Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, hampir 90% Rendang yang dikonsumsi masyarakat di luar rumah dimasak dengan menggunakan minyak Jelantah.
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang berwarna hitam pekat seperti oli bekas karena telah digunakan berkali kali.
Mengkonsumi minyak jelantah dapat membahayakan kesehatan. Prof. Made Astawan, dari IPB, menyatakan bahwa minyak jelantah mengandung senyawa beracun.
Beberapa hasil penelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa pemberian minyak jelantah ke dalam ransum dapat menyebabkan gejala karsinogenik atau kanker akibat adanya berbagai senyawa beracun, dan berbagai penyakit lain seperti diare dan aterosklerosis.
Sangat disayangkan "emas hitam" orang Minang dan masakan kebanggaan nasional itu sengaja dirusak reputasinya oleh para perendang yang tidak bertanggungjawab. Mereka itu hanya memikirkan keuntungan besar tanpa peduli terhadap kesehatan orang lain.
Defenisi Rendang itu adalah masakan daging kerbau atau sapi yang dibalut oleh bumbu-bumbu berwarna hitam yang terkaramelisi.
Warna hitam pada masakan rendang diperoleh melalui proses memasak 5-6 jam. Tergantung volumi rendang yang dibuat.
Memasak pun harus dengan api kecil. Jika tidak demikian, maka bumbu-bumbu akan hangus dan daging keras.
Proses masak yang lama memberikan masakan rendang umami (kelezatan) atau unsur rasa dasar kelima.
Umami adalah puncak dari 4 unsur rasa dasar, yakni manis, asin, asam, dan pahit. Rasa umami adalah hasil tersarinya semua rasa dari beraneka jenis bahan dan rempah rempah yang ada pada rendang.
Santan kelapa adalah unsur utama dalam pembuatan Rendang. Santan dalam masakan rendang sama fungsinya dengan processor pada sebuah komputer.