Dibalik kisah Mitologi maupun Mistiknya serta kebencanaannya, Gunung Sangiang ternyata memiliki banyak tempat yang eksotik. Tidak sedikit wisatawan yang melabuhkan jangkarnya di gunung Sangiang hanya untuk sekedar memancing, menginap diatas batu apung yang memang berada di Bibir pantai yang jernih serta diving maupun snokling.
Di pulau Sangiang terdapat perkampungan yang saat ini ditinggali oleh 8 KK, ada belasan rumah panggung dengan atap rumbia. Bila musim tanam ratusan hingga ribuan warga berpencar digunung Sangiang untuk berladang, bertani dan berkebun serta mengembala. Tidak saja warga Wera, tetapi warga dari Donggo serta Manggarai NTT juga ikut mengais rejeki dipulau ini.
Pulau yang subur ini ditumbuhi oleh berbagai tanaman, mulai dari Tomat, Cabe, Labu, jagung hingga kebun Jati. Ada satu kebun yang sempat dilewati oleh Rombongan, kebun tersebut ditanami Buah. Diantaranya tanaman Semangka terdapat juga tanaman Strowbery dan pohon Durian. Entah apakah Duriannya berbuah atau tidak tetapi Nampak subur. Dibeberapa lokasi terlihat deretan jagung, juga ada padi yang mulai menguning yang ditanam secara terasering (Orang Bima menyebutnya: Fare Oma).
Dari perkampungan (bagian barat daya) Pulau Sangiang, sekitar 4 kilometer kearah barat laut, terdapat lokasi yang bernama OI PETO. Air ini sangat jernih dan bila diminum terasa manis. Konon berasal dari Pohon Peto (penulis kurang tahu bahasa Indonesia pohon yang dikisahkan itu) yang berumur ribuan tahun diatas punggung gunung dan tertutup oleh ilalang. Sumber OI PETO tidak akan mengeluarkan air sedikit pun (kering) bila musim hujan. Dan akan mengalir deras dan jernih pada musim kemarau. Inilah yang membuatnya Unik dan Menarik untuk di kunjungi. Oleh banyak wisatawan dan dari pengakuan Warga Pulau Sangiang, Air tersebut adalah AIR AWET MUDA dan AIR JODOH. Percaya atau tidak pengakuan banyak warga yang pernah berburu Menjangan atau Rusa di Gunung Sangiang dan pernah meminum atau membasuh muka di OI PETO ini diyakini mengurangi atau memperlama proses penuaan pada wajah. Serta sebagian yang pernah ditanyai menyatakan, bahwa siapapun yang pernah membasuh Muka di OI PETO akan sangat mudah memancarkan aura cantik/ganteng dihadapan lawan jenis. Akibatnya, tidak sedikit yang membawa pulang dengan menggunakan jirgen maupun botol mineral.
Dibagian Timur tenggara Gunung Sangiang, sekitar 25 kilo dari perkampungan, terdapat lokasi yang bernama TORO JARA atau OI NONO JARA. Disini, anda jangan heran bila anda menggali pasir sekitar 2-5 meter dari bibir laut, anda akan mendapati Air tawar yang langsung bisa diminum. Ketika air laut surut, ambil jarak 3 meter lalu galilah sekitar 2 – 3 depa (30 – 100 cm), akan keluar mata air tawar yang tidak akan anda rasakan asinnya. Konon disini tempat singgahnya Pasukan Kaveleri (Pasukan Berkuda) kesultanan maupun Kerajaan Bima yang menuju Jeneponto sebagai pusat Pasukan Kavaleri Kerajaan Gowa pada waktu itu. Sehingga dinamakanlah tempat ini sebagai Oi Nono Jara (Air Minum Kuda) atau Toro Jara. Bagi Pencinta alam yang melakukan pendakian ke Puncak Gunung Sangiang, Lokasi ini menjadi Lokasi Star atau Pos I atau pos Navigasi Perbekalan. Tempat pengecekan bekal.
Dibagian utara gunung Sangiang, terdapat SO SEMPASEDA. So Sempaseda adalah So (Baca: Daerah) yang paling di hindari oleh penduduk maupun pemburu. Sebab disini adalah daerah panas bumi, yang masih mengeluarkan uap dari perut gunung. Di So Sempaseda, anda bisa melihat langsung alur sungai yang hingga kini masih mengalir air yang penuh dengan uap. Suhu panas air ini berasal dari sumber mata air yang berada dikawah Doro Api (puncak gunung bagian timur), meliwati punggung gunung yang menguarkan hawa panas sehingga sungai tersebut mengalirkan air panas dengan suhu 60 – 110 Derajat Celsius. Demikian pula ketika muara sungai ini yang berada dibibir pantai, ketika bertemu dengan air laut juga masih terasa hawa panasnya. Konon, di So Sempaseda inilah ‘kulit gunung’ yang tipis dari lubang magma yang naik ke puncak gunung.
Disore hari menjelang matahari terbenam, anda akan dimanjakan oleh fenomena puluhan hingga ratusan ribu kelelawar keluar dari sarangnya. Fenomena tersebut dapat anda saksikan di SORI BELANDA, sekitar 3 kilometer kearah timur tenggara dari Pemukiman Warga pulau Sangiang. Fenomena ini benar-benar indah saat sore menjelang. Kelelawar ini dikala pagi hingga sore menggantung dipepohonan pinggir pantai maupun di goa-goa sekitar SORI BELANDA. Disebut Sori Belanda, karena dilokasi ini pernah terdampar kapal Belanda yang sedang menuju Manggarai. Akibat kondisi alam yang tidak sesuai dengan mereka serta kekurangan makanan, akhirnya mereka tewas kelaparan disepanjang sungai jalur lava (sungai Lava Pijar) dan dikubur massal olah warga sekitar di lokasi tersebut. Kemudian dikenalah lokasi ini dengan sebutan Sori Belanda (Sungai Belanda).
Bibir pantai dan perairan diseputaran Gunung Sangiang merupakan Spot Memancing Maniak. Banyak didapati kapal-kapal Pesiar wisatawan domestic maupun mancanegara yang melabuhkan jangkar disekitar perairan ini untuk memancing dan Diving. Antara lain yang menjadi Favorit adalah daerah OI PETO, GUSU WALA, maupun di OI KALO. Di OI PETO hidup spesies Ikan Karapu, konon dipercaya sebagai Uma Karapu (Rumah Ikan Karapu), sedangkan di GUSU WALA hidup spesies ikan Kakap ekor merah dan Ikan Sunu. Demikian juga di OI KALO tempat berkumpulnya spesies Baronang (Bima: Uta Sancara). Banyak pejabat kabupatan Bima dan Pemprov NTB yang datang khusus di 3 lokasi ini hanya untuk mancing maniak.
PERBURUAN MENJANGAN
Pulau Sangiang menjadi pusat perburuan Rusa atau Menjangan di Pulau Sumbawa, setelah Savana Tambora. Tetapi harus di akui, bahwa menjangan di Pulau Sangiang lebih banyak dari jumlah yang ada di lereng atau savanna Gunung Tambora. Meski setiap tahun diburu oleh ratusan orang sejak puluhan tahun yang lalu, Menjangan di Pulau Sangiang tidak pernah punah dan berkurang. Meski demikian pihak pemerintah melalui PPA maupun KSDA sering melakukan patroli dan penjagaan di Pulau Sangiang dari warga yang berburu menjangan, karena dikhawatirkan akan punah. Namun warga Sangiang sendiri cukup heran, hampir setiap tahun ratusan pemburu masuk pulau Sangiang untuk berburu dan puluhan hingga ratusan menjangan didapat. Tetapi lagi-lagi, menjangan di Sangiang tidak pernah berkurang.
Ayang Saifullah membeberkan, bahwa di Sangiang Darat, ada keluarga pemburu menjangan. Sejak buyut, kakek, bapak hingga anaknya saat ini lihai berburu dan keturunan pemburu memang. Menurutnya sudah 4 generasi keluarga yang berburu menjangan di pulau Sangiang. Ada musim dimana ratusan orang pergi berburu di Pulau Sangiang, tradisi ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.