"Aku.. aku terpaksa. Aku tak sengaja membawa dia kemari. Aku beberapa kali diselamatkan olehnya. Ya, aku berusaha memberitahukan segalanya kepadamu dan Sky beberapa kali, tapi kalian berdua mengacuhkanku dan tak percaya begitu saja kepadaku.
Betul, dialah Earth, dan ia betul-betul masih hidup. Ia ada di pulau ini. Namun ia sudah pergi lagi."
"Apa yang telah kau perbuat dengannya, Em? Apakah kau menyukainya lebih dari aku?" Ocean berdiri, menatap Emily tajam dan dalam-dalam seolah tak ingin lagi dibohongi. "Jujurlah kepadaku. Apakah ada sesuatu yang telah kalian perbuat atau rencanakan?"
"Aku.. aku belum menjanjikan apa-apa kepadanya. Aku hanya ingin bersahabat dengannya karena selama ini ia begitu menderita. Ia adik kandung kalian yang begitu dibenci ayah kalian!" Emily membeberkan semuanya, "Namun aku belum tahu bagaimana perasaan pribadiku terhadap satupun dari kalian. Aku menyukai kalian semua, tapi cinta? Belum." Emily tak berani berkata bahwa Earth sudah lebih intim lagi mengenalnya.
"Kau memang belum sungguh-sungguh bisa mencintaiku, ya Em? Aku harus berbuat apa lagi untuk menunjukkan keseriusanku? Aku bertahan di bawah sana hanya untukmu, karena aku memikirkanmu. Aku berkata jujur sekarang, ya, aku tak ingin adik-adikku melangkahiku. Aku yang terlebih dahulu menemukanmu di pantai. Aku yang telah menyelamatkanmu!"
Ocean yang biasanya ramah, baik hati dan tenang malam itu tampak berang dan begitu marah. Ia belum bisa menerima fakta bahwa Earth kemarin bahkan hingga tadi siang sudah menampakkan diri, bahkan berusaha mendekati Emily.
"Kau tak tahu siapa laki-laki itu! Dia bisa jadi sangat berbahaya dan mencekikmu hingga tewas sewaktu-waktu. Adik kami mungkin masih hidup dan kami seharusnya gembira. Namun  ia datang membawa perpecahan dan kebinasaan. Ia tak boleh lagi berada di sekitarmu untuk selama-lamanya! Jika perlu, di sini, saat ini juga, aku akan memilikimu sepuasnya hingga kau tak bisa lagi dimiliki oleh siapapun juga!"
Tiba-tiba saja Emily menemukan dirinya tergeletak di atas piano besar yang tertutup, dan tubuh tinggi kurus Ocean menindihnya dengan kuat.
"Kau tak tahu siapa aku. Mungkin selama ini kau lihat aku sebagai pemuda alim dan terpelajar. Namun malam ini, di tempat ini, aku akan buktikan kepadamu bahwa aku seorang laki-laki dewasa!"
"Jangan, Ocean, please, jangan lakukan itu.."
Namun tak ayal, Emily merasakan sensasi memabukkan yang sama nikmatnya seperti saat Earth dulu membuka kelopak kuntum mawarnya satu demi satu. Ocean mencium bibirnya dalam-dalam sementara kedua tangannya yang lembut namun kuat merengkuh wajah mungilnya, lalu turun ke leher ramping dan bahu Emily yang kurus kecil dan spontan menarik turun sebagian blus gadis itu.