Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Wibu vs Otaku: Jejak Kekuatan dan Kecintaan pada Budaya Jepang

11 Desember 2023   10:33 Diperbarui: 19 Desember 2023   17:55 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Wibu dengan kostum cosplay. (Foto: pexels.com/Quyn Phạm)

Perkembangan budaya pop Jepang terutama anime dan manga semakin diakui secara global dengan banyaknya manga maupun film anime yang populer dan mendapatkan penggemar dari berbagai belahan dunia. 

Ditambah banyaknya platform streaming seperti Netflix, Crunchyroll, Disney+, We TV, dan Hulu semakin memudahkan akses menonton anime dan dorama (drama serial Jepang) bagi penggemarnya di seluruh dunia.

Budaya pop Jepang yang berkembang dengan segala keunikannya telah menciptakan dua istilah yaitu Wibu dan Otaku. Sering kali kedua hal tersebut dianggap sama, padahal banyak sekali perbedaan di antara keduanya. 

Apakah pembaca setia One Piece dari remaja sampai jadi bapak-bapak termasuk kategori Wibu? Bagaimana dengan para penggemar J-Pop dan dorama apa juga termasuk Wibu? Mari kita bahas.

Apa Itu Wibu, Siapa yang Pantas Disebut Wibu?

Istilah Wibu saat ini cukup populer tetapi masih banyak yang belum terlalu memahami definisi sebenarnya. Bahkan banyak pula yang salah memaknai istilah ini.

Kata Wibu dari kata weeaboo yang berasal dari cuplikan komik Perry Bible Fellowship karya Nicholas Gurewitch yang pada saat itu tidak memiliki makna apapun. 

Pada pertengahan tahun 2000-an berawal dari forum 4chan kata Wibu menggantikan istilah wapanese atau wanna be Japanese sebagai sindiran kepada orang-orang yang fanatik kepada segala hal yang terkait Jepang secara berlebihan.

Awalnya seorang wibu adalah dari pecinta anime, dorama atau musik J-pop kemudian rasa suka mereka beralih menjadi taraf obsesif yang tidak sehat terhadap segala hal berbau Jepang.

 Ciri-cirinya suka bertingkah seperti orang Jepang seolah sedang tinggal di Jepang dan menganggap dirinya sangat Jepang melebihi orang Jepang asli sendiri. 

Sering kali mereka hanya mengenal Jepang dari anime, J-pop, dorama atau budaya populer Jepang lainnya, tapi tidak mendalami budaya tradisional atau sejarah Jepang itu sendiri.

Para Wibu juga sering berbicara gaya Jepang dengan menyisipkan kata-kata bahasa Jepang saat sedang berbicara dalam bahasa Indonesia meskipun sebenarnya banyak yang tidak begitu fasih Bahasa Jepang karena yang disisipkan hanya kata-kata umum yang sering keluar di anime atau drama, seperti "sugoii", "kawaii", "konnichiwa", "ohayou", "gomen" atau kata-kata umum Jepang lainnya, namun jarang yang berbicara dalam satu kalimat panjang bahasa Jepang secara utuh.

Pada tingkat fanatik akut mereka mendewakan hampir semua sisi tentang Jepang. Merendahkan negara-negara lain, termasuk budaya dan negaranya sendiri, ingin menjadi orang Jepang hingga melupakan budaya dan tanah airnya dan rasa nasionalisme terhadap negaranya sendiri mulai pudar.

Antara Wibu dan Otaku

Istilah Otaku mengacu pada seseorang yang memiliki minat mendalam dan sangat menyukai suatu hobi mencakup pada bidang tertentu tanpa suatu batasan pada budaya Jepang.

Seiring berjalannya waktu bahkan di Jepang sendiri, Otaku lebih menjurus pada orang yang terobsesi dengan Manga, Anime, game atau budaya pop culture Jepang.

Kalau dalam versi baratnya adalah Geek yaitu seseorang yang sangat menggemari gadget, internet, dan hal-hal seputar itu. Seorang Otaku belum tentu adalah Wibu, namun Wibu biasanya berasal dari Otaku dan bisa dianggap sebagai otaku versi ekstrim.

Otaku masih memiliki rasa suka yang wajar. Bila menyukai manga maka akan mengoleksi serial manga dengan lengkap atau belajar teknik membuat komik manga. 

Jika hobinya nonton anime akan mencari tahu segala hal tentang anime tersebut seperti mengoleksi merchandise, nobar anime, ikut berbagai komunitas otaku atau cosplay mengenakan kostum dan aksesori meniru karakter manga, anime, film, dan video game.

Mereka juga sangat menghargai kualitas film animasi, plot cerita, karakter, pengisi suara, juga ragam tema dan cerita anime. Berawal dari situ mereka lebih mengenal dan menghargai budaya Jepang yang mereka anggap terlihat menarik di anime.

Kawasan Akihabara surganya para Otaku. (Foto: Dokumentasi pribadi)
Kawasan Akihabara surganya para Otaku. (Foto: Dokumentasi pribadi)

Para Otaku pasti sudah tidak asing lagi dengan Akihabara, salah satu distrik kota Tokyo ini sering digambarkan sebagai surganya para otaku dan anime lovers. 

Di sepanjang jalan dipenuhi toko-toko yang menjual berbagai macam produk anime, manga, merchandise, video game dan Cafe tematik seperti Maid Cafe di mana para pelayannya berpakaian seperti karakter maid anime. Tak heran daerah ini menjadi pusat bagi penggemar budaya pop Jepang.

*****

Kesuksesan global karya-karya seperti "Naruto," "Dragon Ball,", One Piece dan "Attack on Titan" membuktikan bahwa budaya Otaku bukan lagi sebagai sesuatu yang dipandang sebelah mata. Kesuksesan ini membantu mengubah persepsi negatif masyarakat terhadap Wibu dan membuktikan bahwa budaya Otaku memiliki daya tarik universal.

Tidak ada salahnya menyukai produk budaya negara lain untuk diambil nilai-nilai positif yang bisa kita tiru, selama tidak berlebihan dan masih dalam taraf normal dan sehat. Asalkan kita tidak melupakan asal dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia yang juga memiliki keanekaragaman budaya yang patut dibanggakan..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun