Kamar itu tampak sempit dengan semua perabotan berjejal disetiap sudut ruangan, apalagi sekarang listrik sedang padam, terang pun jadi temaram.Â
Sendu cahaya ruangan sekedar membantu mata supaya gelap tidak menjadi penguasa tunggal di malam itu. Di dalam kamar ada seorang gadis kecil bernama sekar sedang gelisah diatas ranjangnya, bukan karena ulah nyamuk, imajinasinya berkelana dan matanya tak kunjung pejam.
Dia menyesali kebodohanya, atas pernyataanya ingin punya kamar sendiri. Kesepakatan itu memang menguntungkan untuknya karena rencananya di kamarnya itu ia akan bermain tab sekuat matanya menatap.
Tapi itu di rumahnya, dan seharusnya kesepakatan itu tidak berlaku disini, tapi berhubung ada tiga kamar di rumah itu dan ketiganya harus terisi manusia supaya tidak dihuni jin, mamanya memerintahkanya menghuni salah satu kamar toh ia tetap tidur bersama tabnya.
Sekar teringat perkataan Papanya saat nyekar tadi sore, dan mulai menyelidiki kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada dirinya.
" Kenapa harus ada tradisi nyekar segala ?"
" Supaya tidak di datangi roh-roh halus"
Sekar mulai merinding membayangkan yang tidak-tidak, ia sudah berusaha untuk tidur, akan tetapi pikirannya tidak membiarkanya terlelap.Â
Malam semakin sepi walau konser jangkrik tetap saja nyaring, sekar masih dengan usahanya yang gigih, menjadi penyelidik untuk kasusnya sendiri. Hingga sayup-sayup terdengar olehnya suara langkah terseret. "Srek! srek ! Srek !"
"Mati aku, suara apa itu?" batin sekar, pikiranya melayang layang mencoba mencari alasan yang masuk akal supaya tidak terjerumus memikirkan lelembut. Pada akhirnya sekar mengingat perkataan pak ustad bahwa setan di belenggu pada bulan ramadhan.
" Srek! Srek! Srek " Suara itu lagi
Kemudian terdengar bunyi pintu terdorong, " Ada seseorang yang masuk kedalam rumah, pencuri ?!!" tukasnya yakin .