Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Episode 103: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

18 Agustus 2023   10:29 Diperbarui: 18 Agustus 2023   10:32 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Zeus tadinya hendak pergi saja dari sana karena hewan itu tentunya tak memiliki urusan dengannya. Namun ia sadar, bila ada kuda tertambat, tentunya ada seseorang di dekat sini, dan ia memutuskan untuk mengintai sekeliling.

Sebuah gua batu tak jauh dari sana menarik perhatiannya. Zeus yakin, sang penunggang kuda sedang berteduh di sana. Maka ia mendekat.

Sementara Sky di dalam gua itu merenungkan hari ulangtahunnya bersama Ocean yang semakin dekat. Tak semudah itu tentunya merayakan di bawah ancaman apapun yang tak kelihatan. Walau di bawah penjagaan puluhan petugas dan pegawai perkebunan sekalipun.

Biasanya selalu ada pesta, minimal makan-minum menikmati hasil kebun, olahan panen buah apel dan anggur, serta minimal ada puluhan orang perwakilan keluarga Vagano dari Everopa datang berkunjung. Jadi belum pernah ada ulangtahun yang tak meriah dan sukses selama ratusan tahun lamanya. Tapi tahun ini, mengapa rasanya perayaan itu takkan bisa dirayakan?

Mengapa Sky selalu membayangkan akan ada seseorang menyamar di antara para tamu lalu menusukkan Pedang Terkutuk pada jantungnya dan kakak sulungnya?

"Anakku..."

Lamunan pemuda itu terputus. Sosok yang muncul di bibir gua itu mengejutkannya.

Orang yang mirip dengannya namun jauh lebih tua, kelam, dan dengan rambut panjang kusut dengan busana compang-camping.

"Si, si, siapa kau? Earth?" Sky menjaga jarak, ia teringat tadi ia membawa senapan untuk berjaga-jaga, ia mundur dan berusaha untuk meraih senjata api laras panjang yang masih berada di dasar gua.

"Kau yang waktu itu menembakku.." ucap Zeus, teringat pada lukanya yang baru mulai pulih.

Sky menelan ludah. Bukan Earth, lalu... betulkah itu seseorang lain yang Ocean duga selama ini masih hidup?

"A, a, a... Ayah?" ucapnya terbata-bata.

"Ya. Aku Zeus. Kau pasti Ocean atau Sky. Kalian sudah tumbuh besar. Maafkan Ayah tak muncul ke permukaan dan membesarkan kalian. Ayahmu ini memang bukan ayah yang baik dan berani keluar begitu saja."

Sky masih merasa asing, tentu saja tak mudah menerima kenyataan yang baru beberapa hari silam ia coba cerna dan temukan sendiri jawabannya.

"Ayah, Zeus? Sosok kedua di Lorong Bawah Tanah?"

"Ya, Hannah yang membuangku di sana, semua orang mengiraku sudah mati. Hingga aku baru muncul setelah menemukan jalan keluar serta keberanian. Sebab adik ketigamu masih hidup, dan aku ingin memastikan ia mati." tegas Zeus.

Ia juga tak ingin berakrab-akrab dengan anaknya, ia belum siap dan memang tak ingin berinteraksi seperti ayah dan anak pada umumnya.

"Jadi, apa yang Ayah inginkan dari kami?" Sky juga belum ingin atau enggan memeluk ayahnya, yang selama ini memang ia sudah anggap mati dan tak ingin lagi ia temui atau rindukan.

"Jangan benci aku, anak-anakku. Sudah cukup Ayahmu ini yang menanggung dosa akibat kutukan kepada Earth dan juga akibat mengingkari cinta Hannah yang tadinya begitu besar kepadaku."

"Aku tak membenci Ayah. Tapi aku juga tak bisa serta-merta menerima kenyataan dan menyambut Ayah seperti anak kecil datang kepada papanya!" Sky berdiri, menyambar senapannya, lalu membidik dalam usaha menakut-nakuti Zeus agar tak mendekat.

"Anakku, aku akan diam di sini. Takkan menuntut apa-apa. Hanya, hati-hatilah pada hari ulangtahun kalian besok. Ia akan datang. Kalaupun bukan dia, Hannah akan datang. Bila bukan Hannah, anak perempuan kami berdua akan datang. Datang untuk mencabut nyawa kalian.."

Zeus perlahan-lahan melangkah mundur, lalu beringsut pergi, menghilang dalam deru hujan, semakin jauh masuk ke dalam sesemakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun