Sementara dalam gundahnya Emily memutuskan untuk jalan-jalan ke hutan sendirian, meskipun hari mulai sore.
Antara bingung dengan hilangnya Ocean secara misterius di Lorong Bawah Tanah, juga karena masih ragu dengan keberadaan Earth.
'Apakah menerimanya dalam hidupku adalah sebuah keputusan yang tepat?
Kemanakah hubungan kami akan bermuara? Apakah kami memiliki masa depan?
Dan sebuah tanda tanya besar, apakah yang selama ini mereka selalu sebutkan 'kutukan akan terjadi pada saat perayaan ulang tahun ke 23 dari Kembar Vagano'?
Sementara itu, tak seberapa jauh dari sana, Ocean yang berhasil keluar dari Lorong Bawah Tanah lewat pintu keluar rahasia yang hanya berupa jendela kecil di atas permukaan tanah sedang berjalan pulang. Ia baru saja menghabiskan persediaan pangan terakhirnya. Tubuhnya kotor, bau dan begitu lelah, namun ia bertahan.
'Seumur-umur aku takkan mau masuk ke bawah sana lagi demi apapun. Meskipun keberadaan seseorang di sana masih mengusik batinku. Siapa sosok yang memanggil nama-nama kami? Jangan-jangan itu ayah.. atau Earth?
Benarkah semua dugaan ini atau hanya ilusi?'
Ocean merasa gamang, dan tiba-tiba terduduk dan tersandar di bawah sebatang pohon besar. Seharian dan semalam-malaman tidak tidur, ia merasa begitu lelah.
Dan hanya berjarak beberapa langkah dari situ, Emily dengan pandangan kosong lurus ke depan masih berjalan sendirian, tanpa sadar ia akan berpapasan dengan...
Pemuda yang memejamkan mata di bawah pohon, yang sangat ia kenali!
"Ocean!"
Segera dihampirinya pemuda yang ia memang cari-cari. Lega sekaligus khawatir karena kali ini ia menemukan si sulung dalam kondisi begini ironis dan menyedihkan.
Ia teringat Earth yang belum lama keluar dari 'penjaranya', dan masih bertahan hingga kini.
Sekarang Ocean berada dalam posisi 'terbalik.' Seakan-akan semua penderitaan yang Earth alami dalam kurun waktu hampir 23 tahun ia alami dalam sehari saja!
"Apa yang terjadi denganmu dan mengapa kau begini kotor dan bau? Serta.."
"Hai, Em." pemuda itu kembali terjaga saat Emily menyapanya dan menepuk pipiya dengan lembut. "Aku berhasil keluar juga."
"Kemana saja kau? Kami mencari-carimu!" Emily belum berani mengatakan fakta bila Earth telah muncul dan menggantikan 'posisinya'.
"Aku sekarang tahu dan percaya, entah Earth atau ayah kami Zeus Vagano masih hidup. Salah satu atau kedua-duanya!" Ocean seakan tak sabaran ingin menceritakan penemuannya kepada gadis itu.
"Nanti saja di puri. Kubantu kau pulang." Emily berusaha menarik lengan Ocean, membantunya untuk berdiri. Walau dalam keadaan lelah dan sangat mengantuk, pemuda itu kembali bersemangat saat Emily ada di sisinya.
"Kita harus mengungkap segalanya sebelum hari itu tiba!" Ocean menatap Emily, sedikit malu, "Maaf ya, bila penampilanku ini begini memalukan. Aku seharian semalaman tersesat di labirin bawah tanah dan hampir saja mati bila.."
"Sudah, nanti saja.."
Emily hanya bisa berharap dalam hati, Earth sudah mengakhiri 'petualangan kecilnya' sebagai Ocean. Walau dengan demikian, berarti semua kemesraan sesaatnya dengan Earth harus berlalu, dan mungkin mulai saat ini, takkan pernah terulang kembali.
Emily bahkan larut dalam lamunan saat dalam perjalanan pulang menuju puri, Ocean begitu bersemangat saat menceritakan semua yang ia alami di Lorong Bawah Tanah.
"Em, semua yang kau ceritakan itu, ternyata memang ada di bawah sana! Aku sudah melihat hampir semuanya... aku.."
Ocean pun tetiba menyadari, Emily yang sekarang tak seperti dulu lagi. Ada yang berubah dari gadis yang dulu lugu dan polos itu...
"Em, ada apa denganmu?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H