"Ka-kami-kami bukannya tak mau membukakan pintu untuk Anda, Ma'am, tapi kami khawatir jika para penghuni kompleks ini sampai keluar dari sini. Di dalam sini mungkin sedang chaos, tetapi di luar sana, dunia juga sedang berakhir. Lady Rose tahu hanya Kompleks Delucas yang masih punya banyak cadangan sumber daya. Sangat berbahaya apabila dunia luar sampai tahu semua ini, juga apabila mereka memutuskan untuk kembali... Maka beliau dengan tegas melarang..."
Alasan panjang lebar petugas jaga itu tak bisa diterima Sang Wanita Misterius. Diam-diam dalam genggaman tangannya ada sepucuk handgun, yang ia keluarkan dan acungkan ke petugas di balik gerbang ganda besi. "Tuan, Anda pilih, nyawa Anda atau buka gerbang ini sekarang juga!"
Petugas itu gentar seketika. Meskipun ia patuh pada titah Lady Rose, ia tak mampu menyangkal ia pun takut kehilangan nyawa. "Ba-ba-baiklah!"
Tak lama, pintu gerbang terbuka setelah barikade-barikade disingkirkan. Para survivor yang tak sabar hendak keluar seketika tumpah ruah sementara mobil berpenumpang Kenneth dan wanita penyelamatnya masuk ke halaman menuju pelataran utama main mansion. Melawan arus, mereka dapat melihat semua ekspresi takut dan bingung orang-orang yang tak mereka kenal. Petugas tak berdaya mencegah, akhirnya mereka membiarkan saja puluhan orang itu keluar dari Kompleks Delucas.
"Astaga, memang kacau sekali. Sepertinya di kejauhan ada titik di mana sedang terjadi kebakaran hebat!" Si wanita memberhentikan kendaraan di pelataran.
"Lab Barn. Dugaanku tepat. Laboratorium rahasiaku! Aku harus ke sana."
Kenneth memandang keluar jendela. Dilihatnya Maharani menatap ke arah pintu bunker sambil meratap pilu.
Wanita muda itu tak ingin bergabung di sana. Ia memang sekali lagi beruntung luput dari maut. Bagaimanapun ia cemas dengan nasib kedua anak didiknya, ia tak ingin lagi bertemu, apalagi untuk sepanjang sisa hidup berdampingan dengan wanita istri pertama suaminya. "Orion! Aku harus menyusulnya!"
"Tunggu dulu!"
Rani berpaling. "Astaga! Ka-ka-kau masih hidup, Dok?"