Sky menelan ludah. Bukan Earth, lalu... betulkah itu seseorang lain yang Ocean duga selama ini masih hidup?
"A, a, a... Ayah?" ucapnya terbata-bata.
"Ya. Aku Zeus. Kau pasti Ocean atau Sky. Kalian sudah tumbuh besar. Maafkan Ayah tak muncul ke permukaan dan membesarkan kalian. Ayahmu ini memang bukan ayah yang baik dan berani keluar begitu saja."
Sky masih merasa asing, tentu saja tak mudah menerima kenyataan yang baru beberapa hari silam ia coba cerna dan temukan sendiri jawabannya.
"Ayah, Zeus? Sosok kedua di Lorong Bawah Tanah?"
"Ya, Hannah yang membuangku di sana, semua orang mengiraku sudah mati. Hingga aku baru muncul setelah menemukan jalan keluar serta keberanian. Sebab adik ketigamu masih hidup, dan aku ingin memastikan ia mati." tegas Zeus.
Ia juga tak ingin berakrab-akrab dengan anaknya, ia belum siap dan memang tak ingin berinteraksi seperti ayah dan anak pada umumnya.
"Jadi, apa yang Ayah inginkan dari kami?" Sky juga belum ingin atau enggan memeluk ayahnya, yang selama ini memang ia sudah anggap mati dan tak ingin lagi ia temui atau rindukan.
"Jangan benci aku, anak-anakku. Sudah cukup Ayahmu ini yang menanggung dosa akibat kutukan kepada Earth dan juga akibat mengingkari cinta Hannah yang tadinya begitu besar kepadaku."
"Aku tak membenci Ayah. Tapi aku juga tak bisa serta-merta menerima kenyataan dan menyambut Ayah seperti anak kecil datang kepada papanya!" Sky berdiri, menyambar senapannya, lalu membidik dalam usaha menakut-nakuti Zeus agar tak mendekat.
"Anakku, aku akan diam di sini. Takkan menuntut apa-apa. Hanya, hati-hatilah pada hari ulangtahun kalian besok. Ia akan datang. Kalaupun bukan dia, Hannah akan datang. Bila bukan Hannah, anak perempuan kami berdua akan datang. Datang untuk mencabut nyawa kalian.."