'Huh, aku tak boleh berprasangka yang bukan-bukan, berpikir positif saja!'
***
Sementara itu Ocean yang masih tersesat di Lorong Bawah Tanah jatuh tertidur saking lelahnya di atas sebuah ranjang tua di ruangan yang ia duga penjara bawah tanah. Dengan tubuh lapar, haus dan lelah ia terjaga, senternya nyaris padam, dan ia sendiri merasa putus asa dan bingung harus berbuat apa.
Perlahan ia bangkit dan memutuskan untuk berkeliling lagi, berusaha untuk melewati dan mengingat-ingat perempatan-perempatan yang ia lalui untuk kembali ke atas.
Lalu seperti mendapatkan keajaiban, di salah satu perempatan lorong, Ocean yang nyaris putus asa itu melihat apa yang ia butuhkan.
Ini semua bukan fatamorgana, iya 'kan? - Pemuda itu melihat dengan takjub botol-botol air dan susu, roti, sayuran mentah dan buah-buahan serta daging proses untuk sarapan. Walaupun sebagian besar masih mentah, namun semua itu adalah makanan, dan juga masih baru sekali, seperti ada yang baru saja membawakannya! Belum lagi tersentuh hewan pengganggu, jadi masih sangat bersih dan aman untuk dikonsumsi!
Tanpa ragu lagi, ia mendekat dan mulai mencicipi dan akhirnya menyantap beberapa makanan dan minuman. Namun ia sadar, mungkin ia harus berhemat. Akhirnya ia pun makan dan minum sedikit saja.
Sementara pemuda kembar sulung yang kelaparan dan kehausan itu makan dan minum, diam-diam seseorang tersenyum gembira, mengawasinya dalam kegelapan.
'Anakku, memang kau anakku. Kau harus bisa keluar dari sini. Kau harus tetap hidup. Biar adik bungsu dan wanita itu saja yang terkena kutukanku.
Waktu mereka akan segera tiba'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H