Emily menahan napas. Memang seekor hewan, betapapun tak secerdas manusia, memiliki naluri dan memori yang baik. Apalagi terhadap kejadian tertentu dalam hidupnya, termasuk pada orang yang tak dikenalnya.
Namun syukurlah Lilian datang mencairkan suasana. "Thunder Runner masih dalam tahap pemulihan. Easy, Boy, Easy." ditepuknya lembut kuda itu beberapa kali untuk menenangkan.
Earth menjauh, sedikit lega. Namun Sky memandanginya semakin tajam saja. Biasanya Thunder Runner juga mau disentuh bahkan ditunggangi Ocean.
"Kudaku itu biasanya begitu jinak kepada siapapun. Sejak malam ia terluka itu, mungkinkah ia jadi takut pada semua orang, kecuali aku dan Lilian?" tanyanya kepada sang dokter wanita tua.
"Mungkin saja. Hewan itu bisa mengenali penyerangnya juga."
Emily dan Earth saling memandang. Gadis itu seakan memberi kode dengan matanya agar pemuda yang sedang berpura-pura menjadi kakaknya itu tetap tenang.
"Sekarang kita kunjungi Hannah. Dia di paviliun. Mari." Lilian berdiri setelah memastikan Thunder Runner telah kembali rileks.
"Tunggu dulu." Sky sedikit penasaran, "Kakak sedang di istal, kok tak sekalian menemui kuda kesayanganmu?"
Emily terperangah. "Silver Sea?"
Dalam hatinya, ia lagi-lagi menemui tembok ketakutan yang tiba-tiba membenturnya dengan keras.