Sementara itu Emily dan kedua kembar Vagano di puri masih mencari-cari Hannah mulai dari sekitar puri hingga berakhir di istal dekat perkebunan. Saat Ocean memeriksa kuda-kuda, ternyata benar, seekor kuda telah digunakan dan hilang dari sana.
"Hannah pasti mendengar kalau aku menyebut tentang kembaran kalian dan Doc Lilian!" pendapat Emily yang belum begitu banyak bicara. "Barangkali ia menuju ke mercu suar!"
"Aku akan segera menyusul Hannah, kemungkinan besar ia berada di sana saat ini!" Ocean segera mempersiapkan pelana dan naik ke atas kuda putihnya, Silver Sea.
"Aku mau ikut!" ujar Emily.
"Eh, tidak!" Ocean turun lagi dari Silver Sea. Kali ini ia tak ingin bertaruh lagi dengan keselamatan Emily.
"Pembunuh kemarin masih berkeliaran dan sekarang Hannah menghilang! Kemungkinan besar dialah pelakunya, orang yang sudah memelihara kami selama hampir 23 tahun! Kau lebih aman berada di sini bersama Sky! Kalian berdua selidiki saja bagaimana cara kita menemukan Earth, seandainya dia masih ada ataukah sudah mati! Seperti keyakinanmu, bila ia masih ada, ada di mana?"
Ocean meraih dagu Emily lagi, membuat gadis itu seketika gemetaran. Ia masih teringat pria muda tak dikenal yang memperlakukannya sedemikian rupa semalam. Ia yakin itu bukan Ocean, tapi masih disimpannya semua pengalamannya dalam hati saja.
Ocean menatap Emily dalam-dalam dengan mata birunya yang selalu mengunci pandangan, "Jangan membuatku cemas. Kau tahu, aku mengkhawatirkanmu. Nanti di pesta ulang tahun kami, aku akan memberimu kejutan!"
"Eh... kejutan apa?" Emily merona, pipinya memanas. 'Sedang masa-masa sukar dan mendebarkan seperti ini, kok ada kejutan segala? Dan bagaimana dengan.. cowok semalam itu? Aduh, kenapa aku memikirkan dia, bukan Ocean!' Emily bingung sendiri.
"Bukan kejutan namanya bila kuberitahu! Aku pergi dulu ya, wish me luck!" pemuda tampan itu kembali menaiki kudanya.
Lalu ia segera memacu Silver Sea, meninggalkan Emily yang masih terpana.
"Tampaknya aku harus mengalah!" Sky menyeringai nakal. "Em, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Lorong Bawah Tanah? Mumpung kakakku sedang tidak ada di sini? Sedari kecil aku sudah ingin banget main ke sana, sayangnya Hannah tak pernah mengizinkan, apalagi kakakku!"
"Oh, aku ingin, tapi aku sangat takut..." Emily bergidik teringat pengalamannya dua kali jatuh pingsan di bawah sana, lalu yang terakhir berakhir dalam keadaan sedemikian rentan.
"Jangan takut, kita akan bawa peralatan yang memadai, bila perlu juga bisa bawa tali sebagai penanda jejak untuk kita keluar nanti, bagaimana?" ajak Sky, menarik lengan Emily kembali ke puri. "Kita sarapan pagi dulu, lalu kita bersiap-siap turun ke bawah sana. Kau tunjukkan saja kira-kira pintu mana yang pernah kau lalui..."
"Oh, baiklah. Sekalian akan kutunjukkan bukti bila adik kalian betul-betul ada. Itu juga bila aku beruntung * mulai bersemangat.
Sementara itu di mercu suar, pada pagi berangin, Lilian seperti biasa membersihkan halaman depan rumahnya itu. Ia menanam beraneka tumbuhan obat dan bunga, semua sudah sering ia lakukan sebagai pengisi waktu luang.
Rumput liar yang mengganggu ia pangkas dengan sebuah gunting rumput besar dan disingkirkannya menjadi sebuah tumpukan.
Sebuah benda panjang tipis berkilau di rumput menarik perhatiannya.
"Astaga, ini yang semalam dibawa Hannah kemari, pisau yang nyaris membunuhku!"
Sementara itu Ocean dengan kudanya Silver Sea semakin mendekat.
Lilian menengadah.
"Ocean? Selamat pagi.." sapanya. Ia sedikit heran melihat Ocean datang sepagi ini.
"Selamat pagi, Doc Lilian."
"Apakah Emily baik-baik saja? Ia semalam mengunjungiku di sini!"
Ocean terperangah. "Apa? Tapi kemarin ia segera tidur lebih awal karena sedang tak enak badan kok.." matanya menyipit curiga.
'Eh?' Lilian mulai merasa ada hal yang tak beres. 'Oh ya! Pisau itu juga masih tergeletak di dekat potongan rumput liar di sana! Sebaiknya aku segera melakukan sesuatu agar Ocean tak melihatnya lalu bertambah cemas! Ia tak perlu tahu dulu kejadian semalam! Dan juga Earth! Belum waktunya mereka tahu...' - pikir Lilian cemas.
Ia berbalik dan segera mengambil garu rumput.
"Eh, Doc Lilian, mau kemana? Aku belum selesai bicara."
Membelakangi Ocean, Lilian terburu-buru bekerja secepatnya berusaha menutupi pisau di rumput dengan semua potongan rumput liar.
"Aku, aku...ah lupakan saja. Bukan Emily, kurasa aku bermimpi buruk saja. Sebab semalam hujan deras dan badai, seperti kudengar suara Emily memanggil, tapi kulihat keluar tak ada siapa-siapa kok. Pasti hanya mimpi, Emily tak mungkin berani pergi ke sini dalam cuaca buruk.."
Ocean mengabaikan kata-kata tak jelas Lilian itu dan langsung ke hal yang ia cari, "Hannah ada di sini?"
'Hah...'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H