Mohon tunggu...
Rangga Dipa
Rangga Dipa Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

write a story to inherit my grandchildren.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nona Muda Suka Duduk di Jendela

10 September 2024   11:14 Diperbarui: 18 September 2024   23:56 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya laporkan kau kepada Tuan Besar," ancamnya walaupun itu sekadar gertakan, tetapi saya harus tetap waspada.

Jarak kami terpisah 4 meter. Hanya sedekat itu saya mampu berinteraksi, tak boleh neko-neko lagi. Suara tawa menggema dari luar perlahan membunuh hening di dalam ruangan. Nona Muda mendelik dan memutar langkah lewat bangku di sebelah kanannya, berharap agar cepat keluar dari ruangan cukup luas ini.

"Jangan mendekat!" pintanya, saya bergeming. Nona Muda pergi tanpa menoleh karena sibuk menyembunyikan rasa malunya.

Saya tahu, Nona Muda tak sungguh-sungguh melakukan itu. Namun realita menampar pipi saya sangat kuat.

Semuanya berantakan. Tak ada pertanyaan tentang Nona Muda dan jendela atau sekadar bertanya kabar. Saya memejamkan mata membiarkan penyesalan membelenggu hati dan pikiran. Sampai tersadar sepucuk surat itu tergeletak tak bertuan, disinari serpihan matahari yang menyorotnya agar dibaca.

***

Batavia, Festival Anggur Belgia

"Tjara menjemboenjikan kebohongan njatanja tak moedah. Saja kerap memikirkan Anda. Malam ini pergilah bersama saja. Ikoet ramai-ramai ke Festival Anggoer Beljia."
- Kani

Begitulah isi surat yang saya terima darinya. Nona Muda atau Kani tidak semengerikan siang tadi. Justru ia menyambut saya lalu memperkenalkan kepada tamu-tamu lain menggunakan bahasa kompeni yang secara harfiah tak bisa saya pahami.

Akhirnya kami berdiri di depan jendela lantai tiga. Tempat kesukaannya menatap dunia melalui mata rumah megah ini. Saya menelan ludah sewaktu rasa gugup mulai merambati tulang punggung, merasakan Kani menyandarkan kepala dan melingkarkan lengannya, sehingga menggerus jarak yang tadinya memisahkan kami.

"Kau tahu mengapa saya suka duduk di jendela ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun