Permainan tradisional kini hampir hilang tergerus zaman yang semakin maju dan berkembang. selain itu minat anak zaman sekarang yang lebih populer  dengan sebutan "kids zaman now" ini sangatlah rendah. bahkan sebagian tidak mengenal dan sangat asing.Â
Permainan zaman dulu ini dianggap kuno. Di zaman digital ini memang memiliki banyak manfaat. Perkembangan yang sudah menjadi gaya hidup masyarakat dan tidak lepas dari yang namanya teknologi, begitu pun dengan pelajar.Â
Globalisasi ini menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah, kita seharusnya melestarikan kebudayaan negara agar tidak punah. memang kita tidak bisa menghindari derasnya arus teknologi agar tidak ketinggalan zaman.
Di era digital yang semakin maju juga banyak memiliki sisi negatif jika tidak bijak dalam menggunakannya, untuk menjadi penyeimbang yang positif perlulah anak dikenalkan permainan tradisional.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 7 yaitu tentang Mewariskan Budaya Melalui Teks Prosedur siswa mampu mengidentifikasi, menyimpulkan isi, menelaah struktur bahasa hingga menulis dan memeragakan teks prosedur. Dalam pembelajaran ini siswa begitu aktif dan antusias memeragakan hasil mainan pletokan yang telah dibuat bersama teman satu kelompoknya sesuai prosedur.
Mainan pletokan adalah permainan tradisional yang terbuat dari bambu dengan peluru yang terbuat dari kertas yang dibasahkan dan ditumbuk sehingga sampai bisa dibentuk atau dibulatkan.
Yazid, Fandi, Adhitya, dan Nabil adalah nama para siswa yang tertarik membuat dan memeragakan mainan tradisional tersebut, Â dengan semangat mereka menyampaikan mulai dari tujuan yaitu untuk membantu mengenalkan dan menjelaskan sebagian kecil kekayaan permainan tradisional, menjelaskan bagian alat dan bahan, langkah-langkah cara membuat hingga keseruan saat memainkan mainan pletokan tersebut.
Permainan ini juga mengajarkan dan memberikan makna bahwa "sejatinya hidup adalah pertarungan."