Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 62: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

17 Juli 2023   11:24 Diperbarui: 17 Juli 2023   11:34 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebegitu dekat dengan kedua Vagano, Earth sudah begitu ingin keluar dan langsung menghabisi mereka. Emily bisa melihat mata biru pemuda kurus itu bernyala-nyala. Ia sudah begitu ingin bersuara, membisikkan kata-kata pencegahan. Dirabanya otot lengan kanan atas Earth yang kurus tapi kekar dan menegang saking kerasnya genggaman pada pedangnya.

Pemuda itu sudah tak tahan lagi dan hendak bergerak maju menikam kedua saudara kandungnya...

Saat Emily tetiba mendapatkan ide baik. Diambilnya tangan kiri pemuda itu dan diletakkannya di atas bukit dada kirinya, dekat dengan jantungnya. Telapak tangan Earth merasakan sesuatu lembut dan juga menonjol di balik baju gadis itu.

"Emily?" bisik pemuda itu, tak menduga gadis itu melakukan hal yang sedari dulu diimpikannya.

"Kumohon dengan sangat, jangan.." bisik Emily, menarik keseluruhan tubuh Earth ke dalam tubuhnya sendiri. Dan perlahan-lahan tapi pasti, mereka berdua terjatuh lebih dalam ke semak-semak.
Dibiarkannya pemuda itu menelusuri dirinya sementara pedang terkutuk perlahan lepas juga dari tangan kanan sang kembar ketiga.

Sementara pada akhirnya Ocean dan Sky segera pergi dari tempat itu karena tak berhasil menemukan apa-apa.

Dan lama setelah keduanya berlalu, barulah Emily dan Earth berani keluar lagi. Baju yang mereka kenakan berantakan, dan Earth kelihatannya sangat gembira walaupun kecewa tak jadi membunuh target berpuluh tahunnya.

Emily sendiri bingung. Apa yang baru kulakukan dan kami perbuat? Ya, memang belum sampai kebobolan. Emily dengan cerdik berbisik 'tak boleh sampai di sana dahulu'. Dan Earth tampaknya sudah cukup senang dengan permainan kecil mereka. Emily begitu malu dan ingin menangis karena seumur hidup tak pernah seagresif ini pada pemuda manapun, bahkan kepada Ocean. Namun mengapa ia menyerah dalam sentuhan-sentuhan si naif Earth? Mengapa justru keliaran pemuda tampan yang 'selalu menderita' itu malah membangkitkan gairah dalam dirinya.

'Ya Tuhan. Maafkan aku, Ocean. Aku bahkan belum menjawab pernyataan cintamu, sudah nyaris kuberikan keseluruhanku kepada kembaranmu. Dia yang disebut si Terkutuk.'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun