HARUSÂ bagaimana kita menyikapi riuhnya politik yang sedang terjadi di tengah bangsa ini? Secara kasat mata dan awam ada dua kubu yang sedang memanaskan mesin politiknya menjelang Pilpres mendatang. Sesungguhnya ada kubu 'kejepit' yang di luar konstitusi ingin memenangkan perpolitikan di tengah bangsa ini.
Gempuran lewat cyber berupa berita hoax dan ujaran2 kebencian terus bergulir di media Maya. Sementara, para elit politik memainkan catur permainan, sehingga dampak buruk dari keadaan ini nampaknya nyaris terlupakan. Ada yang menyuarakan #2019GantiPresiden ada pula #2019tetapJokowi dan lain sebagainya. Siapa sesungguhnya pemilik hastag tersebut?
#2019TetapJokowi tentu sudah ada sasaran yang mau diperjuangkan. Tentu mendukung dan pro pemerintah yang sedang berjalan. Itupun, masih penilaian secara makna yang terkandung secara jelas dalam kata di dalamnya. Nah, #2019GantiPresiden, siapa yang pemiliknya? Apa maksudnya?
Perlu kita pikirkan matang-matang, setiap isu digoreng renyah oleh setiap pengamat dan politisi lewat ungkapan mereka. Mulai dari cuitan di Twitter, Facebook, Instagram, telegram, maupun yang disajikan dalam bentuk berita online, berita cetak, bahkan berita siaran di televisi. Ulasan-ulasan yang diramu dan diracik sedemikian rupa diperoleh masyarakat dari berbagai media, tidak sulit bagi masyarakat mendapat informasi tersebut. Jaringan internet dan siaran membentuk opini publik.
Kembali lagi pertanyaan itu, siapa sebenarnya pemilik hastag yang kini membuat kita resah? Bahkan Kapolri dan negara juga sudah menyatakan deklarasi dengan menggunakan hastag tersebut, dilarang. Sudah dilarang.
Apakah hastag tersebut milik kontestan Pilpres mendatang? Sepertinya tidak. Kenapa? Karena sampai saat ini, hanya Prabowo-Sandiaga yang menjadi rival Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin. Kenapa kita berani katakan bukan milik salah satu diantara mereka? Karena sampai diberbagai daerah menolak deklarasi dengan hastag tersebut, tidak pernah penggerak atau pimpinan aksi menyatakan hastag tersebut diganti dengan dukungan terhadap salah satu Paslon. Terus, apa maunya?
Nah, saudara sebangsa dan setanah air. Bangsa ini sudah merdeka 73 tahun, dan baru saja dirayakan dengan penuh rasa bangga dan kebersamaan. Defile kebudayaan yang sangat meriah dan memberi ruang bagi keterwakilan seluruh budaya dan suku yang ada di Indonesia. Apakah kita masih mengingkari keinginan untuk tetap bersatu hanya gara2 segelintir oknum yang gila dan haus kekuasaan?
Seperti kata kawan saya, kita patut bangga dengan Prabowo-Sandiaga yang sesungguhnya turut mengkawal demokrasi di tengah bangsa ini. Yang tanpa kita tahu, mereka ingin negara ini tetap berdiri dan utuh bahkan akan melaju kencang lima tahun ke depan. Bisa kita bayangkan, jika pak Prabowo tidak mengambil posisi sebagai rival incumben. Siapa yang akan mengisi posisi itu? Mungkin akan diisi pemilik hastag 'Ganti Presiden' tersebut, bahkan mereka akan meneruskan upaya perjuangan merusak tatanan demokrasi dengan terlebih dahulu mengacaukan pemerintahan yang sedang berjalan saat ini. Bahkan tujuan mereka untuk mengganti sistem negara ini akan terwujud. "Salut untuk para elit politik yang cinta akan bangsa ini."
Sekarang apa? Ya tetap itu. Siapa pemilik hastag diduga makar tersebut? Kita perlu waspadai ketika gerakan ini yang mengerucut kepada upaya pembatalan Pilpres 2019. Adanya upaya merusak proses demokrasi yang sedang berjalan. Kita tidak bisa pungkiri, masuknya paham-paham radikal ke tengah bangsa ini karena adanya kelalaian di hari yang lampau. Kita tidak waktunya saling menyalahkan, namun bagaimana kita sebangsa dan setanah air untuk berjuang meredam mereka. Tidak terpengaruh dengan upaya pengrusakan oleh mereka yang tidak bertanggungjawab. Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah harga mati.
Bisa kita lihat, akhir-akhir ini ibu-ibu pun turut dihipnotis untuk turut mengambil peran di jalanan. Berunjukrasa meminta presiden Jokowi turun dan mundur dari jabatannya. Apa maksudnya itu? Harga Listrik naik, harga air naik, harga bahan kebutuhan pokok naik dan kehidupan semakin sulit. Tentu ini menjadi keluhan para ibu yang dipolitisasi oleh kelompok kita duga pemimpin hastag Ganti Presiden itu. Mereka mau merusak dari semua sisi. Kita pun tidak sedikit yang ikut arus itu.
Nah, sekarang dollar naik hingga Rp15000. Apa lagi dusta yang akan dibuat pemerintah saat ini? Apa masyarakat kita buta dan tuli bahkan dungu? Ya tentu tidak.
Kita jangan lupa, rezim Jokowi telah berhasil menghardik Amerika dalam penguasaan saham PT Freeport, yang belum pernah berhasil oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Tentu Amerika sebagai negara adidaya tidak ingin kepemimpinan Jokowi berjalan mulus yang dinilai menjadi hambatan bagi negara2 besar lima tahun ke depan.
 Dengan demikian, mereka harus membuat politik adu domba di negara ini. Meskipun sejumlah informasi akhir2 ini menyebutkan Prabowo berkiblat ke Barat, tentu Amerika tidak menginginkan Pak Prabowo jadi presiden di negara ini. Disisi lain, sangat khawatir jika Jokowi lanjut sebagai presiden. Namun, itupun sesungguhnya naiknya pamor Dolar Amerika Negara paling terdampak bukan Indonesia, bias kita lihat dan baca di sumber berita lain. Negara mana yang paling terpengaruh.
Negara2 besar di dunia selalu mengatakan bahwa Indonesia adalah negara kaya dan berpotensi sebagai negara adidaya. Sehingga mereka harus berupaya memainkan isu di NKRI, sehingga mereka tetap memegang setir permainan itu. Baik itu ekonomi, sosial dan politik. Sementara kita, akan tetap seperti ini.
Bayangkan, apresiasi dari bangsa-bangsa untuk negara kita karena sukses menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Bahkan pemimpin di negara2 maju diluar Asia angkat topi untuk Indonesia. Berkat kerja keras tim dibawah komando Presiden dan gubernur DKI Jakarta. Yah sedikit banyaknya, juga berkat para pengamat dan kritikus yang mendorong kegiatan tersebut dimuat secara besar-besaran oleh media nasional maupun media internasional. Berjalan lancar.
Sedikit kita bahas mengenai pembangunan yang sedang berjalan, dimana pembangunan infrastruktur digenjot selama pemerintahan Jokowi periode pertama. Kekuatan sektor ekonomi terus bertumbuh, bahkan politik perbatasan yang dilakukan dengan membangun wilayah2 terdepan membuat Indonesia dipandang oleh negara2 tetangga, yang selama ini bahkan 'menjajah' wilayah perbatasan tanpa ada perhatian pemerintah. Akses jalan dari jalan setapak menjadi jalan raya, rancangan jalan tol, bandar udara baru, tol laut bahkan penguasaan penuh atas wilayah NKRI. Patut kita bangga jadi bangsa Indonesia.
Nah, kita perlu catat dan tanya dalam hati, SIAPA PEMILIK 'HASTAG 2019 GANTI PRESIDEN'? Kita yang cinta akan bangsa ini, mari gelorakan cinta tanah air dan cinta keberagaman dan tumbuhkan toleransi diantara kita sebangsa dan setanah air. Salam
Medan, 6 September 2018
#MariBerkarya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H