Mohon tunggu...
Rangga Dipa
Rangga Dipa Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

write a story to inherit my grandchildren.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutukan Rusa dari Para Leluhur

6 November 2024   06:44 Diperbarui: 6 November 2024   06:55 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan lebat dan ladang hijau, hiduplah seorang gadis kecil bernama Dara. Rambutnya panjang dan hitam legam, dengan mata yang bersinar seperti bintang di langit malam. Dara adalah anak yang cerdas, namun terkadang, ia suka menyimpan kebohongan-kebohongan kecil yang ia anggap tidak berbahaya. "Ah, siapa yang tahu," gumamnya sering kali, membenarkan dirinya sendiri.  

Guru Dara bernama Pak Arsa, seorang pria bijaksana yang dicintai murid-muridnya. Setiap kali ia mengajar, ia menyisipkan cerita-cerita penuh hikmah, tentang kejujuran, ketekunan, dan hubungan manusia dengan alam. Bagi Pak Arsa, kejujuran adalah mutiara paling berharga dalam hidup. Ia sering berkata, "Kalian bisa membohongi dunia, tetapi hati dan alam tak akan pernah tertipu." Kata-kata itu melekat di hati Dara, meski ia belum mengerti sepenuhnya maksud Pak Arsa.

Hari itu adalah hari pengumuman nilai ujian semester. Dara menggenggam kertas hasil ujiannya dengan cemas. Angka sembilan besar tertera di sana---nilai yang sangat bagus, lebih tinggi dari yang pernah ia raih. Namun, di hati kecilnya, ada sejumput perasaan bersalah. Dara tahu bahwa sebagian jawabannya adalah hasil mencontek. Ketika Pak Arsa mendekatinya dengan senyum bangga, ia teringat lagi kata-katanya tentang kejujuran. Tapi, keinginan untuk dipuji lebih besar dari rasa bersalah itu. Maka, ia hanya tersenyum kecil dan berkata, "Iya, Pak. Saya belajar dengan sangat giat."

Pak Arsa mengangguk bangga dan memuji Dara di depan kelas, "Lihatlah Dara! Dengan usaha dan ketekunan, dia bisa meraih hasil luar biasa!" Semua mata tertuju pada Dara, sebagian dengan kekaguman, sebagian lagi sedikit iri. Namun, di balik pujian itu, sesuatu yang tidak terlihat mulai terjadi. 

Sebuah kekuatan halus dari alam mulai berbisik.

***

Hari demi hari, Dara merasakan tubuhnya mulai berubah. Kulitnya terasa lebih hangat, rambutnya semakin tebal dan kasar. Ketika ia bercermin suatu pagi, alangkah terkejutnya ia melihat dua tonjolan kecil di kepalanya, mirip seperti bakal tanduk. Tangan mungilnya gemetar saat meraba-raba tonjolan itu. "Apa yang terjadi padaku?" gumamnya. Tak lama kemudian, tubuhnya mulai berubah semakin aneh. Kakinya terasa kuat namun aneh, wajahnya mulai meruncing, dan telinganya semakin memanjang.

Suatu malam, saat rasa takutnya makin tak tertahankan, Dara memutuskan pergi ke tepi hutan di belakang rumahnya. Langit malam yang kelam menjadi saksi bisu ketika Dara memohon pada leluhurnya, "Tolong, siapapun yang mendengar, aku ingin kembali menjadi manusia!" Malam yang tenang itu tiba-tiba terasa hangat, seolah-olah ada hembusan nafas dari leluhur yang telah lama tidur.

"Apa yang kau minta, anakku?" Suara halus namun dalam terdengar di telinganya. Dara terperangah, sekelilingnya sunyi, tapi suara itu tetap menggema. "Kau meminta menjadi manusia, tetapi hatimu penuh kebohongan," lanjut suara itu. Tiba-tiba, Dara mengerti bahwa suara itu berasal dari leluhurnya, mereka yang telah beristirahat di bawah tanah, mereka yang menjaga keseimbangan alam dan selalu mengawasi perbuatan para penerusnya. 

Dara menunduk, merasa malu dan takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun