"Own Your Story"
Greta Gerwig kembali hadir dengan sebuah karya film yang diambil dari novel dengan judul yang sama, yakni "Little Women". Tajuk ini menunjukkan kesan yang singkat dan sederhana. Namun, memiliki kisah dan sirat makna yang hangat.
Berdasarkan karya dari novelis Amerika, Louisa May Alcott, kita akan disajikan perjalanan hidup Jo (Saoirse Ronan) bersama dengan saudari-saudarinya. Kisah ini akan mengarungi lika-liku March Bersaudara dalam memenuhi mimpi-mimpi mereka. Dengan cukup menuliskan kehidupan sederhana yang ia lalui bersama keluarganya, Alcott sanggup menyentuh hati dan memberi kehidupan terhadap karya sastranya hingga saat ini.
Dalam film ini, kita akan diajak untuk berdinamika secara emosional sesuai dengan yang ingin disampaikan setiap tokoh dari masing-masing adegan. Greta juga cermat menyusun rangkaian alur cerita secara maju-mundur dalam film garapannya ini. Oleh karena itu, kita tidak akan merasa lelah untuk mengagumi perjalanan Jo dan saudarinya dalam menggapai cinta, cita, dan asa.
Berlatar belakang tahun 1868 silam, masa ketika wanita masih sangat sulit untuk menentukan nasibnya sendiri. Keluarga March yang terdiri dari empat kakak beradik perempuan beserta ibu mereka (Laura Dern) -- yang mereka panggil Marmee -- dan Hannah (Jayne Houdyshell), hidup bersama dalam satu rumah di Concord, Massachusetts.
Dengan kehidupan yang berkecukupan, mereka saling merangkul satu sama lain sembari menanti ayah mereka (Bob Odenkirk) yang sedang pergi berperang. Mereka dididik untuk peduli pada sesama serta diberikan ruang kebebasan untuk berani memutuskan hal-hal besar di hidup masing-masing, termasuk soal pernikahan.
Meskipun tinggal dalam satu atap yang sama, mereka adalah wanita bebas yang memiliki impian berbeda. Masing-masing berhasil meraih impian dan cinta mereka, meski tidak secara keseluruhan.
Di awal film, kita bisa melihat bahwa March bersaudara hidup terpisah dan menjalani kehidupannya masing-masing. Alur dimulai saat Jo berada di New York berprofesi sebagai pengajar bersama dengan Friedrich Bhaer (Louis Garrel) dan sedang merintis karier sebagai penulis untuk membantu perekonomian keluarganya.
Kemudian, berpindah ke Paris menampilkan Amy (Florence Pugh) dan bibi March (Meryl Streep) bersama dalam satu perjalanan. Amy harus tetap tinggal di Paris guna mengikuti kursus melukis dan memastikan agar dirinya bisa menikahi pria kaya bernama Fred Vaughn (Dash Barber). Tak berselang lama, pertemuan Amy dengan Laurie (Timothe Chalamet) membuatnya merekah dan senang bukan kepalang.
Alur berlanjut pada kehidupan Meg (Emma Watson). Dalam keluarga kecilnya, ia hidup dalam keterbatasan dikarenakan suami tercintanya, John Brooke (James Norton), hanya bekerja sebagai pengajar dengan gaji yang tidak tinggi. Meskipun ia sangat mengidamkan keadaan yang lebih baik, tetapi rasa cinta dengan John membuatnya harus hidup apa adanya.
Di lain sisi, Beth (Eliza Scanlen) harus bergumul dengan penyakit yang diidapnya dan berdiam diri di rumah sambil bermain piano sebagai hobinya. Lebih lanjut, banyak alur yang akan mengisahkan hubungan antara keluarga March dan Tuan Laurence (Chris Cooper), kakek Laurie, sebagai tetangga berseberangan yang saling menolong dan berbagi.
"Just because my dreams are different than yours, doesn't mean that they're unimportant." Meg March
Terdapat beberapa adegan konflik menegangkan yang intens sepanjang film ini yang belum pernah diperlihatkan di versi Little Women lainnya. Konflik yang tercipta ditampilkan dengan berani dan menyentuh sentimen. Siapapun akan mengagumi penampilan Ronan dan Pugh terkait adegan-adegan konflik yang muncul.
Bisa diperhatikan bahwa pembawaan keempat tokoh kakak beradik March bersinar dengan pesonanya masing-masing. Semuanya mengisi peran dengan sangat baik. Haru dan tawa terbungkus dengan rapi dari adegan per adegan. Setiap dialog, pemeran tokoh, maupun suasana yang terlaksana disusun sedemikian rupa agar nyambung dan berkesan.
Chemistry yang dibangun antarpemain dapat terjalin secara jelas dan serasi dalam setiap kondisi. Akting yang mereka suguhkan juga ciamik. Tak heran jika banyak pihak yang terpukau dengan keberhasilan film ini.
Dengan transisi yang mulus, Gerwig berhasil menciptakan sinema segar dengan kisah lawas dalam segi baru yang menyenangkan. Setiap menitnya sangat memanjakan mata melalui sinematografi dan shoot yang halus, pas, dan penuh pertimbangan.
Selain itu, penggunaan perbedaan tone warna sebagai petunjuk latar waktu juga merupakan keputusan yang bijak. Penonton dimudahkan untuk mengira-ngira kapan terjadinya adegan yang sedang berlangsung: masa lalu (tone keemasan) atau masa kini (tone biru).
Film Little Women versi 2019 ini memiliki prestasi yang gemilang, terkhususnya dalam Academy Awards ke-92. Â Little Women menerima nominasi Best Picture, Best Actress (Ronan), Best Supporting Actress (Pugh), Best Adapted Screenplay, dan Best Original Score. Selain itu, film ini juga memenangkan Best Costume Design.
Banyak hal-hal menarik yang bisa dilihat dari film ini. Secara tersirat, film ini ingin menyampaikan bahwa kita harus menentukan serta menjalankan pilihan atau impian secara sejalan dan seirama. Semua orang berhak memiliki cerita sendiri. Oleh karena itu, kisah yang hebat dan berkesan sekalipun bisa berasal dari pengalaman bersama dengan orang-orang tercinta.
Film ini dapat ditonton oleh semua kalangan dan sudah tersedia di platform Netflix. Enjoy and be inspired!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H