Mulai saati itu, aku suka bunga anyelir, Aku bisa selalu mengingatmu. Kapanpun kumau.
Aku persembahkan Anyelir merah untukmu, bukan sebagai tanda cinta, hanya sebagai penanda yang harus kau tau, bahwa aku selalu rindu.
Atas senyum yang kau berikan bukan terkhusus untukku, tapi dalam diam, aku mengagumi itu.
Terima kasih, pada harapan yang tidak pernah putus untuk teguh meyakinkanmu.
Pesan yang secara eksplisit menggambarkan ketidak mampuan diriku untuk berkata benar dan jujur pada perasaan, sekali lagi, aku belum siap untuk kehilangan senyum manis nan damai yang selalu asyik kunikmati. aku tidak siap untuk mengungkap jika akhirnya semua akan lenyap.
karena aku sudah mantap memilihmu dalam doa, menjadikan tanda-tanda yang selama ini kujaga untuk tetap dalam rencana-rencana. walau hanya sebatas berencana dan Tuhan penentu segalanya, aku percaya bahwa doa baik, akan mempunyai akhir yang baik juga. Semoga kita dapat bergenggam tangan suatu hari nanti, disaat aku sudah selesai dengan jalan memperbaiki diri.
Aamiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H