Emily mendengarkan lanjutan kisah Doc Lilian dalam diam sementara hujan di luar mercusuar semakin deras menderu.Â
"Hannah dan Zeus tak pernah bisa mendapatkan restu walau keluarga Hannah adalah keluarga kaya-raya dan memiliki perusahaan multinasional sekalipun. Malah sekembalinya mereka ke pulau Vagano, keluarga besar menyambut mereka dengan kejutan tak sedap : perjodohan dengan Duchess Florencia Lancaster. Gadis bermata biru dari Everopa yang kecantikannya menyaingi Hannah.Â
Anehnya, Zeus saat diperkenalkan dengan Florencia atau Florence, mau saja dan malah dalam waktu dekat semakin akrab dan akhirnya betul-betul memutuskan dan meninggalkan hubungannya dengan Hannah. Jadi Florence dan Zeus menikah dalam kondisi dimabuk cinta sedangkan Hannah dibiarkan begitu menderita. Namun entah mengapa, ia tetap tegar dan memilih mengalah.Â
Hingga akhirnya Florence hamil dan pada suatu pagi yang dingin, hampir dua puluh tiga tahun yang lalu, ia melahirkan bayi, atau lebih tepatnya, kembar Vagano.Â
Aku menolong persalinan Florence secara normal, pada awalnya semua berjalan baik-baik saja. Namun alangkah terkejutnya kami saat menemukan bahwa bayi Florence bukan hanya satu, melainkan lebih dari itu. Di pulau ini belum ada dan hingga saat ini pun tak ada USG. Jadi semua itu baru kami ketahui saat itu juga.Â
Kembar kedua segera menyusul, sementara kondisi Florence mulai kelelahan dan juga kesadarannya seperti hilang. Zeus yang tadinya sangat gembira berubah jadi panik saat menyadari itulah detik-detik terakhir dirinya menatap mata biru istrinya yang langsung terpejam untuk selamanya saat bayi ketiga lahir.Â
Perdarahan hebat dan seketika di akhir persalinan turut mengakhiri perjuangan Florence Vagano, bersamaan dengan keluarnya bayi ketiga yang semula kami kira mati karena lahir dalam kondisi lemas dan tak menangis.Â
Namun lama setelah aku berusaha mati-matian untuk 'menghidupkan' tubuh bayi mungil itu, ia menangis keras dan ajaibnya turut berjuang hingga bisa hidup seperti saudara-saudaranya.Â
Zeus Vagano dalam dukanya menjadi begitu marah. Ia tak bisa menerima kenyataan dan takdir dimana ia mendapatkan tiga putra kembar.Â
Ia menyalahkan bayi ketiga yang nyawanya sempat tak ada seolah bertukar dengan sang ibu yang memperjuangkannya, itulah makna dari puisi perkamen Kutukan Angka Tiga yang Emily pernah baca di museum.Â