Baruna, Sang Putra Banyu Biru
Dipeluk Bunda Bumi, berpadu mesra dalam rangkulan
Dalam damainya ia karunia luar biasa
Tampak ramah akrab tak terkira
Jadi sahabat kalam hidup segala makhluk
*
Pasir putih ditepuk mesra riak-riak ombak
Mengundang kaki-kaki insan untuk menjejak
Bermain riang dalam pecahan buihnya
*
Akan tetapi, jangan berani-berani usik amarahnya
Apabila turun murka Langit Angkasa, Sang Ayahanda
Berpadu petir melintas sambar menyambar
Rinai gerimis sewaktu-waktu berubah jadi badai
Sederas air mata para dewa-dewi berderai
*
Gelora Sang Baruna penuh angkara
Tiada biduk kapal dapat bertahan
Tiada kapal besar tak mampu ia hempaskan
Tak peduli seberapa besar kemampuan para insan
Siapa sanggup menyelaminya
Palung terdalam sekelam hitam
Penuh misteri tak terperi?
*
Sang Baruna tak suka ditantang
Beribu kapal karam beristirahat dalam relungnya
Beratus kapal selam lebur tiada jejak
Siapakah manusia
Siapakah kita, makhluk berakal budi penemu teknologi
Berani tantang Sang Baruna karunia Sang Maha Kuasa?
*
Jakarta, 23 Juli 2023.
(Puisi ini juga ada di akun Opinia Julianti Dewi (Wiselovehope)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H