Mohon tunggu...
Randy Jullihar
Randy Jullihar Mohon Tunggu... Scientist -

A scientist, Father, Husband,Writer, Story teller, Analizer and Open minded reader

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fabel - Capung yang Pandai Bersyukur

6 November 2017   08:45 Diperbarui: 6 November 2017   09:11 4220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dongeng-imajinasi.blogspot.com

Pagi itu Cici si cacing tanah berjalan diatas tanah dengan muka yang cemberut. Nampaknya Cici sedang tidak bahagia. Kakek Uya sang kura-kura yang sudah berumur puluhan tahun melihat Cici yang sedang bermuka muram tersebut. Kakek Uya mendekati Cici dan menyapanya.

"Selamat pagi  Cici, kenapa mukamu di tekuk seperti itu?" sapa ramah si kakek uya

"Aku sedang sedih kek!" Jawab Cici dengan menunduk

"Apa yang membuat kamu sedih Ci? Biasanya kakek liat kamu keluar masuk tanah dengan riangnya" Kakek Uya berusaha menyemangati Cici.

"Aku merasa, aku itu jelek kek dan tidak berguna. Aku tidak segagah Sumba si Kuda hitam, aku tidak Secantik Asih Si Cendrawasih, aku tidak pula seberwibawa Aum sang Harimau pemimpin kita. Aku pun tidak seberuntung Ulil si ulat hijau itu yang suatu saat akan berubah menjadi kupu-kupu yang indah dan menawan. Aku hanyalah seekor cacing yang kotor dan dipandang jijik oleh semua nya" Kata Cici menyampaikan isi hati nya yang benar-benar sedih

Kakek Uya hanya tersenyum mendengar semua yang dikatakan Cici. Kakek Uya tidak mau melihat Cici bersedih, Kakek kemudian memandang Cici masih dengan senyuman nya yang hangat lalu berkata

"Kalau kamu mau, ikutlah bersamaku. Aku akan mengajakmu jalan-jalan" Kata Kake Uya

"Kemana kakek akan mengajakku Jalan-Jalan?" Cici yang penasaran kemudian mengangkat kepalanya melihat si Kakek Uya

"Aku ingin mengenalkan mu pada salah satu penghuni pinggir sungai di luar hutan ini" Jawab Kakek Uya

"Siapa kek? Bagaimana rupanya? Apakah dia baik? Apakah dia cantik?" Cici makin penasaran

"Sudahlah, ayo ikut bersama kakek. Nanti kamu akan tahu sendiri!" Jawab si kakek tersenyum melihat Cici yang penuh dengan rasa ingin tahu. "Ayo naiklah ke punggungku!"

Cici pun menggeliat dan bergerak menaiki punggung si kakek. Setelah bersusah payah dia berhasil mencapai atas cangkangnya Kakek Uya.

"Aku sudah siaaaaap!" Teriak si Cici bersemangat

"Baiklah, ayo kita berangkat" Kakek Uya kemudian berjalan menuju luar hutan yang mengarah ke salah satu tepi sungai yang terdekat. Setelah beberapa lama akhirnya mereka sampai di luar hutan, terlihat aliran air yang cukup tenang dan menyejukan. Cici masih bingung dan bertanya-tanya, siapa yang akan dikenalkan kepada dirinya.

Semakin mendekati sungai Cici kemudian melihat sekelompok hewan-hewan kecil yang sedang terbang berwarna hijau dengan mata besar dan bentuk badan yang aneh menurut Cici.

"Hewan Apa itu Kek?" Tanya Cici kepada Kakek Uya

"Mereka adalah Capung, itulah yang ingin aku kenalkan padamu" Jawab Kakek kepada Cici

"Ah apa spesialnya mereka, mereka tidak cantik, tidak gagah, tidak juga hebat. Mereka sama kecil sepertiku, mereka biasa saja" Cici berkata sinis

"Tunggu sebentar, kita berkenalan saja dulu dengan salah satu dari mereka" Kata Kakek Uya bijaksana. Lalu kakek Uya melambaikan tangan nya ke salah satu Capung yang nampaknya sedang sibuk mulai bersiap-siap pergi ke suatu tempat. Melihat lambaian si Kakek, Capung tersebut langsung terbang menghampiri mereka dengan senyum yang sangat menyenangkan

"Halo, Selamat Siang" Sapa Capung tersebut kepada mereka dengan senyum yang sangat lebar

"Selamat siang, Saya Kakek Uya, ini Cici. Kami hanya ingin berkenalan dengan mu. Siapa namamu?" Tanya si kakek

"Namaku Ipung, aku baru lahir. Indah sekali ya hidup ini. Senang berjumpa dengan kalian" Capung ini memang sungguh ramah dan periang, dia merasa sangat bahagia dengan hidupnya. "Kakek yang baik dan Cici yang lucu maafkan aku harus segera pergi, aku cukup sibuk. Selamat menikmati alam yang indah yang indah ini ya" Masih dengan tersenyum gembira, capung itu berpamitan dan terbang meninggalkan mereka.

"Kenapa dia buru-buru sekali kek?" Tanya Cici aneh

"Mari kita ikuti dia agar kamu tahu jawban nya". Si Kakek itu pun berjalan mengikuti Ipung dari belakang. Mereka ingin mengetahui kemana dan apa yang Ipung akan lakukan. Setelah beberapa lama, mereka sampai di perkebunan. Mereka melihat Ipung sedang memakan hama-hama tanaman yang ada disana dengan riang nya. Setelah selesai Ipung terbang kearah sekelompok orang yang sedang berkebun dan tersenyum kepada mereka. Orang-orang tersebut pun membalas senyuman Ipung dan mengucapkan terima kasih kepada Ipung. Ipungpun kembali terbang menuju tempat yang lain, Kakek Uya dan Cici dengan tergesa-gesa berjalan menyusul Ipung karena tidak mau ketinggalan .

Mereka sampai di Sungai yang air nya jernih. Ipung mendekati permukaan air tersebut dan terbang menuju Orang-orang yang sedang membawa ember untuk mengambil air. Ipung memberi tahu kepada mereka kalau air tersebut jernih dan kemudian tersenyum. Orang-orang tersebut membalas senyuman Ipung dan mengucapkan terima kasih kepada Ipung. Mereka kemudian mengambil air dengan ember-ember mereka untuk dibawa ke rumah mereka masing-masing. Ipung pun kembali terbang di ikuti Kakek Uya dan Cici. "Wah Ipung baik sekali ya ternyata" Celoteh Cici dalam perjalanan yang disambut senyuman Kakek Uya.

Ipung memasuki hutan. Ipung terbang dan mendatangi beberapa penghuni hutan mengenai pergantian musim di hari esok. "Ipung ternyata bisa mengetahui pergantian musim, dan dia baik sekali member tahu semua penghuni hutan untuk bersiap-siap" Cici mulai kagum dengan Ipung. Ipung yang kembali terbang setelah semua penghuni hutan mengucapkan terima kasih kepadanya, menuju salah satu rumah di dekat hutan. Hari sudah sore, ini tempat terakhir yang Ipung kunjungi. "Apa yang akan Ipung Lakukan?Tidak kah dia capek?mengapa dia masih bisa tersenyum terus?" Tanya Cici kepada Kakek Uya.

"Kita lihat saja". Jawab Kakek Uya. Kemudai dia melihat anak kecil bersama ibunya keluar dari rumah tersebut. Ipung terbang mendekati anak lucu tersebut yang tertawa riang melihat Ipung. Dengan tersenyum Ipung pun bermain kejar-kejaran dengan anak kecil itu. Mereka terlihat sangat bahagia, sampai Kakek Uya dan Cici pun ikut merasakan kebahagiaan mereka walau hanya melihat saja. Setelah beberapa bermain dengan anak lucu itu, Ipung hinggap di tangan Si Ibu. Si Ibu mengambil Ipung dan meletakan nya di pusar anaknya "Nih biar kamu tidak ngompol lagi" kata si Ibu kepada anaknya yang tertawa-tawa kegelian. Cici senang melihatnya. Mulai sekarang Cici ingin menjadi sahabat Ipung

Setelah itu, si Ibu tersenyum kepada Ipung dan mengucapkan terima kasih lalu menerbangkan Ipung. Hari pun menjadi gelap, Si Ipung pun kembali terbang memasuki hutan. Sesudah sampai di hutan Ipung hinggap di atas batu besar, nampaknya Ipung sudah sangat lelah. Kakek Uya dan Cici mendekati Ipung.

"Kamu baik sekali kepada semua hewan dan manusia yang ada di sini" Kata Cici

"Kita harus bersyukur dilahirkan di dunia yang Indah ini, kita juga harus baik dan bermanfaat untuk semuanya" Jawab Ipung sambil tersenyum kelelahan

"Aku ingin menjadi Sahabatmu" Kata Cici. Ipung hanya tersenyum. Sayapnya perlahan berhenti mengepak. Sinar matanya hilang, dan Ipungpun tidak bergerak lagi sama sekali. Cici aneh melihat itu semua, dia menengok kearah Kakek Uya mencoba mencari jawaban. Kakek Uya pun berkata

"Ipung sudah meninggal" Kata kakek lirih

"Apa? tidak mungkin. Ipung bilang dia baru lahir" Cici kaget sekaligus sedih tidak percaya. Matanya berkaca-kaca

"Ipung adalah seekor capung. Semua capung hanya mempunyai umur sehari saja" Kakek Uya menjelaskan

"Ta.. tapi" Cici tak tahan menangis mendengar penjelasan si Kakek.

"Kakek ingin kita mengambil pelajaran dari Ipung. Ipung mengetahui umurnya yang singkat. Tapi apakah dia Mengeluh? Tidak. Dia berfikir waktunya terlalu berharga kalau hanya untuk digunakan untuk mengeluh. Dia lebih memilih untuk mengisi hidupnya dengan senyuman dan kemanfaatan untuk semua hewan dan manusia yang ada" kata Kakek tersenyum

Cici terharu dan tersadarkan dengan penjelasan si kakek. Seharusnya dia tidak selalu mengeluh dengan apa yang dia miliki

"Aku menyesal selalu suka mengeluh, harusnya aku bersyukur dan bermanfaat untuk yang lainnya" kata Cici kepada Kakek Uya dengan sungguh-sungguh

"Betul Sekali,banyak sekali yang bisa kita syukuri di hidup yang indah ini. Dan kau Cici, kau pun bisa bermanfaat dengan membantu melubangi tanah-tanah untuk menggemburkan tanah. Sehingga tanaman disekitarmu bisa tumbuh dengan suburnya karena tanah yang kau gemburkan itu" Kakek Uya meneruskan penjelasan nya

"Betul sekali kek! Mulai besok aku tidak akan mengeluh dan akan bersemangat bekerja keras menggemburkan tanah. Sehingga semua tanaman akan tumbuh subur dan bermanfaat untuk orang-orang dan hewan-hewan yang menggunakan atau memakan tanaman tersebut" Kata Cici dengan semangat dan ceria.

Cica dan Kakek Uya kemudian berjalan pulang ke rumah nya. Mereka mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal kepada Ipung yang sudah mengajarkan tentang bersyukur dan indahnya kehidupan dunia ini dengan saling member manfaat. Mulai dari hari itu, Cici tidak pernah menyerah dan selalu bersemangat untuk menolong dan member manfaat kepada siapapun yang membutuhkan nya. Cici pun selalu hidup bahagia karena melakukan itu semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun