Untuk Mahasiswa sebenarnya hanya membutuhkan biaya Rp,15.000 / Malam, tetapi harus membutuhkan surat tujuan mereka disana. Tak banyak keliling karena sudah gelap malam dan kebetulan saya memiliki logistik makanan yang cukup, akhirnya malam hari saya hanya didalam mess, karena malam hari diluar banyak sekali babi liar yang bermunculan mencari makan.
KEADAAN DAN SUASANA
Susasana hati saya sungguh baik pagi itu, langit biru cerah ditemani Kopi Hitam di pagi hari sembari melihat gajah yang sedang makan sambil bercanda dengan temannya juga melihat rusa dari kejauhan, menjadikan pagi yang akan selalu saya kenang.
Selepas sarapan, saya langsung meghampiri pak Pal yang saat itu sedang bersama dengan Gajahnya dan ingin memandikan gajahnya, awalnya saya takut untuk menghampiri dan memegang sang gajah, tetapi atas desakan pak Pal, akhirnya saya memberanikan diri, dan saya diajak memandikan gajah langsung di kolam buatan yang sangat besar.
Ada satu anak gajah yang punya belalai pendek sedang dirantai di samping sebuah pohon. saya karena masih kecil, belalainya masih pendek. Rupanya, gajah ini cacat. Belalainya putus saat ketemu perambah di hutan.Â
Kata Pak Sukowiyono, pawang gajah yang saya temui, gajah kecil ini tak sengaja tersesat di hutan dan ketemu perambah hingga belalainya putus. Dia bukan dari pusat konservasi, masih terbilang gajah liar. Oleh sebab itu, gajah kecil itu diselamatkan, dibawa ke pusat konservasi, dan dilatih.
Malam hari, saya mencoba keluar, dan bermain bersama mbak-mbak IPB tadi, dan kembali bertemu dengan dua mahasiswa Universitas Lampung (UNILA) yang sedang melakukan pengamatan tentang kelelawar yang ada di Way Kambas ini, mereka berhasil menemukan 10 lebih spesies kelelawar yang berada di Way Kambas.
Saya juga memberanikan diri bercengkrama dengan Babi Hutan, karena saya melihat dua mahasiswa ini juga bermain dengan babi hutan, tidak seseram apa yang dibayangkan, mereka berdua malah mengejar-ngejar babi hutan yang membuat gelak tawa kami yang sedang bertukar ilmu dan informasi.