Emily membeku seketika, ia bukannya mencoba kabur atau lari, namun terdiam dan menunggu. Akankah kemarahan Earth meledak lagi seperti yang sudah-sudah?
Ia siap dengan segala konsekwensi, sebab memang ia kabur dari sisi pemuda itu.
Namun tidak. Ajaibnya, Earth malah mengambil pedang terkutuk itu dengan begitu ringan dan santainya.
"Kuantarkan kau pulang ke puri, tapi aku tak ingin sampai tertangkap. Aku hanya menolongmu sekali lagi ini saja."
"Ah, aku, te, terima kasih.. Kurasa." Emily sedikit heran juga, baru kali ini Earth menawarkan bantuan tak terduga yang begitu sederhana sekaligus berbahaya bagi keselamatannya.
Dan sepanjang perjalanan mereka, kali ini menyusuri jalan tanah yang membelah perkebunan agar lebih cepat tiba, Emily keheranan. Mengapa para petugas jaga tak curiga atau bergegas menangkap Earth? Padahal beberapa kali mereka berpapasan.
Ia mulai menduga sesuatu. 'Jangan-jangan... mereka mengira Earth itu Ocean?' Karena selain pakaiannya yang tak sebagus milik Ocean (karena hanya memiliki pakaian bekas almarhum suami Lilian), penampilannya memang sangat mirip dengan Ocean.
"Kurasa kau tak perlu terlalu takut. Karena mereka mengiramu Ocean yang sedang menjagaku, walau bingung mengapa kita berdua ada di sini tengah malam begini," bisik Emily saat mereka sedang tak berpapasan lagi dengan siapa-siapa.
"Aku mirip dengan kakak sulung? Ha ha ha. Mungkin. Rambutku belum selesai dipangkas Lilian. Ia satu-satunya selain Emily yang baik denganku."
"Kuharap Lilian ada di puri dan juga baik-baik saja. Kasihan, ia tak lagi memiliki tempat tinggal."