Mohon tunggu...
Adol Frian Rumaijuk
Adol Frian Rumaijuk Mohon Tunggu... Jurnalis - Berjuang demi sesuap nasi

Jolma na pogos alai mamora di roha

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tagar #2019GantiPresiden Milik Siapa?

6 September 2018   17:11 Diperbarui: 6 September 2018   17:32 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HARUS bagaimana kita menyikapi riuhnya politik yang sedang terjadi di tengah bangsa ini? Secara kasat mata dan awam ada dua kubu yang sedang memanaskan mesin politiknya menjelang Pilpres mendatang. Sesungguhnya ada kubu 'kejepit' yang di luar konstitusi ingin memenangkan perpolitikan di tengah bangsa ini.

Gempuran lewat cyber berupa berita hoax dan ujaran2 kebencian terus bergulir di media Maya. Sementara, para elit politik memainkan catur permainan, sehingga dampak buruk dari keadaan ini nampaknya nyaris terlupakan. Ada yang menyuarakan #2019GantiPresiden ada pula #2019tetapJokowi dan lain sebagainya. Siapa sesungguhnya pemilik hastag tersebut?

#2019TetapJokowi tentu sudah ada sasaran yang mau diperjuangkan. Tentu mendukung dan pro pemerintah yang sedang berjalan. Itupun, masih penilaian secara makna yang terkandung secara jelas dalam kata di dalamnya. Nah, #2019GantiPresiden, siapa yang pemiliknya? Apa maksudnya?

Perlu kita pikirkan matang-matang, setiap isu digoreng renyah oleh setiap pengamat dan politisi lewat ungkapan mereka. Mulai dari cuitan di Twitter, Facebook, Instagram, telegram, maupun yang disajikan dalam bentuk berita online, berita cetak, bahkan berita siaran di televisi. Ulasan-ulasan yang diramu dan diracik sedemikian rupa diperoleh masyarakat dari berbagai media, tidak sulit bagi masyarakat mendapat informasi tersebut. Jaringan internet dan siaran membentuk opini publik.

Kembali lagi pertanyaan itu, siapa sebenarnya pemilik hastag yang kini membuat kita resah? Bahkan Kapolri dan negara juga sudah menyatakan deklarasi dengan menggunakan hastag tersebut, dilarang. Sudah dilarang.

Apakah hastag tersebut milik kontestan Pilpres mendatang? Sepertinya tidak. Kenapa? Karena sampai saat ini, hanya Prabowo-Sandiaga yang menjadi rival Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin. Kenapa kita berani katakan bukan milik salah satu diantara mereka? Karena sampai diberbagai daerah menolak deklarasi dengan hastag tersebut, tidak pernah penggerak atau pimpinan aksi menyatakan hastag tersebut diganti dengan dukungan terhadap salah satu Paslon. Terus, apa maunya?

Nah, saudara sebangsa dan setanah air. Bangsa ini sudah merdeka 73 tahun, dan baru saja dirayakan dengan penuh rasa bangga dan kebersamaan. Defile kebudayaan yang sangat meriah dan memberi ruang bagi keterwakilan seluruh budaya dan suku yang ada di Indonesia. Apakah kita masih mengingkari keinginan untuk tetap bersatu hanya gara2 segelintir oknum yang gila dan haus kekuasaan?

Seperti kata kawan saya, kita patut bangga dengan Prabowo-Sandiaga yang sesungguhnya turut mengkawal demokrasi di tengah bangsa ini. Yang tanpa kita tahu, mereka ingin negara ini tetap berdiri dan utuh bahkan akan melaju kencang lima tahun ke depan. Bisa kita bayangkan, jika pak Prabowo tidak mengambil posisi sebagai rival incumben. Siapa yang akan mengisi posisi itu? Mungkin akan diisi pemilik hastag 'Ganti Presiden' tersebut, bahkan mereka akan meneruskan upaya perjuangan merusak tatanan demokrasi dengan terlebih dahulu mengacaukan pemerintahan yang sedang berjalan saat ini. Bahkan tujuan mereka untuk mengganti sistem negara ini akan terwujud. "Salut untuk para elit politik yang cinta akan bangsa ini."

Sekarang apa? Ya tetap itu. Siapa pemilik hastag diduga makar tersebut? Kita perlu waspadai ketika gerakan ini yang mengerucut kepada upaya pembatalan Pilpres 2019. Adanya upaya merusak proses demokrasi yang sedang berjalan. Kita tidak bisa pungkiri, masuknya paham-paham radikal ke tengah bangsa ini karena adanya kelalaian di hari yang lampau. Kita tidak waktunya saling menyalahkan, namun bagaimana kita sebangsa dan setanah air untuk berjuang meredam mereka. Tidak terpengaruh dengan upaya pengrusakan oleh mereka yang tidak bertanggungjawab. Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah harga mati.

Bisa kita lihat, akhir-akhir ini ibu-ibu pun turut dihipnotis untuk turut mengambil peran di jalanan. Berunjukrasa meminta presiden Jokowi turun dan mundur dari jabatannya. Apa maksudnya itu? Harga Listrik naik, harga air naik, harga bahan kebutuhan pokok naik dan kehidupan semakin sulit. Tentu ini menjadi keluhan para ibu yang dipolitisasi oleh kelompok kita duga pemimpin hastag Ganti Presiden itu. Mereka mau merusak dari semua sisi. Kita pun tidak sedikit yang ikut arus itu.

Nah, sekarang dollar naik hingga Rp15000. Apa lagi dusta yang akan dibuat pemerintah saat ini? Apa masyarakat kita buta dan tuli bahkan dungu? Ya tentu tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun