Sky hanya bisa terengah-engah dengan kecewa dan penuh kemarahan karena ia tak bisa berbuat apa-apa dan merasa tak berdaya.
Sementara si anak tengah hanya bisa mengutuki tragedi pembunuhan kudanya yang baru saja terjadi dalam sekejap mata, sepasang mata adik kembarnya masih terus mengawasi.
Earth baru kali ini merasakan suatu perasaan aneh merayapi pembuluh darah dalam tubuhnya. Antara penyesalan bercampur kepuasan melihat darah kedua dan nyawa yang ia baru cabut.
'Tadi itu hanya sebuah kebetulan. Sekarang saatnya bagiku untuk melanjutkan perjalanan utama sekaligus terakhirku ke puri.'
Dalam tas milik Ocean yang dibawanya, selain 'surat undangan' dalam botol, Earth telah menyiapkan sesuatu yang ia tahu bisa memicu hal seperti di mercu suar waktu itu.
Ya, hanya sebuah tambahan kecil yang ia rasa cukup untuk memulai pesta hari ulang tahun mereka!
Tak ingin hanya berlama-lama melihat kegalauan dan amarah Sky, Earth segera berlalu dengan Pedang Terkutuknya yang lagi-lagi berlumur darah...
Sementara itu di puri, Ocean yang baru saja terjaga, seketika seperti tersambar petir di siang hari bolong saat menerima laporan terbunuhnya para penjaga Hannah, dan penemuan dua mayat di kamar Hannah.
Petugas yang melaporkannya terengah-engah berkata, "Maafkan kecerobohan kami. Kami semua terlambat mengetahui hal ini, karena tak ada siapa-siapa berpatroli di sekitar paviliun semalaman. Dan Tuan Muda Sky juga tadi berangkat dengan kuda pagi-pagi sekali entah kemana!"
Lilian yang shock dan cemas menambahkan dengan sedih, "Astaga, ayo Ocean, kita ke sana sekarang juga! Hannah mungkin telah..."