasa syukur atas makanan yang sudah diberikan dan bisa dinikmati di hadapan kita. Maka kita akan focus untuk mengunyah dan menikmati makanan, sejalan dengan prinsip mindful eating.

2. Hara Hachi Bu

Konsep Hara Hachi Bu berasal dari Pulau Okinawa di Jepang, yang dikenal sebagai salah satu pulau di wilayah Jepang dengan harapan hidup tertinggi di dunia. Prinsip ini mengajarkan untuk berhenti makan ketika perut terasa 80% penuh, bukan ketika sudah kenyang penuh. 

Dengan demikian, mereka akan menyadari sinyal kenyang dari tubuh mereka dan menghindari makan berlebihan sehingga dapat membantu menjaga berat badan yang sehat dan mendukung umur panjang.

Praktik Hara Hachi Bu sering dianggap sebagai faktor yang berkontribusi terhadap umur panjang dan kesehatan masyarakat Okinawa. Masyarakat Okinawa memiliki tradisi mengikuti pola makan yang rendah kalori namun kaya nutrisi. Hal ini sejalan dengan prinsip Hara Hachi Bu, yaitu mengonsumsi makanan padat nutrisi dalam porsi lebih kecil.

3. Shokoiku

Selain menganut gaya hidup aktif, orang Jepang juga selalu mengontrol asupan gizi, kebutuhan nutrisi dan jenis makanan mereka. Perilaku mengontrol makanan itu disebut Shokuiku atau arti terjemahannya adalah pendidikan makanan. 

Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh Sagen Ishizuka, seorang dokter militer yang juga menciptakan diet makrobiotik. Shokuiku bertujuan untuk membangun kebiasaan dan kesadaran makan yang sehat atau mindful eating dengan menerapkan empat prinsip dasar shokuiku. 

Yang pertama Shokuiku mengajarkan untuk fokus pada rasa kenyang daripada menghitung kalori yang masuk. Kita harus memahami kapan perut terasa lapar dan berhenti sebelum kenyang. 

Konsep ini hampir sama dengan hara hachi bu, yaitu bahwa harus berhenti makan ketika sudah merasa kenyang sebesar 80 persen untuk mencegah makan berlebihan dan memastikan seseorang mendapatkan cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Prinsip kedua yaitu mengkonsumsi makanan utuh dan sehat seperti sayuran, biji-bijian, ikan segar dan makanan fermentasi seperti miso dan natto. Membatasi konsumsi makanan olahan karena mengandung banyak garam, menghindari banyak minyak dan gula atau makanan yang terlalu lama pengolahannya. Maka tak heran rata-rata ikan dikonsumsi mentah seperti sashimi atau setengah matang. 

Yang ketiga harus bisa menikmati semua jenis makanan tanpa menghilangkan jenis makanan tertentu. Dalam satu set makanan harus ada  nasi atau sumber karbohidrat lainnya, sayuran, dan sumber protein. Dan juga penyajiannya dengan berbagai variasi agar tidak bosan. 

Dan yang terakhir adalah berbagi makanan dengan orang lain atau tradisi makan bersama. Orang Jepang rutin makan bersama dengan teman, keluarga atau kolega kantor. Makanan disajikan dalam porsi yang lebih kecil. 

Hal ini bertujuan untuk lebih focus menikmati makanan dan momen bersama dengan orang yang dicintai, sehingga membantu mengurangi kepenatan dan stres serta meningkatkan kesejahteraan mental yang dapat berdampak positif pada umur panjang.

4. Ocha no Jikan 

Ritual minum teh Jepang, atau Ocha no Jikan adalah contoh nyata dari mindful eating dalam budaya Jepang. Rincian pelaksanaannya sangat detil beserta peraturannya. Mulai dari persiapan hingga tehnik penyajian serta bagaimana cara dan sikap kita saat minum teh dan sebagainya. Setiap langkah dalam ritual ini dilakukan dengan kesadaran penuh. 

Minum teh Jepang bukan hanya sekedar tentang minum teh, tetapi juga menghargai prosesnya dan menghormati hubungan antara tuan rumah dan tamu. Ritual ini membantu menciptakan suasana yang tenang dan memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dan mental.

****

Dalam budaya Jepang, mindful eating merupakan sebuah filosofi hidup yang tercermin dalam tradisi, ritual, dan nilai-nilai budaya Jepang. Suatu hal baik yang bisa kita tiru. 

Bahkan tradisi mindful eating Jepang ini telah dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata bagi para turis mancanegara yang ingin mencoba merasakan budaya makan Jepang melalui Upacara Minum Teh atau Zen Eating yang kian hari semakin bertambah peminatnya. 

Mindful eating dalam budaya Jepang adalah bukti bahwa makanan bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga tentang menghargai dan menghormati prosesnya serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai kunci mendapatkan kesehatan yang baik dan mencapai umur panjang.

Referensi:

Nelson JB. Mindful eating: The art of presence while you eat. Diabetes Spectr. 2017;30(3):171–4.

https://kokumura.medium.com/the-mindful-eating-tip-that-i-barely-ever-see-written-about-is-the-one-japanese-people-use-every-7c4733053a7d

https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-shokuiku-kebiasaan-makan-sehat-ala-jepang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun