Berbagai jenis satwa burung pun ada di Pulau Sangiang, beberapa orang warga Sangiang darat yang ke Pulau Sangiang mengakui melihat beberapa ekor Burung Cenderawasih dan warga Pulau Sangiang menyebutnya Burung Irian Jaya. Mereka tau bahwa burung tersebut berasal dari Irian jaya karena pernah melihatnya ditelevisi. Baru-baru ini sekitar 2 tahun lalu, segerombolan burung (sekitar 5-7 ekor) Cenderawasi dijumpai oleh warga Donggo dan Manggarai yang berburu menjangan dibagian utara gunung Sangiang.
TRANSPORTASI MENUJU WERA DAN PULAU SANGIANG
Untuk menuju Pulau Sangiang, sangatlah mudah. Jika kita star dari Terminal Dara sebagai terminal Kota Bima, anda bisa naik Bemo D atau Ojek menuju Terminal Jatibaru – Kota Bima. Dari terminal Jatibaru ini ada bus yang standby menuju Kecamatan Wera. Ada yang berangkat pagi, siang dan sore sebagai pemberangkatan akhir. Dari Kota Bima menuju Wera, anda akan meliwati kecamatan Ambalawi. Kecematan Ambalawi sebelumnya bernama Wera Barat. Namun setelah pemekaran dari kecamatan Wera disepakatilah nama Ambalawi. Ambalawi juga memiliki banyak sekali Spot Wisata Pantai dan Panorama yang indah yang belum belum terekspos, seperti Terumbu Karang Oi Fanda, Panorama Pantai Mawu, hingga Doro Cumpu. Jarak tempuh dengan kendaraan umum dari Kota Bima menuju terminal Tawali Wera adalah 2 – 3 jam. Sesampai diterminal Wera, anda bisa menggunakan jasa ojek menuju Sangiang Darat. Dari Sangiang darat, banyak perahu dan Boat yang bisa mengantar anda menuju Pulau Sangiang.
Untuk biaya antar jemput dari Sangiang Darat ke pulau Sangiang dan sebaliknya (bila menginap) atau untuk Pulang Pergi bila tidak menginap anda harus merogok kocek Rp 500.000. bila menggunakan perahu biasa dengan mesin 2 silinder, jarak tempuhnya sekitar 90 – 120 menit. Sedangkan bila Boat yang anda tumpangi berselinder 4, maka anda hanya menghabiskan waktu untuk menyebrang sakitar 45 – 60 menit. Tetapi bila anda ingin mengeliliangi Pulau Sangiang dengan Boat tanpa singgah diberbagai Spot wisata yang disebutkan diatas, anda bisa star dari Perkampungan Pulau Sangiang, memutar dari arah barat ke utara, timur, selatan dan kembali ke Barat. Anda bisa menghabiskan waktu sekitar 3 – 4 jam dengan boat 4 silinder. Tentu biayanya pun bisa lebih dari 1 jutaan.
Setelah puas menikmati Pulau Sangiang dan kembali ke Sangiang Darat, anda bisa memesan Sarung Nggoli khas Wera (Sarung Tenun Khas Wera) dan madu hutan Wera yang dijamin keasliannya di Sangiang Darat. Anda juga bisa menyaksikan pembuatan kapal kayu dengan kapasitas muat 500 – 1.500 Ton daya angkut sambil menikmati sunset disore hari menjelang kembali ke Kota Bima. Konon katanya orang Sangiang Darat, tidak syah ke Sangiang Darat kalau tidak menikmati Ikan Bakar pinggir laut sangiang dengan Sambal Khasnya yang bikin raga selalu ingin ke Sangiang.
Nah, untuk ikan bakar ini, anda bisa pesan terlebih dahulu sebelum berangkat ke pulau sangiang pada warga pinggir pantai Sangiang darat. Dan akan dibakarkan dipinggir pantai sangiang Darat pada saat anda kembali dari pulau Sangiang. Entah apa maksud dan tujuannya. Namun warga Sangiang Darat percaya bahwa hal itu dapat membantu anda sehat bugar tanpa rasa lapar sedikit pun ketika melakukan perjalanan menuju Kota Bima.
Banyak hal lain yang belum di eksplor sebagai potensi warisan maupun potensi yang terpendam di Pulau Sangiang. banyak hal yang belum diungkap. Banyak potensi yang masih ditutupi dari warga luar pulau Sangiang. tetapi Warga Sangiang, baik Sangiang Darat maupun Pulau Sangiang, sangat ramah dan wellcome kepada siapa pun selama warga yang datang itu menghargai dan menghormati budaya dan adat masyarakat Sangiang.
Suatu waktu Penulis akan kembali ke Pulau Sangiang, mencoba menemukan potensi-potensi terpendam sebagai kekayaan Wisata, Budaya serta Warisan leluluhur. Masih banyak kata-kata tua, petuah serta Ngaji Tua warga Sangiang yang masih ingin Penulis eksplor. Termasuk cara dan ritual pembuatan Kapal Kayu atau Phinisi. Para pembuat dan Nakhoda Phinisi sebagian besar tidak ber-sekolah formal tetapi Teori dan sistimatika kerja mereka mengalahkan teori para Insinyur dan pasca Sarjana Kelautan. Disinilah letak nyataScholae menurut Plato, “Belajar Dibawah Pohon” dan prinsip pendidikan menurut Fucoult “Semua orang adalah Guru dan semua tempat adalah Sekolah”. Wallahualam bissawab.
----------------
Kota Bima, 19 Mei 2014
[caption id="attachment_337069" align="aligncenter" width="300" caption="Perjalanan Menuju Gunung Sangiang, 10 Mil dari Sangiang Darat"]