Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 73 | Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

24 Juli 2023   13:02 Diperbarui: 24 Juli 2023   13:14 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

'Huh, aku tak boleh berprasangka yang bukan-bukan, berpikir positif saja!'

***

Sementara itu Ocean yang masih tersesat di Lorong Bawah Tanah jatuh tertidur saking lelahnya di atas sebuah ranjang tua di ruangan yang ia duga penjara bawah tanah. Dengan tubuh lapar, haus dan lelah ia terjaga, senternya nyaris padam, dan ia sendiri merasa putus asa dan bingung harus berbuat apa.

Perlahan ia bangkit dan memutuskan untuk berkeliling lagi, berusaha untuk melewati dan mengingat-ingat perempatan-perempatan yang ia lalui untuk kembali ke atas.

Lalu seperti mendapatkan keajaiban, di salah satu perempatan lorong, Ocean yang nyaris putus asa itu melihat apa yang ia butuhkan.

Ini semua bukan fatamorgana, iya 'kan? - Pemuda itu melihat dengan takjub botol-botol air dan susu, roti, sayuran mentah dan buah-buahan serta daging proses untuk sarapan. Walaupun sebagian besar masih mentah, namun semua itu adalah makanan, dan juga masih baru sekali, seperti ada yang baru saja membawakannya! Belum lagi tersentuh hewan pengganggu, jadi masih sangat bersih dan aman untuk dikonsumsi!

Tanpa ragu lagi, ia mendekat dan mulai mencicipi dan akhirnya menyantap beberapa makanan dan minuman. Namun ia sadar, mungkin ia harus berhemat. Akhirnya ia pun makan dan minum sedikit saja.

Sementara pemuda kembar sulung yang kelaparan dan kehausan itu makan dan minum, diam-diam seseorang tersenyum gembira, mengawasinya dalam kegelapan.

'Anakku, memang kau anakku. Kau harus bisa keluar dari sini. Kau harus tetap hidup. Biar adik bungsu dan wanita itu saja yang terkena kutukanku.

Waktu mereka akan segera tiba'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun