Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 37: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

5 Juli 2023   12:07 Diperbarui: 5 Juli 2023   12:14 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

(Point-of-view Earth Vagano:)

'Aku tahu nyawa wanita tua yang dipanggil Lilian itu dalam bahaya besar.

Walau Si Tua itu satu-satunya orang yang 'kukenal' dan telah memberiku makan selama puluhan tahun, secara literal, 'memberiku hidup', namun tetap saja ia bukan seseorang yang paling kusayangi dan kukasihi.

Maka aku mendekat dan berusaha mencegahnya melakukan hal yang buruk kepada Lilian.

Dan benar, Si Tua tak berlama-lama menyembunyikan benda tajam itu dan menodongkannya ke hadapan Lilian,

"Dini hari ini adalah saat-saat terakhirmu, Lilian mantan sahabatku. Kau takkan pernah melihat mentari pagi lagi!

Karena sudah terlalu lama kau menyimpan rahasia keluarga lelaki yang aku cinta sekaligus aku benci, dan hari ini juga rahasia itu harus ikut bersamamu menuju liang kuburmu!"

Dan Si Tua langsung bergerak maju hendak menghujamkan pisau yang ia bawa ke tubuh wanita bernama Lilian itu..

Tapi dalam duniaku, dimana aku sudah begitu terbiasa dengan hewan-hewan malam yang bergerak lambat sekaligus cepat bagi manusia, gerakan Si Tua yang tangannya sering bergetar-getar itu begitu lambat bagaikan bermenit-menit. Walau aslinya hanya satu atau dua detik kurang saja.

Dan aku bergerak maju bagai gerakan lambat, meraih lengan wanita tua itu seketika dan menjatuhkan dirinya,

"HAHHHH!" Si Tua terpekik. Ia tak menyangka akan diinterupsi dari belakang, oleh seseorang yang tak sempat ia lihat.

Kami berdua tersungkur di hadapan Lilian yang masih belum sadar betul pada apa yang terjadi. Si Tua sempat berusaha meraih pisau yang jatuh ke lantai, namun kutendang benda tajam berbahaya itu jauh-jauh dengan sepatu tuaku.

"Sialan! Siapa kau?" tanyanya kasar, berusaha melawanku.

Biasanya aku lemah, namun makanan enak yang kuasup selama beberapa hari ini telah memberiku energi yang luar biasa.

"Makhluk Peliharaanmu yang Terkutuk!" kutinju wajahnya, dan Si Tua pun tersungkur diam. Kurasakan kepuasan yang luar biasa setelah kulakukan hal itu, seolah-olah bukan kepada Ocean dan Sky aku menaruh dendam.

Kutinju wajahnya berkali-kali hingga kurasa ada darah pada kepalan tanganku dan beberapa benda kecil putih keras beserta darah menyembur dari wajahnya.

"Hentikan! Siapa kau?" Lilian merasa ngeri melihat kebrutalanku.

Aku pun berhenti, kurasa sudah cukup, Si Tua hanya jatuh pingsan dan kehilangan beberapa gigi depannya (serta kecantikan wajahnya untuk sementara.)

"Maaf, Lilian. Aku hanya ingin Anda selamat, siapapun Anda. Aku..."

Siapakah aku? Haruskah kuakui identitas yang bahkan aku tak yakin akan kebenarannya?'

Sementara itu menjelang fajar di puri Vagano

Emily dan kedua kembar perlahan terjaga di sofa sisi ruang makan - dapur, merasa ada hal terjadi namun belum sepenuhnya menyadari apa yang terjadi.

"Mengapa kita bisa tertidur di sini?" Ocean tersadar, duduk di sofa sambil merapikan rambut panjangnya yang berantakan.

"Kurasa Hannah menaruh obat tidur di minuman kita!" Emily tersadar. "Teh yang kita minum!"

"Dimana dia sekarang?" Sky yang mudah marah segera berdiri dan mencari di sekitar dapur.

Namun di manapun, tak ada tanda-tanda keberadaan Hannah.

Seorang petugas tak lama kemudian terengah-engah datang melapor.

"Maaf lancang menghadap Anda berdua pada pagi-pagi hari begini, Duke Ocean dan Duke Sky Vagano. Saya hendak melaporkan, tadi Ms. Hannah Miles mengambil seekor kuda dari istal dan memacunya entah kemana seperti orang gila!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun