"Percuma saja. Kau boleh coba sepuas-puasnya, Tuan! Aku siap. Jika Anda gagal, giliranku untuk..."
Sebutir peluru dilepaskan Orion ke pertengahan dahi Lazarus. Bagaikan adegan lambat, timah panas itu jitu mendarat sempurna di titik yang pemuda itu harapkan.
Akan tetapi...
***
Rani sesungguhnya tak ingin ikut masuk ke dalam bunker seperti yang lainnya. Ia tahu, Orion takkan pernah bisa memaafkan jika ia membandel, lalai menjaga diri sendiri pada saat-saat kritis ini. Satu-satunya pilihan terbaik adalah surga bawah tanah yang telah disediakan Lady Rosemary Delucas sebagai the last sanctuary bagi mereka, barangkali orang-orang terakhir di Chestertown, di Everopa, di seluruh dunia! Pilihan lainnya adalah mati.
"Grace!" Dalam galaunya di tengah-tengah kepanikan ratusan orang yang sedang mengantre agar bisa masuk ke dalam bunker, Rani lega melihat gadis muridnya itu selamat!
"Nona Rani, aku kembali. Sayang, Papa Orion..." didekapnya Sang Guru sementara tangisnya pecah.
Ia tak peduli jika mamanya juga masih berada di dekat sana, menunggunya. Alih-alih senang pada kedatangan Grace, Sang Bangsawati malah memandang geram. Mengapa anakku sendiri kembali, tetapi tidak datang kepadaku, melainkan kepada perebut suamiku? Kurasa, dengan tidak adanya Orion di sini, aku sekarang lebih leluasa... Lady Rose tersenyum di kejauhan, untuk...
Rani sama sekali tak menolak Sang Murid. "Grace, syukurlah! Ada apa dengan suamiku?" Rani merasa ada tikaman kecemasan pada jantungnya.
"Ia tak apa-apa!"
Kalimat Grace itu bagai air dingin, seketika mengguyur Rani dengan harapan baru. "Astaga! Syukurlah. Lalu, mengapa ia tak kembali denganmu?"