Sebegitu dekat dengan kedua Vagano, Earth sudah begitu ingin keluar dan langsung menghabisi mereka. Emily bisa melihat mata biru pemuda kurus itu bernyala-nyala. Ia sudah begitu ingin bersuara, membisikkan kata-kata pencegahan. Dirabanya otot lengan kanan atas Earth yang kurus tapi kekar dan menegang saking kerasnya genggaman pada pedangnya.
Pemuda itu sudah tak tahan lagi dan hendak bergerak maju menikam kedua saudara kandungnya...
Saat Emily tetiba mendapatkan ide baik. Diambilnya tangan kiri pemuda itu dan diletakkannya di atas bukit dada kirinya, dekat dengan jantungnya. Telapak tangan Earth merasakan sesuatu lembut dan juga menonjol di balik baju gadis itu.
"Emily?" bisik pemuda itu, tak menduga gadis itu melakukan hal yang sedari dulu diimpikannya.
"Kumohon dengan sangat, jangan.." bisik Emily, menarik keseluruhan tubuh Earth ke dalam tubuhnya sendiri. Dan perlahan-lahan tapi pasti, mereka berdua terjatuh lebih dalam ke semak-semak.
Dibiarkannya pemuda itu menelusuri dirinya sementara pedang terkutuk perlahan lepas juga dari tangan kanan sang kembar ketiga.
Sementara pada akhirnya Ocean dan Sky segera pergi dari tempat itu karena tak berhasil menemukan apa-apa.
Dan lama setelah keduanya berlalu, barulah Emily dan Earth berani keluar lagi. Baju yang mereka kenakan berantakan, dan Earth kelihatannya sangat gembira walaupun kecewa tak jadi membunuh target berpuluh tahunnya.
Emily sendiri bingung. Apa yang baru kulakukan dan kami perbuat? Ya, memang belum sampai kebobolan. Emily dengan cerdik berbisik 'tak boleh sampai di sana dahulu'. Dan Earth tampaknya sudah cukup senang dengan permainan kecil mereka. Emily begitu malu dan ingin menangis karena seumur hidup tak pernah seagresif ini pada pemuda manapun, bahkan kepada Ocean. Namun mengapa ia menyerah dalam sentuhan-sentuhan si naif Earth? Mengapa justru keliaran pemuda tampan yang 'selalu menderita' itu malah membangkitkan gairah dalam dirinya.
'Ya Tuhan. Maafkan aku, Ocean. Aku bahkan belum menjawab pernyataan cintamu, sudah nyaris kuberikan keseluruhanku kepada kembaranmu. Dia yang disebut si Terkutuk.'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H