Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lunas

4 Februari 2022   10:30 Diperbarui: 19 Maret 2022   12:16 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu-satu-nya yang bagus dari rumah itu hanya ruang tamunya, walaupun sempit terdapat keindahan sejati.

Sepasang hiasan dinding dari pigura kaca bertuliskan lafad Allah SWT, berdampingan dengan lafadz Muhammad SAW di gantung di sebuah tembok anyaman bambu yang di cat putih tulang, barangkali cat putih yang telah menguning karena usia.

Dengan keadaan yang seperti itu, semakin yakinlah aku akan pergi malam ini.

Nyata aku salah, aku masih terselip di songkok karmoiran hingga hari berlalu.

Si uang kumal sudah mendahuluiku pergi.

Karmoiran memberikannya kepada istrinya yang tak lama berselang kembali membawa bungkusan plastik hitam dan dua potong tempe juga sekepal benda terbungkus kertas koran.

Malam itu karmoiran dan istrinya makan berkat jasa-si kumal. Tempe dan nasi jagung, juga sepasang ikan asin yang diberi sedikit sambal untuk karmoiran yang memang menyukai rasa pedas, bahkan dikehidupnya sekalipun.

Karmoiran berdua saja dengan istrinya, tak ada ku lihat anak keturunanya selama aku menginap dirumahnya.

Aku mendengar tiga nama orang jawa disebut-sebut oleh karmoiran pada akhir doa-nya setiap akhir sembahyang, sepertinya itu mereka anak-anaknya, anak anak karmoiran.

“ Apa ada telfon dari jakarta bu ?" tanya karmoiran tak berbalas
" Dari surabaya barangkali ?" tanyanya lagi dan di balas hening
" Dari semarang bagaimana ? " tanya karmoiran kepada istrinya dengan nada hampir menangis

Istri karmoiran menghela nafas dan mengusap dada karmoiran lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun